8. Mimpi Yang Terkubur

12 2 1
                                    

XXX

Sebaiknya kau memberitahuku, Rubah Licik!

Sial! Aku benar-benar akan menghabisimu!

Berhenti memblokir nomorku!

Read

Kepala Seraphina tertunduk lemas di atas setir kemudi. Pesan-pesan menyebalkan yang tidak habisnya terus saja berdatangan.

Perempuan berambut hitam dengan sedikit polesan warna merah muda dan dan biru itu sudah sampai sekitar sepuluh menit yang lalu di parkiran kantor. Awalnya Seraphina menunggu sembari membaca buku, tetapi notifikasi dan getar panggilan yang terus berulang membuatnya hilang fokus.

Seraphina merasa sedikit lega karena Dominic berada di apartemennya dan tidak menyaksikan wajah kusutnya saat ini. Ia sengaja membawa Dominic ke huniannya setelah selesai berbelanja. Elsiff bilang, Dominic tidak boleh dulu pulang, apalagi dengan kondisi Seraphina yang baru saja diserang Nevara.

Elsiff sendiri tahu kondisi Seraphina dari Dominic ketika Seraphina menelponnya, karena Dominic ingin mengadu. Padahal, Seraphina sudah berusaha mencegahnya mengatakan hal tersebut. Namun, Dominic cukup keras kepala.

Untungnya, bocah enam tahun itu mudah diatur. Saat berada di apartemennya Dominic merasa senang. Anak kecil berpipi chubby itu takjub melihat koleksi buku Seraphina yang begitu banyak. Ia bahkan membaca salah satunya, sampai malah berakhir tertidur pulas.

Saat Seraphina akan menjemput Elsiff pun Dominic masih tertidur di kamarnya. Ia lantas memberitahu Elsiff terlebih dahulu tentang Dominic, sebelum meninggalkan sebuah catatan dan bergegas pergi untuk melakukan tugas dengan segera. Ia tidak ingin membuat bosnya ataupun Dominic menunggu.

"Mengapa kau berusaha dengan begitu keras?" tanya Seraphina sembari memandangi ponsel yang masih bergetar. Ia sampai keluar dari dalam mobil, karena merasa cukup kesal. Seraphina juga merasa sedikit haus.

Bibirnya yang terluka terus menggerutu. Seraya berjalan Seraphina masih memperhatikan pesan-pesan yang masuk lewat ponsel. Membuatnya lagi-lagi tak sadar dengan keadaan sekitar dan nyaris saja tertabrak mobil yang tengah mundur untuk keluar dari parkiran, bila pemilik mobil itu tidak menekan klakson.

"Oh, maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" tanya sang pemilik mobil saat melihat Seraphina membungkuk untuk mengambil ponsel yang sempat terlepas dari genggaman.

"Aku—Ian?"

Baik Seraphina atau Ian kembali dibuat terkejut. Itu adalah pertemuan kedua kali mereka yang tak disengaja setelah sekian lama.

Di pertemuan sebelumnya Seraphina dikenalkan oleh Bu Amy. Perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu tidak mengatakan apa pun selain memberi anggukan sebagai sapaan. Begitu juga Ian, ia saat itu tidak membahas atau membicarakan hal apa pun yang membuat keduanya terlihat seperti sudah saling mengenal di hadapan Bu Amy. Ian berusaha hanya fokus membicarakan kerja samanya dengan Bu Amy.

"Ya Tuhan, bibirmu terluka dan berdarah! Apa itu—"

"Tidak! Aku baik-baik saja!" Seraphina langsung berdiri tegak dan berjalan agak mudur, saat Ian nyaris memegang bahunya. Ia bahkan memalingkan wajah, menghindari bertatap mata dengan Ian—mantan kekasihnya.

Dari pintu dekat lobi utama Elsiff berdiri memperhatikan keduanya. Matanya mengintai seperti elang. Beberapa karyawan yang menyapanya pun ia abaikan. Fokusnya teralihkan, Elsiff teringat dengan apa yang dibicarakan Ian dan Astrea saat di kafe.

Daily Of Seraphina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang