Happy reading...,
Keheningan malam ditambah dengan senyapnya rumah, membuat Kanzaya merasakan vibe yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.
"Apa gue ajak Nuel tinggal bareng aja, ya? Soalnya rumah gue sepi banget kayak rumah hantu," Monolognya.
Dirinya kemudian langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur, Kanzaya menatap langit-langit kamarnya. "Habis lulus gue kemana, ya?" Dirinya bingung dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Tersisa tiga bulan lagi untuk menyelesaikan masa SMA-nya, tentu seperti pelajar pada umumnya, Kanzaya tidak tau harus kemana sehabis ini. Dirinya menghembuskan nafasnya dengan gusar kemudian memejamkan matanya, rasa lelahnya membuat Kanzaya pasrah, biarlah takdir membawanya kemana.
Sementara itu di tempat lain...,
"Udah nangisnya?" tanya Nuel.
"Udah...," balas Kaily kemudian tersenyum dengan matanya yang sudah bengkak.
"Kalau boleh tau, masalahnya apa sampe lo nangis gitu?" tanya Nuel.
"Masalah keluarga, Papa sama Mama gue mau cerai." Kaily menunduk.
"Oh..., yang penting mereka masih hidup. Jadi, lo masih bisa ketemu walaupun kasih sayangnya terbagi. Tapi, masih bisa lo lihat wujudnya, Yah..., maybe peran orang tua keduanya bisa berkurang, bisa juga enggak." jelas Nuel.
"Ya, lo mah enak masih punya orang tua." celetuk Kaily tanpa tahu latar belakang orang tua Nuel.
Mendengar kalimat yang dilontarkan Kaily, Nuel tertawa kecil. "Mau dengar kisah tentang orang tua gue nggak?"
Kaily langsung mengangguk, bisa dibilang sebagai ungkapan terimakasihnya karena Nuel sudah mendengarnya bercerita.
Setengah jam kemudian, terdengar suara tangisan Kaily. "Eh jangan nangis dong." Nuel panik dengan tingkah Kaily.
"I-ini ka-karena lo tau...," Air mata Kaily semakin banjir membayangkan jika dirinya berada diposisi Nuel.
"Udahan nangisnya, ya? Mata lo tambah bengkak, Kaily." Nuel bingung bagaimana cara menghentikan tangisan Kaily.
Masih dengan napasnya yang tersendat-sendat, Kaily malah menyemangati Nuel. "Semangat, ya Nuel! Lo 'kan anak he-hebat."
Nuel tersenyum tipis mendengar kalimat penyemangat dari Kaily. Perasaannya campur aduk dikarenakan tingkah gadis di depannya ini.
"Lo juga semangat dong, masa cuman gue yang semangat." balas Nuel.
"Gu-gue semangat kok, cuman cengeng aja." ucap Kaily.
Nuel cekikikan mendengar jawaban dari Kaily. "Gue sayang banget sama lo, gue nggak mau lo nangis." batinnya berbisik.
"Udah puas belum nangisnya?" Nuel kembali bertanya.
"Udah.... Makasih, ya." sahut Kaily.
"Ya udah, ayok pulang ntar gue antar." ajak Nuel.
"Beneran boleh?" tanya Kaily
"Boleh kok kebetulan kita satu arah." sahut Nuel.
"Sekali lagi makasih, ya." ucap Kaily.
Sepanjang perjalanan, Nuel terus menahan perasaannya, disatu sisi dia bahagia. Namun, disisi lain pikirannya terus menerus memikirkan tingginya tembok yang harus dilewatinya.
"Kaily...." Monolognya.
"Apa...? Lo manggil gue, El?" teriak Kaily.
"Enggak kok." sahut Nuel.
Setibanya mereka di rumah Kaily, mereka disambut dengan ibu Kaily.
"Eh udah pulang anak gadis mama." celetuk sang ibu.
Keluarganya mungkin berantakan tetapi, kasih sayang ibunya selalu berlimpah untuk anak-anaknya, lain halnya dengan sang ayah yang tidak memperhatikan kondisi anak-anaknya.
"Iya ma...," jawab Kaily.
Melihat mata Kaily yang bengkak, ibunya tau kalau anaknya baru sajah menangis.
"Makasih udah nemanin anak tante nangis, Kaily emang cengeng. Tapi,
dia kuat kok." ujar sang ibu pada Nuel."Mama..., Kaily malu tau," Telinganya memerah karena tingkah ibunya.
Nuel langsung tertawa dengan tingkah ibu dan anak didepannya ini.
"Sama-sama tante, Kaily emang kuat kok." balas Nuel."Ya udah..., aku balik dulu tante." Nuel berpamitan sembari menyalimi ibu Kaily.
"Hati-hati, ya, nak."
Perjalanannya kembali berlanjut hingga Nuel memasuki rumahnya, baru saja dia membuka pintu bau alkohol bisa tercium olehnya.
"Baru pulang?" tanya sang Ayah.
"Iya...."
"Jam segini baru pulang mau jadi apa kamu? Kalau gini terus kamu keluar dari rumah saya!" tekan Ayahnya dengan nada sedang.
"Cih..., om yakin mau ngusir saya? Tidak tahu malu! Sertifikat rumah ini atas nama saya, silahkan om keluar dari rumah ini!" sahut Nuel, suaranya tak kalah kencang.
Ayah sambungnya langsung terdiam dan kembali menghisap rokoknya. "Arghhhh...!" teriaknya.
Detik berikutnya Nuel langsung melangkah ke kamarnya.Namun, ada benda yang mengganjal penglihatannya. "Itu 'kan? Kunci kamar mama." Nuel langsung memungut benda tersebut tanpa sepengetahuan Ayah sambungnya.
Please vote yaa man temaaan...!
KAMU SEDANG MEMBACA
KANZAYA DEANDRA AL-GHAZIY[ON-GOING]
Teen FictionSiapa yang akan kau salahkan jika garis takdirmu berbeda dengan garis takdir orang lain? Ketika dirimu berada di bawah payung kesengsaraan, tentu saja tetesan air kebahagiaan tidak akan mengenaimu. Oleh karena itu lepaskanlah payung-payung yang memb...