Keringat dingin memenuhi dahi Jaq. Matanya masih terpejam dengan seluruh tubuh tertutup selimut. Semalaman ia demam tinggi, membuat neneknya cemas setengah mati.
Bu Amy sampai menghubungi Elsiff agar segera membawa dokter untuk memeriksa Jaq. Elsiff datang bersama Felix, karena Elsiff tidak ingin mengganggu Seraphina di tengah malam, ia menyuruh sang teman sekaligus untuk datang menjemputnya. Elsiff pada akhirnya menginap di rumah ibunya.
Ada hal yang membuat Elsiff lebih khawatir selain demam Jaq, meskipun pagi ini kondisinya sudah kian membaik. Elsiff menemukan beberapa memar di punggung dan perut Jaq saat akan mengganti baju sang keponakan. Dan itu bukanlah yang pertama kali. Namun, sejauh apa pun Elsiff bertanya, Jaq tidak pernah menjawab pertanyaannya.
Ketika ia berusaha mencari tahu dengan langsung mendatangi sekolah dan guru, Elsiff tidak menemukan apa pun. Mereka bilang Jaq bergaul cukup baik dengan teman-temannya. Meskipun beberapa di antaranya memang ada yang masih membahas perihal orang tua Jaq di masa lalu.
"Dia benar-benar keras kepala seperti mendiang ayahnya." Elsiff bertutur seraya mengusap kepala sang keponakan yang masih terlelap. Wajah Jaq terlihat begitu damai ketika sedang tertidur.
"Paman, mari sarapan!" Dominic muncul dari balik pintu dengan seragam yang telah terpasang rapi. Elsiff yang sudah sama rapinya mengekori ke mana bocah itu pergi.
"Kau hari ini siap lebih cepat, Minic. Ada apa ini?" tanya Elsiff seraya mulai duduk di kursi makan. Karena biasanya bocah enam tahun itu sangat sulit disiapkan ketika pagi hari tiba.
"Kau tahu? Semenjak ada 'Bibi Anime' Minic menjadi sangat bersemangat. Dia bilang, dia akan belajar dengan bersungguh-sungguh agar menjadi orang yang pintar dan berguna!" timpal Bu Amy sembari mengoleskan selai pada roti dan tersenyum gemas melihat tingkah cucunya.
"Bibi Anime? Seraphina?" tanya Elsiff memastikan. Ia pernah mendengar hal tersebut sekali dari Seraphina, saat menanyakan bagaimana reaksi Dominic ketika pertama kali bertemu dengannya.
"Ya, betul, Paman! Bibi sangat menginspirasiku!" seru Dominic sangat yakin. Bu Amy melirik Elsiff sembari tersenyum.
Seraphina memang penuh semangat dengan aura positif yang cukup kuat. Elsiff cukup yakin hal itu yang membuat ibunya tidak mengeluh tentang perilaku sopir barunya dan Dominic begitu terlihat ceria karenanya.
"Bibi selalu memberitahuku banyak hal, Paman. Tentang manusia purba yang hidup jutaan tahun lalu, para ilmuwan hebat, dan dinosaurus juga. Bibi bilang, dulu ada jenis manusia purba yang menjadi nenek moyang jenis manusia modern, dan jenis itu diberi nama Homo Sapiens. Aku hebat bukan, bisa mengingatnya?" tanya Dominic dengan bangganya. Elsiff tersenyum lebar sembari mengusap kepala Dominic.
"Bagus! Anak pintar!" seru Elsiff, kemudian ia terdiam karena teringat sesuatu.
"Oh, benar. Apa kakakmu bersikap baik kepada bibi Seraphina?" Elsiff bertanya untuk memastikan. Karena sopir terdahulu ada yang nyaris ribut dengan Jaq karena tak tahan dengan sikap kurang ajar remaja jangkung itu.
"Tidak! Tetapi, meskipun begitu, bibi Anime tidak pernah terlihat kesal atau marah kepada Kak Jaq. Saat Kak Jaq menyuruh kami untuk diam karena aku sering mengajak bibi berbicara, bibi selalu langsung terdiam, tetapi aku selalu berusaha membuatnya mengobrol lagi denganku," jawab Dominic apa adanya. Elsiff mengangguk-angguk samar sembari menipiskan bibir, membuat ibunya cukup penasaran.
"Ada apa?"
"Tidak, Ibu. Aku hanya ingin mengetahui interaksi mereka saja. Kuharap, mereka akur, terutama Jaq," jawab Elsiff. Padahal, sebetulnya ia masih memikirkan ekspresi yang Felix berusaha samarkan pada obrolan mereka semalam.
***
Semalam, seusai memeriksa Jaq, Felix dan Elsiff sempat berbincang sebentar. Membicarakan kondisi Jaq dan menanyakan tentang sikapnya kepada Seraphina.
"Maaf aku menanyakan ini, Elsiff. Kau pernah bilang jika Jaq memiliki lidah yang tajam. Apa dia dan Seraphina akur?" tanya Felix penasaran. Elsiff memberinya tatapan ragu.
"Aku tidak begitu yakin, tetapi Seraphina tidak pernah mengeluhkan apa pun. Dia bilang, Jaq hanya menegurnya karena dia yang salah, tetapi aku ragu dengan itu," jawab Elsiff apa adanya. Kemudian, ia memberikan tatapan penuh selidik kepada pria seusianya itu dengan cukup serius.
"Ada apa? Mengapa kau menanyakan itu?"
"A-ah, tidak. Hanya saja ... Seraphina adalah teman kekasihku," jawab Felix sembari tersenyum. "Emma sangat menyayangi Seraphina dan sangat berhati-hati memilihkan pekerjaan untuknya. Saat kekasihku itu belum tahu jika calon bos Seraphina adalah kau, dia belum merasa tenang."
Elsiff terdiam selama beberapa saat. Ia rasa Felix seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Namun, ia juga merasa tidak begitu yakin di saat bersamaan.
***
"Elsiff!" Bu Amy memanggil sang putra yang baru saja melangkah keluar dari rumah. Ia siap berangkat bekerja, karena Seraphina sudah berada di perjalanan. "Ingat apa yang diinginkan Minic tadi pagi!"
"Aku mengingatnya!"
"Baiklah. Sampaikan kepada Seraphina, jika hari ini Ibu akan tutup dulu karena harus menjaga Jaq."
"Baik, Bu."
Baru saja Dominic membuka gerbang, mobil milik Elsiff yang dibawa oleh Seraphina sampai. Pria dengan codet di ujung alis itu memberitahu password apartemennya dan membiarkan Seraphina mengambil kunci untuk menjemputnya juga Dominic.
"Bibi—" Perkataan Dominic terhenti saat melihat Seraphina turun terburu-buru.
"Minic, di mana Jaq? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana keadaannya sekarang? Semua ini salahku, karena aku dia jadi jatuh sakit!" Seraphina berjongkok di hadapan Dominic dan terus berbicara tanpa jeda dengan kekalutan yang begitu kentara. Ia bahkan beberapa kali mengusap wajah dan menggigiti bibir, tanpa ia sadari.
"Paman, tolong!" Panggilan Dominic membuat Seraphina tersadar, jika mungkin dirinya telah membuat bocah kecil itu ketakutan. Sedangkan dari arah lain Elsiff segera menghampirinya.
"Oh, Minic. Maaf—"
"Ada apa?" tanya Elsiff khawatir. Dominic langsung menunjuk Seraphina yang terpaku. Membuat Elsiff terkejut saat melihat wajah kusut Seraphina.
"Tuan, maafkan aku! Karena aku Jaq menjadi jatuh sakit. Apa sekarang dia baik-baik saja? Apa dia sudah sadar? Apa—"
"Jaq baik-baik saja. Dia hanya demam, Seraphina. Kau tenang saja. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu. Jangan khawatirkan itu!" tukas Elsiff dengan ekspresi wajah yang terlihat tidak nyaman. Saat ia menghubungi Seraphina untuk menjemputnya subuh tadi, ia juga mengatakan perihal apa yang terjadi kepada Jaq. Namun, Elsiff tidak menduga jika Seraphina akan sepanik itu.
"Tapi, Tuan—"
"Bibi, apa Bibi baik-baik saja?" Pertanyaan khawatir dan cengkeraman kecil pada kemeja merah maron yang dikenakannya membuat Seraphina tiba-tiba tergugu, terutama saat menyadari apa yang dilakukannya beberapa saat yang lalu.
"A-aku ...." Seraphina tak biasa mengatakan apa pun, terutama kini Elsiff pun sepenuhnya menatap ke arahnya. "Aku hanya mengkhawatirkan Jaq, tetapi setelah tahu dia baik-baik saja, aku merasa lega. Maafkan aku. Mari kita pergi! Kita bisa terlambat," Seraphina langsung mengalihkan pembicaraan sembari tersenyum dan berusaha terlihat tenang.
Seraphina langsung memasuki mobil setelah membiarkan Dominic masuk terlebih dahulu. Ia memang penasaran dengan kondisi Jaq, tetapi setelah apa yang baru saja terjadi dan mendengar bahwa Jaq hanya demam, Seraphina memutuskan untuk menjenguknya saat usai menemani Dominic bersekolah. Elsiff masih terus menatapnya lamat-lamat, bahkan meskipun setelah berada di dalam mobil.
###
Felix yang mencurigakan!
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Of Seraphina
Ficción GeneralRATED 17+ "Rasa sakit itu bukan hanya cerita, luka itu bukan hanya ilusi, dan kerapuhan itu bukan bohong belaka. Aku hanya tak ingin mengumbarnya, karenanya kudekap sekuat tenaga dan jiwa." Seraphina