Pagi ini, Aluna tampak membaik dari kemarin. Buktinya, sekarang ia sedang lari pagi dengan headphone yang terpasang cantik di telinganya. Tidak ada yang menyenangkan daripada menunggu matahari terbit dan mendengarkan lagu kesukaannya.
Ia duduk dihalte dan membuka botol air lalu meminumnya yang dibawanya sedari tadi. Ia menatap seorang wanita yang sudah berumur sedang menyapu di halaman rumahnya sebrang sana. Ah, ia suka pemandangan itu.
Melihat itu, ia jadi mengingat ibunya. Dengan satu kalimat yang selalu ia ucapkan 'menjadi dewasa itu mudah dan tidak mudah' ucapnya, nyaris setiap hari Aluna mendengarnya. Benar memang, selepas ia bagaimana menatap dunia dewasa setelahnya.
Tiba-tiba, Ia terkekeh. Kemarin, adalah hari bersejarah dalam hidupnya. Kembali mengawang-awang kejadian kemarin dalam ingatannya.
Sesuatu yang mengharuskannya pergi membawakan dirinya kehalte bus untuk menunggu ia diantarkan ke alamat tujuan. Bahkan tangannya yang berada di dalam saku Hoodie putih itu kembali dingin dengan cepatnya.
Aluna tak akan menangis saat itu, ini semua kan salahnya?
Membuatnya tak nyaman, padahal Aluna juga berketuk ingin bertamu dengan nyaman. Namun semua juga tidak ada gunanya.
Aluna padahal ada disana kemarin, ada Keenan di dalam indra penglihatannya. Dan ia rasa, Keenan sadar keberadaanya.
Tangan Keenan mengenggam erat. Seperti seseorang sang sedang dimabuk asmara, bahkan Keenan manampilkan senyuman bodohnya. Wow! Langka. Dan Aluna jamin kini jantungnya berdetak tak karuan.
Oh, tapi itu dalam penglihatannya.
Setelah melepaskan genggaman tangannya, Keenan merogoh sesuatu di totebag yang ia bawa, Aluna tertegun. Asap keluar kita ia menghela nafas saat syal hijau miliknya hadir dalam genggaman Keenan. Dipakaikan kepada yang kedinginan yang tertinggal sedikit tertawa. Lalu membawa dua tiket yang berada di sakunya. Bibirnya seolah mengatakan
"Dasar ceroboh, aku mengirimi kau pesan, tapi kau tidak membalasnya. Kau ingin menonton, kan? Dimana kau letakan handphone mu?"
Aluna memerah sampai kehidungnya. Ketika air mata meluncur harusnya haru, Aluna dengan hidung Semerah tomat menarik lendirnya
Aluna merogoh sebuah handphone disakunya dengan notif pesan dari Keenan;
Jangan marah, ayo menonton bersama. Bersiaplah, aku akan jemput
13.24 pmAluna tertawa parau
Sepertinya ia harus kembali ke kamar Keenan dan menukarkan hp nya yang tertukar dengan Sophia. Karena hpnya entah terselip dimana.
"Syal hijau itu milikku, dua tiket yang ku pesan, dan seharusnya pesan ini ditujukan untukku.."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING FIANCE!
Teen FictionMenunggu sampai akhir hayat pun, bukan aku yang kau pilih. Namun untuk memperbaiki, aku masih menunggu kau mengucapkan maaf padaku.