KDA_09

13 9 0
                                    

Happy reading....

"Kamu dimana Lea?" tanya seseorang yang tengah menelpon.

"Di pesantren," balasnya singkat.

"Mama mau kamu keluar dari pesantren!" Tekan sang ibu, dirinya murka dengan tingkah Ayleen. Pasalnya sang anak tidak mengikuti jejak keyakinannya. Ayleen justru mengikuti keyakinan ayahnya.

"Aku nggak mau ma," balas Ayleen, dirinya tidak mau mengikuti perintah ibunya.

Mengikuti perintah orang tua apalagi perintah seorang ibu merupakan hal yang sangat diutamakan dalam ajaran islam, asalkan perintah tersebut tidak melangkahi batas-batas yang telah ditetapkan dalam ajaran islam.

Sebagai seorang muslim, tentu Ayleen
tidak mau mengikuti perintah ibunya. Dia tau apa maksud sang ibu menyuruhnya keluar dari pesantren. Ibunya menginginkan Ayleen untuk menjadi model. Melakukan pemotretan dengan pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya,
membayangkannya saja sudah ngeri.

"Mama nggak bakal ngomong sama kamu lagi," ancam sang ibu.

“Ya sudah kalau itu yang mama mau, Lea ikhlas, kok” ujarnya.

"Lea!" pekik ibunya, dia tidak tau cara apa lagi yang harus dilakukan untuk membuat anaknya tertarik pada dunia permodelan.

Dengan sigap Ayleen langsung mematikan sambungannya agar tidak terjadi pertengkaran dengan ibunya. Mau bagaimanapun sikapnya, ibu sambungnya adalah orang yang membesarkannya. Garis bawahi Ibu sambung! Ya, yang berbicara dengannya adalah ibu sambungnya.

Dirinya tidak mau lagi mengikuti perintah ibunya. Masih teringat jelas kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu.

Flashback on

"Lea...?" panggil sang ibu lembut membangunkan dirinya yang saat itu tengah berusia 15 tahun.

"Ikut mama mau nggak?" tawar ibunya.

"Mau.... Tapi, aku izin sama papa dulu, ya?" ujar Ayleen.

“Udah nggak usah, mama udah izinin,
kok."

"Emm..., ya udah deh." ujar Ayleen
pasrah.

Sepanjang perjalanan, sang ibu dan dirinya hanya diam. Tercipta keheningan yang cukup lama.

Setibanya mereka di tempat tujuan, Ayleen terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ayleen bingung. Mengapa diujung kota dan terletak di tengah-tengah hutan terdapat sebuah bangunan.

“Mama Ayleen nggak mau kesana,”

“Sebentar aja sayang….,” ujar sang ibu memaksa Ayleen masuk.

"Enggak mau...," Rengeknya pada sang ibu. Namun, ibunya tidak menghiraukannya.

Setelah susah payah dipaksa oleh sang ibu, akhirnya Ayleen memasuki bangunan tersebut.

"Ini anak saya, harganya satu miliar," ujar sang ini berbincang-bincang dengan seseorang.

Sial, ternyata ibunya berniat menjualnya. Ah bukan berniat tetapi, memang sudah dijual. Dengan tak teganya sang ibu pergi meninggalkan dirinya sendiri. Karena Ayleen memberontak akhirnya dia diikat dan bergabung dengan para anak-anak yang tentunya sudah dijual juga.

"Karena kamu cantik, saya bersedia menjadikan kamu anak saya, asalkan kamu harus dibaptis," ujar seseorang
tersebut. Namun, Ayleen menggeleng. Dia sudah beragama islam sejak lahir malah disuruh murtad oleh orang lain.

"Kalau kamu tidak mau, anak ini akan saya bunuh di hadapan kamu,"
ujarnya menembakkan pistol.

Pelurunya mengikis bahu kiri pada anak laki-laki tersebut. Lantai yang tadinya putih menjadi merah akibat darah. Ironisnya erangan anak tersebut tak dihiraukan oleh
pelaku yang menembaknya.

"Ba-baik, saya akan mengikuti perintah anda," ujar Ayleen.

Jika dia tidak mengikuti perintah orang itu, maka anak-anak yang berada di dalam ruangan ini akan binasa. Terutama anak laki-laki yang terkena tembakan itu.

Dengan langkah yang gugup dia
mengikuti orang tersebut, pikirannya kacau. Apa yang harus di lakukan pada posisi ini. Perlahan. Tapi, pasti dia sudah berada di dalam kolam. Hancur sudah pertahanannya. Ayleen menangis, dirinya takut dengan keputusan yang diambilnya. Namun, tiba-tiba terdengar suara pistol.

Seketika orang-orang tadi melepaskan Ayleen dan segera kabur.

Ayleen berteriak, dirinya
tersenyum melihat seseorang di
sebrang sana. "Papa! Ayleen di sini, pa...," teriaknya melambaikan tangannya.

"Ayleen sini sayang," ujar sang ayah
merentangkan tangannya.

Dengan adanya sang ayah dia tidak takut akan bahaya apapun, tentu saja
karena ayahnya adalah seorang polisi.

"Ayleen nggakpapa?" tanya ayahnya
dengan wajah yang menunjukkan raut khawatir.

"Nggakpapa kok," ujarnya.

"Kurang ajar kamu Sofia, beraninya
kamu menjual putriku yang telah
ku besarkan dengan penuh kehati-hatian," batin sang ayah,
rahangya mengeras.

Dirinya menyesal telah menikahi wanita tersebut sebagai ibu sambung
anaknya.

Sang ayah ingin menyelamatkan anak-anak yang lain tetapi, posisinya
saat ini sangat jauh dari tempat anak-anak itu berada.

Dirinya kembali memikirkan nasib ibu Kanzaya. "Apakah mereka baik-baik saja?" batinnya.

Please vote...!

KANZAYA DEANDRA AL-GHAZIY[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang