19. Mimpi Buruk

12 2 1
                                    

Di ruang tunggu di lobi apartemen Elsiff berbincang dengan keamanan setempat juga polisi. Elsiff langsung melaporkan apa yang telah terjadi di hunian Seraphina. Ia ingin tahu siapa dalang dibalik pelaku peneroran tersebut.

Dari rekaman CCTV, ternyata ada seseorang yang meretas pin pintu masuk hunian Seraphina. Orang itu berpakaian serba hitam dan begitu tertutup. Di tangan orang itu terdapat kotak hitam berukuran cukup besar yang ditaruh di dalam tempat tinggal Seraphina.

Setelah melakukan hal tersebut, orang itu buru-buru pergi dan menaiki motor yang terparkir di basemen. Polisi berhasil mencatat plat nomor motor tersebut dan sedang berusaha mencari siapa pemiliknya.

Elsiff mencurigai Nevara. Akan tetapi, Seraphina berkata, jika mungkin saja itu adalah perbuatan penggemar Lyle yang telah mengetahui apa yang terjadi di reuni. Karena itu, Elsiff membutuhkan bukti kuat dan mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Meskipun memang tidak menimbulkan korban jiwa. Akan tetapi, apa yang dilakukan peneror tersebut sudah mengganggu ketertiban setempat dan privasi seseorang.

Seraphina sampai shock dan nyaris pingsan. Akan tetapi, Elsiff berhasil membuatnya sadar dan kemudian membuatnya tinggal di hunian Elsiff. Ia tidak mungkin membiarkan Seraphina tetap berada di huniannya sendiri dengan keadaan pintu yang telah rusak. Elsiff akan mempertanggung jawabkan hal tersebut.

Melihat banyaknya postingan dan berita artikel yang telah tersebar di internet tentang apa yang dilakukan Seraphina kepada Lyle, Elsiff juga tidak tinggal diam akan hal tersebut. Ia langsung menghubungi orang-orang yang bisa ia andalkan dan percayai untuk menghapus semua berita tersebut dengan segera.

Beberapa rekan kerja menelponnya, karena Lyle merupakan artis yang akan membintangi iklan produk yang tengah Elsiff garap. Kebetulan, produk yang tengah disiapkan iklannya itu pun bermitra bisnis dengan perusahaan Elsiff. Mereka takut jika apa yang terjadi akan berdampak negatif, terutama di muka publik, karena dalam video itu Elsiff juga ikut terekam. Tepatnya netizen lebih fokus ke dimana saat Elsiff memberikan tatapan tajam pada Lyle dan Ian, lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Sikap Elsiff yang langsung pergi usai berpamitan dengan raut wajah dingin menahan kesal itu pun cukup mengganggu hati para komite sekolah. Mereka juga sama menghubungi Elsiff dan meminta maaf atas kekacauan yang terjadi di reuni, padahal Elsiff merupakan salah satu tamu istimewa di pertemuan itu.

"Elsiff!"

Emma dan Felix datang setelah sekitar satu jam lalu diberitahu tentang apa yang menimpa Seraphina. Mereka langsung menghampiri Elsiff yang baru saja selesai berbicara dengan para polisi dan petugas keamanan setempat.

"Di mana Piu?" tanya Emma panik.

"Dia di apartemenku. Dia—"

"Tuan Elsiff meninggalkannya sendirian? Sudah berapa lama?" tanya Emma dengan mata terbelalak lebar. Reaksinya mengejutkan Elsiff dan membuat Felix kemudian berusaha menenangkannya.

"Kurasa, sudah satu jam," jawab Elsiff setelah melihat jam di ponsel. Emma memejamkan mata sembari mengepalkan tangan. Ia terlihat kesal dan khawatir di saat bersamaan.

"Baiknya kita langsung ke sana!" seru Felix. Kemudian, ketiganya bergegas pergi. Emma bahkan berjalan paling depan dengan langkah yang tergesa-gesa.

"Mengapa reaksi Emma seperti itu? Aku meninggalkan Seraphina dalam keadaan dirinya yang sudah tenang. Aku bahkan meminta izin dan menanyakan berulang kali keadaannya terlebih dahulu sebelum turun," ungkap Elsiff penuh tanya sembari melirik Felix yang ternyata membawa koper kerjanya.

"Seraphina itu pernah hampir depresi berat. Selain itu, dia juga menderita anxitey dan PTSD. Karena itu, Emma panik." Jawaban Felix membuat Elsiff bungkam seketika dengan wajah tertegun kaget.

