KDA- 15

6 1 0
                                    

Happy reading...,

Selang beberapa bulan berlalu, tibalah akhirnya waktu yang telah ditunggu-tunggu oleh Kanzaya.

"Happy graduation...," ucap salah satu junior pada Kanzaya.

"Thanks," balasnya.

Karangan bunga sudah membanjiri meja-meja didalam kelas Kanzaya, hal ini disebabkan karena rata-rata warga kelasnya adalah para most wanted disekolah.

"Habis ini mau lanjut kemana?" Zayn bersuara sembari menikmati prom night yang diadakan sekolahnya.

"Gue sih mau lanjut jadi dokter forensik kayak nyokap gue." sahut Nuel, sedari tadi matanya tak pernah lepas dari keberadaan Kaily.

"Setelah ini kita bakal ketemu nggak, ya?" Batinnya penuh dengan pertanyaan.

Sontak saja Kanzaya langsung bersuara ketika melihat tingkah aneh Nuel. "Nuel, lo suka sama Kaily?"

Pertanyaan Kanzaya hanya dibalas deheman oleh pemilik nama tersebut.

"Apa?" kaget Zayn, hampir saja minuman yang sudah di tenggorokannya keluar kembali.

"Udah ungkapin belum?" Kanzaya kembali bertanya.

Lagi-lagi Nuel hanya membalas dengan bahasa tubuhnya, dia menggeleng tanpa memperhatikan lawan bicaranya. Fokusnya saat ini hanya untuk Kaily.

"Kenapa nggak diungkapin? Rugi banget loh." timpal Zayn.

"Tembok gue sama dia tinggi dan kokoh banget." balas Nuel.

"Kan ngungkapin doang, tembok kalian nggak bakal hancur kalau sekedar ngungkapin. Tapi, kalau untuk memiliki, mungkin nggak bisa." balas Zayn kembali memperhatikan area sekitarnya.

"Ada waktunya, pasti bakal gue ungkapin." ucap Nuel.

Malam itupun berlalu dengan cepat, orang-orang menangis terharu setelah melewati tiga tahun lamanya, tawa, suka dan dukapun sudah dilewati bersama.

Satu persatu saling mengucapkan salam perpisahan, ada yang saling berpelukan, ada yang memberikan hadiah pada temannya, ada yang memutar ulang kisah masa SMA-nya melalui monitor yang telah disediakan oleh pihak sekolah.

Sama seperti seseorang saat ini, dirinya tengah memberikan sesuatu pada lawan bicaranya.

"Kaily...," sapa Nuel.

Pemilik nama tersebut langsung berbalik arah dan berjalan dengan cepat untuk menghampiri Nuel.

"Iya...." sahutnya.

"Kita bisa menjauh dari kerumunan nggak?" pinta Nuel yang kemudian dibalas anggukan oleh Kaily.

Setelah berjalan dengan agak jauh, keduanya memutuskan untuk berhenti.

"Yuk duduk dulu." ajak Kaily.

Udara malam yang berhembus, tak kalah dingin dengan suasana mereka saat ini.

"Kira-kira kita bakal ketemu lagi nggak?" Nuel membuka suara.

"Mungkin iya, mungkin juga tidak." sahut Kaily.

"Gue suka sama lo."

"Apa?" Kening Kaily menyergit, apakah dia salah mendengar ucapan Nuel?

"Gue suka sama lo, kurang jelas apa perlakuan gue selama ini?" Nuel mendengus kesal .

Kaily tak bergeming, entah perasaan apa yang dirasakannya saat ini, jemarinya terus ia mainkan demi menepis kecanggungan hatinya.

"Tapi kita beda, El."

Satu kalimat yang dilontarkan oleh Kaily mampu membuat Nuel tertawa sumbang.

"Gue tau kok kita beda, emang salah ya gue ngungkapin perasaan?" sahut Nuel.

"Gue nggak tau jodoh gue nantinya siapa. Tapi, lo orang yang pernah ngisi masa SMA gue." Nuel kembali bersuara. Namun, kali ini nada suaranya sedikit bergetar.

"Jodoh itu ditangan tuhan, lagi pula jodoh it...."

"Ditangan tuhan lo atau ditangan tuhan gue?" ucapan Kaily terpotong oleh Nuel.

"Dari banyaknya kemungkinan, kemungkinan kita untuk bersama emangg nggak pernah ada," Tatapan Nuel terus memandang lurus ke depan.

Kaily masih diam tak bergeming, ia tidak tau apa yang harus dilakukan.

"El...?" panggil Kaily.

Nuel menunduk, ia tidak menjawab.

Dengan tingkah Nuel yang semakin membuat Kaily bingung akhirnya dia memutuskan untuk mendekat kearah Nuel.

Langkahnya agak canggung, Kaily berdiri dihadapan Nuel kemudian menepuk pundaknya.

"Kenapa diem?" tanya Kaily.

Detik berikutnya pandangan Nuel terangkat, matanya berkaca-kaca, entah apa yang harus dilakukannya.

"Kok nangis...," Kaily menangkup kedua pipi tirus itu.

"Please kali ini aja...." lirih Nuel sembari memegang tangan yang menangkup pipinya itu.

"Kali ini apa?" Bingung Kaily.

"Gue boleh peluk?"

Entah perasaan darimana yang membuat hati Kaily hangat, dirinya langsung mengiyakan ucapan Nuel.

Dengan sigap Nuel memeluk Kaily yang hanya setinggi pundaknya. Dia memeluk dengan erat dan cukup lama karena Nuel tau situasinya saat ini sangat tidak mungkin untuk diulang lagi.

"El...," panggil Kaily.

"I'm promise, i'll meet you again." ucap Nuel.

"Right, i'm too." Tangan Kaily terangkat untuk membalas pelukan Nuel.

Please vote!!!




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KANZAYA DEANDRA AL-GHAZIY[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang