"Aku senang sekali bisa membeli buku baru!" Dominic berjalan dengan riang sembari menjinjing tas kertas berisi beberapa buku yang baru selesai dibeli. Mereka masih berada di pusat pembelanjaan dan Dominic enggan membuat Seraphina membawakan barangnya.
Seraphina berjalan di samping Dominic yang memegang erat tangannya. Seusai pulang sekolah bocah itu terlihat sangat bersemangat, padahal hari ini Seraphina tidak menemaninya belajar sepanjang waktu. Seraphina masih cukup cemas dengan keadaan Jaq sehingga hanya menunggu Dominic di aula utama. Ia tidak bisa fokus.
"Andai saja paman Elsiff bisa ikut, pasti akan lebih menyenangkan!" seru Dominic sembari tersenyum lebar.
Siang ini seharusnya Elsiff lah yang menemani Dominic pergi membeli buku seperti yang ibunya minta. Akan tetapi, karena ada rapat mendadak yang harus dilakukan, akhirnya Elsiff malah menyuruh Seraphina untuk menemani keponakannya. Elsiff bahkan tak ragu memberikan kartu kreditnya kepada Seraphina untuk memenuhi kebutuhan berbelanja Dominic.
"Aku, bibi, dan paman pasti akan terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia!" Lanjutan perkataan Dominic membuat Seraphina tersentak dari pikirannya yang cukup kalut dan seketika menatap Dominic dengan heran. Itu bukanlah pertama kalinya bocah enam tahun itu memasang-masangkan dirinya dengan Elsiff.
"O-ow, kau memiliki pemikiran seperti itu lagi?" tanya Seraphina tak percaya. Dominic mengangguk penuh semangat.
Dominic sepertinya sangat merindukan kehadiran sosok orang tuanya. Seraphina lantas mengusap kepala bocah itu sembari tersenyum. Meskipun ia sebetulnya merasa tidak nyaman dengan apa yang diutarakan Dominic, tetapi karena Dominic hanya seorang anak kecil yang polos, Seraphina tidak menganggapnya serius.
"Bibi, aku lapar. Mari membeli sesuatu yang enak!"
"Baiklah, mari! Bibi juga akan membeli beberapa buah dan camilan untuk kakakmu," jawab Seraphina sembari berjalan menuju toko swalayan. Dominic menggelengkan kepala karena Seraphina masih saja memikirkan kakaknya dibandingkan dengan dirinya yang ada di depan mata.
"Apa Bibi menyayangi Kak Jaq, meskipun Kak Jaq bersikap seperti itu kepada Bibi?" Dominic bertanya seraya mengambil keranjang kosong dan memberikannya kepada Seraphina.
"Apa yang kau katakan? Kakakmu tidak melakukan apa pun kepada bibi. Bibi melakukan ini karena bibi ingin menjenguknya," ucap Seraphina, lalu ia mengalihkan pembicaraan. "Bukankah kau ingin memakan sesuatu? Segera pilihlah!"
Dominic berjalan ke beberapa tempat kue dan biskuit berada yang masih berada dalam pengawasan Seraphina. Perempuan berambut ruffle itu memilih beberapa buah dan jus kotak, sebelum kemudian membatu untuk beberapa saat, teringat dengan apa yang dilakukan Elsiff kepadanya semalam.
Seraphina cukup terkejut saat menerima pesan Elsiff yang menyampaikan, bahwa Elsiff membeli beberapa suplemen serta minuman menyehatkan untuk Seraphina, dan menggantungnya di gagang pintu. Elsiff tidak memberikannya secara langsung karena khawatir Seraphina sedang melakukan urusan lain atau mungkin sudah pergi beristirahat.
"Baru kali ini aku mendapatkan bos yang begitu baik, tetapi aku malah membuat keponakannya jatuh sakit!" Seraphina bergumam lalu mengigit bibir dengan hati yang terasa cukup berat. Tatapan mengintimidasi yang Elsiff berikan sepanjang perjalanan tadi pagi membuatnya merasa tidak tenang. "Aku harus tenang dan bersikap normal."
"Benar. Kemarin itu nyaris saja. Aku tidak menduga jika Jaq akan membalas serangan mereka. Biasanya anak itu hanya diam dan pasrah seperti pecundang!"
Pembicaraan beberapa siswi berseragam sekolah yang sedang memilih minuman merebut perhatian Seraphina. Ada beberapa buku baru di tangan mereka. Seragam sekolah yang mereka kenakan pun mirip dengan yang digunakan Jaq. Seraphina lantas memeriksa jam di pergelangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Of Seraphina
Ficção GeralRATED 17+ "Rasa sakit itu bukan hanya cerita, luka itu bukan hanya ilusi, dan kerapuhan itu bukan bohong belaka. Aku hanya tak ingin mengumbarnya, karenanya kudekap sekuat tenaga dan jiwa." Seraphina