KDA_13

11 9 0
                                    

Happy reading...,

"Udah nggak usah sedih, letoy banget. Mana tuh Zayn yang selalu cerewet." ucap Nuel yang baru saja datang membawa kue ulang tahun ditangannya. "Alhamdulillah udah dewasa, udah bisa bikin anak." ucapnya lagi.

Kaily langsung shock mendengar perkataan Nuel ditambah lagi dia mengucapkan alhamdulillah.

"Mulut lo, ya!" tegur Kaily.

"Sorry gue nggak sengaja." sahut Nuel sembari menyerahkan kue tersebut pada Zayn.

"Thanks ya bro." ucap Zayn kembali tersenyum. memang tak bisa dipungkiri kalau dia sedih tetapi, dengan keberadaan sahabatnya mungkin dia bisa kembali ceria.

Usai kegiatan yang melelahkan tersebut Zayn kembali kerumahnya.

Setibanya disana, tak ada siapapun.
Rumahnya benar-benar gelap, akhirnya dia menyalakan saklar lampu. Namun, nihil tak ada tanda-tanda suprise disana.

Dirinya mengerti, mungkin ibunya sibuk sehingga melupakan ulang tahunnya, seorang single parents anak satu harus berusaha membiayai anaknya. Zayn mungkin mengerti tetapi, tidak dengan hati kecilnya.

"Nggakpapa yang penting udah dirayain disekolah." batinnya berbisik. Namun, sedikit sesak.

Akhirnya dia melangkah ke kamarnya. Ketika dia membuka pintu..., dirinya disambut dengan cahaya lilin yang berbentuk angka delapan belas. Matanya berkaca-kaca, kakinya langsung lemas tak bertenaga.

"Mama...," ucapnya lirih.
Bibirnya gemetar, dia langsung memeluk ibunya.

"Iya sayang..., happy birthday anaknya mama." ujar Zevanya mengelus pundak Zain.

Badannya memang tinggi tetapi, ketika berhadapan dengan ibunya, dia seperti balita umur lima tahun.

"Makasih mama." Dalam posisi memeluk Ibunya dia masih teringat kejadian tiga belas tahun silam. Zayn menangis sejadi-jadinya hingga suaranya terdengar sesegukan.

"Za-zayn..., Zayn ngiranya mama udah lupa sama ulang tahun Zayn. Tapi, ternyata enggak..., makasih ya ma...." ujarnya tersendat-sendat.

"Zayn ngomong apa sih? Mama nggak mungkin lupa sama ultah kamu," balas Zevanya.

Rasanya belum puas dengan tangisannya. Namun, Zayn dikagetkan dengan keberadaan kedua sahabatnya.

"Lanang loh mas." celetuk Nuel.

"Terserah gue lah," sahut Zayn dengan mata sembabnya.

"Udah..., ayo kita kebawah." ajak sang ibu.

"Cengeng." ejek Kanzaya tak sadar diri.

"Lu pikir gue nggak tau, pas lo ketemu almarhuma ibu lo. Lo juga nangis, ya! Jadi, jangan sok keras," ujar Zayn membela diri.

"Udahlah..., kalian tuh emang sama aja." celetuk Nuel.

Keduanya langsung diam tak berkutik. Sebab dibanding mereka.
Penderitaan yang dialami Nuel sungguh sangat ironis, belum lagi jasad sang ibu yang tak kunjung ditemukan.

"Zayn...?" teriak sang ibu dari bawah.

"Iya, bentar ma...," sahut Zayn.

Arah jarum jam menunjukkan pukul 21:22 malam akhirnya Nuel dan Kanzaya kembari ke rumah mereka.

"Duluan, ya!" pamit Kanzaya sembari melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

"Baca ayat kursi biar nggak kenapa-napa," celetuk Zayn.

"Haleluya brother!" sahut Nuel.

Hembusan angin malam mampu menerpa kulit remaja yang tengah berkendara itu. "Kalau sunyi gini Nuel kangen mama," batinnya

Matanya menangkap seseorang yang tengah duduk sendirian, wajahnya nampak tak asing.

"Kaily...?" ujarnya.

Nuel perlahan-lahan mendekat kearah gadis cantik itu.

"Lo ngapain sendirian malam-malam gini?" tanyanya.

"Astaghfirullah! Nuel...! Kaget tau." sahutnya.

Dengan keberadaan Nuel yang tiba-tiba, jantungnya hampir saja berpindah ke lambung, apalagi ini malam hari.

"Gue nyari angin segar...," Kaily menunduk.

Nuel perlahan mendekat dan memposisikan dirinya disamping Kaily

"Ngapain nyari angin? Make kipas 'kan bisa?" sahut Nuel.

"Lo aja sana nyari angin make kipas," cetus Kaily.

Satu menit...,

Dua menit...,

Tiga menit...,

Keduanya tak bersuara.
Setelah lama membendung air matanya, akhirnya pecah juga.

Kaily menangis tak memperdulikan keberadaan Nuel, dirinya sudah lelah memikul beban pikirannya. Mentalnya hancur dengan kehidupan rumah tangga yang dimiliki orang tuanya, belum lagi dia anak pertama perempuan dan memiliki dua adik.

"Kaily? Hei? Lo nggakpapa? Cerita sama gue boleh?" Panik Nuel.

Namun, lawan bicaranya tak menjawab, bahunya bergetar diiringi tangisan. Nuel tak kunjung mendapat jawaban dari Kaily, dirinya ingin memeluk manusia cantik di depannya ini. Tapi..., Nuel sadar bahwa Kaily adalah seorang muslimah yang tidak boleh disentuhnya dengan sembarangan.

Voteeeee....!

KANZAYA DEANDRA AL-GHAZIY[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang