Happy reading...,🪐
Cahaya matahari yang bersinar kembali terusik dengan kegaduhan yang ditimbulkan oleh Zayn.
"Jadi lo beneran guz dari pesantren itu?" tangannya terangkat dengan menunjuk kesembarang arah.
"Iya,"
"Woy..., lo nggak bohong?" tanyanya lagi memastikan kebenaran. Zayn tak percaya dengan ucapan Kanzaya.
Dia tau kalau Kanzaya memang pemilik pesantren. Namun, tidak dengan kenyataan kalau temannya adalah seorang guz dari pesantren tersebut."Enggak,"
Dirinya masih tak percaya, tangannya menutup mulutnya, tak luput dengan kepalanya yang menggeleng-geleng.
Perlu kalian ketahui, Zayn adalah manusia lebay dengan segala dramanya."Lebay lo jamet," celetuk Nuel, dirinya ingin menampol Zayn, apakah hanya badannya yang besar tapi otaknya kecil? Nuel tak habis pikir dengan karakteristik Zayn.
"Jadi gimana caranya kakek atau ibu lo tau kalau lo itu anaknya?" tanya Nuel meminta penjelasan.
"Mereka tau pas gue nyebut nama,"
"Oh...," ujar Nuel yang sudah mengerti dengan Kanzaya.
Tak seperti Zayn yang masih bengong ditempatnya kemudian dia menenggelamkan wajahnya dilipatan tangganya Namun, tiba-tiba...,
"Ya akhi, aku ingin mencari ukhti-ukhti di pesantren milikmu, tolong izinkan aku akhi...," Kepalanya terangkat dengan seruan yang begitu kencang.
"Si anj!" Nuel melemparkan sepatunya tepat mengenai Zayn.
"Sakit paok," ujar Zayn sembari mengelus-elus lengannya.
"Sinting tau nggak, malu-maluin," sambung Nuel.
Dia kesal dengan tingkah Zayn. Tapi mau bagaiamana lagi, dirinya hanya bisa pasrah dengan tingkah sohibnya itu. Memang agak lain.
•••••••••••••
Seminggu berlalu kini Kanzaya tengah berada di pesantren, melepas rindu bersama keluarganya. Namun, ada yang aneh di sana, dia tidak melihat ibunya.
"Bunda dimana ya? tanya Kanzaya.
"Di kamar, bundamu lagi sakit." balas sang kakek
"Kok nggak dibawa kerumah sakit?" tanyanya lagi.
"Udah..., bunda kamu udah berobat 6 bulan karena paru-paru basah,"
"En-enam bulan?" Kanzaya sangat terpukul mendengar hal tersebut.
Kemudian dirinya bergegas kekamar Ibunya.
"Assalamu'alaikum," ujarnya."Waalaikumsalam," balas seseorang, tetapi suara itu bukan suara ibunya.
Melainkan suara seorang gadis yang ditemuinya didapur beberapa hari lalu.Ya dia adalah Ayleen, selain menjadi santriwati dia juga bertugas menjaga Ibu Abyan, dirinya sudah dianggap seperti anak perempuan bagi ustadzah Kayra. Kayra merupakan ustadzah sekaligus satu-satunya ning dipesantren Al-mu'minun.
"Bunda gue mana?" tanyanya melangkah maju, mengikis jarak antara keduanya.
Namun, Ayleen tak tinggal diam dia langsung mundur lima langkah menjauhkan diri dari area Kanzaya. Tak luput dari pandangannya yang selalu menunduk.
"Bunda...," panggil Kanzaya menggoyangkan lengan ibunya.
"Iya sayang...,"
Beberapa hari yang lalu Ibunya nampak terlihat segar. Namun, tak seperti sekarang, ibunya terlihat pucat pasih.
"Boleh panggilin Kakek?" ujar Ibunya meminta bantuan Abyan.
"Boleh," ujarnya bergegas ketempat tujuan dan memanggil kakeknya.
Setelah semuanya berkumpul
Ibu Kanzaya kembali bersuara."Udah lengkap nih?""Udah bunda," balas Kanzaya.
Langsung saja ibunya meminta maaf, dimulai dari kakeknya hingga ke Kanzaya. "Bunda minta maaf atas semua kesalahan yang telah bunda lakuin, Yaya mau maafin, kan? tanya sang Ibu kepada anaknya.
"Yaya maafin kok, Yaya juga minta maaf sama bunda," ujar Kanzaya, matanya berkaca-kaca.
"Heh, cengeng banget jadi cowok, Nggak malu tuh sama Ayleen?" ujar ibunya masih sempat bercanda.
"Enggak! Lagi pula dia nunduk, dia enggak lihat Yaya,"
Sedangkan pak Kyai, dia sudah mengerti dengan tingkah Kayra. "Bisa tahan sebentar lagi? Sampai umi mu pulang," ujar pak kyai Hasyim kepada anak semata wayangnya itu.
"Bisa," balas Kayra tersenyum.
Kanzaya tak mengerti dengan percakapan Ibu dan kakeknya, lalu apakah dia memiliki nenek?
Memang belakangan ini telinga pak kyai Hasyim berdengung, mungkin kah daun sidratul muntaha yang gugur mengenai daun miliknya?
Please vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANZAYA DEANDRA AL-GHAZIY[ON-GOING]
Teen FictionSiapa yang akan kau salahkan jika garis takdirmu berbeda dengan garis takdir orang lain? Ketika dirimu berada di bawah payung kesengsaraan, tentu saja tetesan air kebahagiaan tidak akan mengenaimu. Oleh karena itu lepaskanlah payung-payung yang memb...