***

Di jalan gang yang kumuh dengan pencahayaan remang-remang, Seraphina terus berlari sekuat tenaga dengan kaki yang terpincang-pincang. Seluruh tubuhnya dipenuhi memar dan luka di beberapa titik seperti dahi, lutut, dan sikut. Bajunya sudah kumal dengan rambut hitam panjang yang tidak rapi.

Air mata dan ketakutan mengiringi langkah Seraphina yang berusaha lari dari para preman cabul yang menjadi bawahan seorang mucikari. Dean bahkan ada di antara preman tersebut, berusaha menangkap sang adik yang terus kabur meskipun telah disiksa habis-habisan oleh dirinya.

"Sial! Kau merepotkan sekali!" seru Dean saat dirinya dan para preman itu berhasil memojokkan Seraphina.

"K-kak Dean. Kumohon, tolong, lepaskan aku ...." Seraphina memohon dengan kedua tangan menyatu dan tubuh bersandar pada dus-dus dan barang-barang bekas yang tertumpuk di sana.

Dean malah menyeringai picik. Kemudian, dengan cepat ia mencekik Seraphina sampai adiknya kesulitan bernapas. Membuat Seraphina langsung tersadar dari ingatan kelam tersebut, yang nyaris saja membuatnya tidak bernapas. Seraphina sangat terlarut dalam pikirannya ketika seluruh tubuhnya sedang terendam air di bak mandi.

Seraphina lalu mengusap wajah sembari mengatur napas yang masih terengah. Seraphina merasa sangat lelah, sampai tidak sadar kapan ia mulai menenggelamkan diri seperti itu. Ia bahkan tidak tahu sudah berapa lama ia ada di kamar mandi sejak Elsiff pergi.

"Tidak. Tuan Elsiff akan kerepotan," ujar Seraphina begitu pelan. Tatapannya sangat sendu, tak ada gairah kehidupan di sana.

Seraphina bergegas menyelesaikan mandi dan segera memakai kaos dan celana panjang yang telah Elsiff berikan. Di depan cermin dekat wastafel Seraphina menatap pantulan dirinya yang terlihat menyedihkan. Ia kembali terbayang-bayang kejadian masa lalu yang tidak pernah pergi dari kepalanya.

Jika saat itu Seraphina tidak melakukan perlawanan dengan menusuk perut kakaknya dan melukai para preman itu dengan pecahan botol kaca yang ada di sana, ia mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Elsiff dan bahkan berada di apartemennya. Saat itu Seraphina berhasil melarikan diri dan menjauh sejauh yang ia mampu. Emma menolongnya ketika keesokan harinya, beberapa jam setelah Seraphina menelponnya lewat telepon umum.

"Kau memang tidak berguna ..." Seraphina bergumam sembari tersenyum miris dengan air mata yang meluncur membasahi pipi. Ia menatap bibir, wajah, serta tubuhnya yang telah pucat pasi. Juga, menatap kedua lengannya yang dipenuhi bekas luka sayat yang sebagian besar telah cukup memudar.

Kejadian di tempat reuni, kekejaman yang kakaknya perbuat, dan cibiran orang-orang masih terbayang serta terdengar jelas di kepala Seraphina. Itu sangat berisik dan Seraphina sangat membenci hal tersebut. Napasnya bahkan kembali tidak stabil, membuatnya langsung duduk bersimpuh di lantai dengan kepala bersandar di dinding.

Di sisi lain, setelah mendengar jawaban dari Felix, Elsiff bergegas masuk ke dalam rumah. Elsiff jadi orang yang lebih panik dibanding Emma, karena tak menemukan Seraphina di ruang utama ataupun kamar. Elsiff kemudian berlari ke kamar mandi yang terpisah dengan kamar. Sebelum turun ia menyuruh Seraphina membersihkan diri.

Di depan pintu yang terbuat dari kaca buram itu ia sempat gugup. Namun, jika sesuatu yang ia dan Felix juga Emma pikiran terjadi kepada Seraphina. Elsiff tidak bisa memaafkan dirinya.

Hal pertama yang Elsiff lihat adalah Seraphina yang hanya duduk bersandar lemah sembari melamun tanpa ekspresi apa pun. Tubuh Seraphina pucat pasi dan gemetar. Akan tetapi, yang lebih mengejutkan Elsiff adalah seluruh bekas luka yang ada di lengan Seraphina.

"Dia ... benar-benar menutupinya dengan baik," gumam Elsiff dalam hati. Matanya dan mata Seraphina berserobok. Seraphina hendak bergerak untuk bangkit. Ia takut membuat Elsiff marah. Namun, Elsiff lebih dulu menghampiri dan segera menggendongnya.

"T-Tuan ...."

"Mengapa kau berbohong, Seraphina?"

###

Jangan lupa tinggalkan jejak 😉

Daily Of Seraphina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang