Mobil milik Elsiff yang ditinggalkan di kantor sudah diantarkan seseorang ke apartemennya. Sehingga itu, di bawah sinar mentari pagi, di tempat parkir Seraphina sudah berdiri menunggu Elsiff. Pakaian atasnya tidak lagi menggunakan kemeja. Namun, masih memiliki warna yang sering Seraphina kenakan. Putih. Pakaian dari brand ternama dalam negeri. Model terbaru yang elegan, pemberian Elsiff setelah menyepakati kontrak tadi malam.
Seraphina kembali bekerja setelah membuat kontrak. Perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu boleh berhenti bekerja sesuai keinginan pertamanya, tetapi setelah Elsiff mendapatkan pengganti yang lebih baik dalam waktu satu bulan. Bila dalam jangka waktu tersebut masih tidak ada pengganti, maka Seraphina harus tetap bekerja, sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Walaupun sempat ragu, tetapi karena memikirkan permintaan Bu Amy juga Dominic, Seraphina akhirnya setuju. Ia juga cukup memahami keadaan Elsiff yang mengidap amaxophobia. Semalam, pria berusia tiga puluh satu tahun itu bahkan pulang bersama orang lain dibandingkan harus membawa mobil sendiri.
Saat Elsiff memberikan pakaian itu semalam, Seraphina sempat dibuat terkejut. Selain memberi hal tak terduga, Elsiff benar-benar memintanya kembali bekerja dengan tidak ragu-ragu. Bahkan, sempat meminta maaf karena khawatir bila ada perbuatannya yang membuat Seraphina tidak nyaman. Terutama karena peristiwa 'pengakuan calon istri' yang menimbulkan masalah.
"Itu sangat cocok untuknya," batin Elsiff saat keluar dari gedung apartemen dan melihat Seraphina dari kejauhan. "Jika Minic ada di sini, ia pasti akan setuju, jika Seraphina dengan balutan pakaian itu terlihat seperti anime bangsawan elite."
Elsiff nyaris tersenyum lebar saat berjalan mendekati Seraphina. Selama beberapa saat ia benar-benar terpana. Akan tetapi, saat perempuan berambut ruffle itu menyadari kehadirannya, raut wajah Elsiff langsung kembali berubah. Pria berkemeja biru dengan jas putih itu cukup terkejut saat melihat ekspresi Seraphina yang terlihat tidak sedih, tetapi tidak terlihat bahagia juga. Itu raut wajah yang berbeda dari biasanya.
"Tuan. Selamat pagi!" Seraphina menyapa sembari tersenyum. Namun, itu bukan senyum seperti biasanya juga. Elsiff merasakan ada hal yang berbeda. Tidak ada kehangatan dan semangat yang menggebu di sana.
"Selamat pagi," jawab Elsiff sembari menatap Seraphina lekat-lekat. Ia jadi teringat dengan apa yang ia bicarakan bersama Felix malam tadi.
***
Tadi malam, Elsiff datang ke kafe menggunakan taxi online dan menceritakan semua yang ia alami dan ragukan kepada Felix. Termasuk pertemuan pertamanya dengan Seraphina yang tidak disengaja, bagaimana perempuan bermata keabu-abuan itu bisa terjebak masalah asmaranya dengan Nevara, dan juga permintaan tak terduga ibunya. Elsiff bahkan menceritakannya dengan mendetail.
"Untuk poin itu ... kau benar, itu sangat tidak terduga. Akan tetapi, terlepas dari hal tersebut. Apa kau yakin tidak tertarik kepada Seraphina? Akhir-akhir ini kau seperti begitu terpaku padanya," tanya Felix sembari meraih cangkir kopi miliknya. Ia terlihat cukup serius.
"Y-ya! Aku menceritakan semua ini karena ingin memastikan beberapa hal. Untuk pekerjaan! Siapa tahu kau mengetahui sesuatu," tukas Elsiff sembari memalingkan wajah. Felix hanya mengangguk-angguk sembari menipiskan bibir. "Aku serius!"
"Ya. Tentu saja. Kapan aku bilang kau tidak serius? Kau tidak mungkin akan menyukai sopir pribadimu," cibir Felix tenang sembari melirik Elsiff penuh arti. Elsiff malah menghela napas sembari memejamkan mata, merasa kesal dengan apa yang dikatakan kawannya karena Elsiff tidak melihat Seraphina dengan cara seperti itu.
"Jadi, kesimpulannya, dari semua yang telah terjadi, apa kau sudah pastikan semua?" tanya Felix. "Kau sudah mengecek jejak digitalnya, bukan?"
Elsiff mengangguk menanggapi hal tersebut. "Tetapi tetap saja, ada hal yang—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Of Seraphina
General FictionRATED 17+ "Rasa sakit itu bukan hanya cerita, luka itu bukan hanya ilusi, dan kerapuhan itu bukan bohong belaka. Aku hanya tak ingin mengumbarnya, karenanya kudekap sekuat tenaga dan jiwa." Seraphina