Chapter 5 : Objek Imitasi

1.7K 197 28
                                    

Di dunia ini, ada banyak hal yang Solar tidak begitu sukai. Dia tidak suka berisik, tidak suka diganggu saat sedang belajar, tidak suka melihat orang bertengkar di depannya-terutama Blaze dan Ais yang kamarnya bersebelahan dengannya, dan Solar bisa bersumpah jika dia tidak menyumpal telinganya dengan suara musik keras, maka suara Blaze dan Ais yang selalu minta didemo itu tidak akan sekali pun teredam. Solar juga tidak suka saat orang lain-terutama Blaze masuk kamarnya, dia tidak suka barang-barangnya disentuh secara sembarangan, karena terakhir kali Solar sampai ngamuk karena rak-rak bukunya berhamburan dan setengah miniatur kesayangannya rusak karena kelakuan Blaze.

Pokoknya, setengah permasalahan hidup Solar adalah karena Blaze. Titik.

Oh, dan satu hal lagi yang paling penting.

Solar tidak suka gelap.

Kalau ada perdebatan mengenai lampu harus mati atau menyala saat tidur, maka Solar akan berteriak sampai suaranya keluar ubun-ubun dan menggentayangi para arwah-arwah yang mati penasaran supaya mereka tahu bahwa tidak ada untungnya tidur dalam keadaan gelap. Kalau perdebatan itu secara online, maka Solar rela-rela saja menghabiskan kuota wifi rumahnya untuk menyuarakan gerakan stop tidur dengan lampu mati lewat macam-macam platform media sosial. Sebab menurut Solar, ada orang tidur dengan lampu mati saja sudah aneh.

Dia percaya, orang yang tidur saat lampu mati itu bisa jadi berjabatan tangan dengan alam sebelah. Menurut Halilintar pikiran itu sangat-sangat tidak masuk akal, tapi karena dia tahu adik-adiknya memang tidak ada yang waras-hampir-jadi dia biarkan saja kepercayaan sesat itu diyakini oleh Solar.

Yang penting dia tidak beneran jaga lilin buat tumbalin Blaze jadi babi ngepet, atau melakukan aksi persugihan dan ikut aliran sesat di rumah ini saja.

Makanya, setelah malam itu-saat Solar berdusta pada Halilintar untuk keluar menjemput Gempa-deskripsi ketidaksukaannya itu semuanya lengkap dijadikan satu pada situasi saat Solar dan Gempa kembali ke rumah membawa martabak manis sebagai oleh-oleh. Pertama, karena saat Gempa dan Solar tiba, ada sebuah ember melayang di depan wajahnya-hampir mengenai jika saja Gempa tidak menarik tubuhnya. Kedua, ada suara Blaze teriak-teriak minta ampun sambil suara grasak-grusuk dan muka tolol begundal itu mendadak seperti mendapat wahyu dari Yang Maha Kuasa saat melihat sosok Gempa.

Sedetik setelahnya, Blaze melompat berteriak minta tolong pada Gempa sementara Halilintar sudah keluar dengan wajah seperti instruktur garang di kamp militer yang siap memukuli Blaze dengan tongkat baseball yang Solar duga diambil dari kamar Taufan.

Dan, Solar katakan sekali lagi itu bukan pertengkaran pertama kalinya yang terjadi di rumah ini.

Seperti yang sudah-sudah, aksi huru-hara itu diredam dengan Gempa. Boro-boro ada sambutan hangat, bahagia dan penuh haru untuk menyambut si sulung ketiga, dia malah harus repot-repot jadi hakim mediasi antara Halilintar yang mukanya sudah semurka gunung krakatau dan Blaze yang mukanya malah haha hihi hehe sambil berlindung di badan Gempa.

Solar? Jangan ditanya, dia memilih cemilin martabak manis itu dengan Duri dan Ais-yang sebenarnya juga harus ikut sidang sebagai terdakwa pelaku bolos siang lalu tapi malah terlepas karena Blaze begitu pintar memancing kemarahan Halilintar yang kesabarannya setipis tisu dibagi lima dan dicelup lagi ke air.

Hasilnya sudah mutlak, Halilintar di suruh masuk ke kamar dan istirahat karena sebetulnya mukanya itu beneran seperti mahasiswa semester tujuh yang tidak tidur tujuh hari tujuh malam dan lagi stres-stresnya skripsi karena perihal dosen pembimbing yang suka hilang dan lenyap bagai pelaku peminjam hutang lalu harus menangani kelakuan bikin emosi adik-adiknya yang tidak tahu diri.

Solar rasa, kalo Halilintar itu punya kekuatan super hero yang sanggup mengacak-acak bumi ini, orang pertama yang bakalan jadi target kejahatannya itu sudah pasti Blaze.

Rumah Ke Rumah (Boboiboy Elemental)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang