Chapter 9 : Paradigma

948 109 16
                                    

Waktu pulang sekolah—selepas menjuteki Duri dan menghindar sepanjang hari dengan rasa pahit tertinggal, Solar memilih untuk memisahkan diri begitu bel pulang berbunyi. Satu detik saat lonceng eletrik berdenting di seluruh penjuru gedung sekolah, Solar langsung memasukkan semua barang-barang di atas meja ke dalam tasnya; buku-buku paket tebal, kotak pensil yang sudah usang karena sudah dia pakai dari SMP kelas dua, sampai tentengan kotak makan yang dibawakan oleh Gempa. Tindakannya itu bikin Iwan, yang sudah lebih dari satu semester jadi teman sebangkunya akhirnya jadi menatapnya aneh.

Apalagi, gerak-gerik Solar sudah mirip seperti orang yang sedang dikejar-kejar penagih hutang. Dia gelisah melihat pintu kelas—takut-takut sosok kakak-kakaknya lebih dulu datang menjemputnya untuk pulang.

Sebab, memang biasanya mereka berempat sepaket berangkat dan pulang bersama. Jangan tanya mengapa, Solar sudah cukup lelah mengingat sikap overprotektif Halilintar. Selain karena demi mengontrol dua kembar dispenser yang kadang suka kelayapan saat pulang sekolah, itu juga jadi ajang mereka bertiga memvalidasi bahwa Solar belajar dengan baik di sekolah. Yah, menurut Halilintar itu solusi fifty fifty yang bisa dia pakai supaya kejadian saat Solar dirudung saat SMP tidak terulang; Ais dan Blaze serta Duri tidak membuatnya pusing sampai mabuk kepayang dan ingin resign jadi tulang punggung keluarga.

Tapi kali ini, Solar bertekad untuk tidak mau pulang bersama. Titik.

Kejadian sebelumnya dengan Duri bikin Solar yang semula canggung jadi semakin canggung. Sepertinya hanya mereka berdua yang disebut kembar tapi bahkan tidak pernah mengerti isi kepala masing-masing. Solar bukannya tidak suka Duri, tapi dia hanya tidak tahu cara yang tepat meladeni candaan aneh Duri. Apalagi, daripada membuat nyaman, Duri kadang tidak ada bedanya dengan Blaze secara watak. Mereka sama-sama mengesalkan dan cuma bisa bikin Solar darah tinggi. Makanya, demi menghindari ketidaknyaman mental itu—walaupun Solar yakin seratus persen kalau Duri akan berlagak seperti tidak ada yang terjadi dan akan melakukan candaan gila dan sinting bersama Blaze—Solar tetap bertekad untuk pulang sendiri.

Jadilah, mengetik dengan cepat; mengirimkan pesan singkat pada Halilintar dan Ais—sebab Solar yakin Blaze tidak akan membuka ponselnya sama sekali—Solar langsung ngacir sambil menggendong tas di punggungnya bak orang yang sedang dikejar-kejar waria kurang belaian di lampu merah pertigaan—meninggalkan Iwan yang sebenarnya sangat ingin bertanya lewat tepukan pundak. Solar sudah beralasan dengan lihainya bahwa dia harus belajar kelompok di perpustakaan, sehingga dia yakin Halilintar tidak akan banyak tanya apalagi menginterogasi kenapa dia pulang sendiri dan telat sampai ke rumah.

Halilintar itu kalau lagi mode single parent, cerewetnya ngalahin Gempa saat tau ada handuk basah tergeletak di atas kasur atau seperti emak-emak sakti yang tau anak tetangga lebih unggul daripada anaknya.

Nyinyir banget serius.

"Solar, kenapa kamu sembunyi-sembunyi kayak gitu?" Tepukan pundak saat Solar mengintip dari balik tembok membuat anak laki-laki berkacamat itu berjengit.

Saat dia berbalik, ada Bu Jian—lengkap dengan setelan formal batik dengan rok panjang span yang agak ketat. Dia salah satu guru kimia yang mengajar kelas sepuluh; yang paling tau juga kalau Solar adalah anak jenius sampai-sampai dia pernah bersikeras agar Solar bisa mengikuti program akselerasi. Sayangnya, karena Halilintar tidak menyetujui berkas yang Solar bawa—karena menurut Halilintar di usianya, Solar tidak perlu terburu-buru dalam belajar sampai-sampai semua rumus ilmu matematika dan terapan harus dicekokkan ke dalam otaknya—jadilah semua usaha Bu Jian sirna.

Solar ingat, kesabaran Halilintar yang cuma seuprit itu hampir hilang saat Bu Jian bersikeras bahwa Solar harus ikut program akselerasi. Untungnya saat itu Taufan menemani, sehingga pembicaraan itu berakhir dengan sedikit lebih tenang.

Rumah Ke Rumah (Boboiboy Elemental)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang