CHAPTER 9|MELAWAN PENYIHIR

13 3 0
                                    


Happy reading
.
.
.

Kai membuka matanya, dia terbatuk sesaat setelahnya. Dia mengedarkan pandangannya, di lihatnya Garcia yang sedang mengobati luka di area perutnya. Sesaat, dia terdiam melihat tubuh gadis itu yang hanya di balut kain yang menutupi bagian dadanya. Di pundak dan lengannya terdapat beberapa goresan yang sudah membekas. Otot perutnya tercetak tipis menandakan dia sering melatih tubuhnya. Pinggangnya ramping meskipun ada luka menganga di sana. Saat bangun, dia baru sadar hanya memakai celana saja, itupun telah terkoyak sebagian akibat pertarungannya dengan beast buaya tadi.

"Oh, kau sudah sadar?" Garcia menoleh sekilas lalu kembali fokus dengan lukanya.

"Kau yang membawaku keluar?" Tanya Kai.

"Siapa lagi? Anggap saja itu balasan karena kau sudah menyelamatkan ku tempo hari," jawab Garcia sambil mengikatkan kain di perutnya yang terluka.

"Itu gara-gara makhluk tadi? Kau bertarung dengannya?"

"Ya, aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan beast di sekitar sini. Padahal wilayah mereka ada jauh dari tempat ini," jawab Garcia.

"Kenapa kau ada di sini? Bukannya kau bilang akan kembali ke tempatmu?"

Garcia menghembuskan nafas. "Misi ku adalah menangkap mu. Tidak mungkin aku kembali dengan tangan kosong, di tambah keadaanku sekarang yang pasti akan langsung menurunkan popularitas ku di kerajaan."

"Dan setelah semua ini, kau masih akan menjalankan misi mu?"

"Sebenarnya ya, tapi untuk sekarang aku tidak ingin memikirkan itu. Lagipula kondisi kita tidak sesuai untuk bertanding ulang, bukan?"

Kai memakai kembali pakaiannya dan mengambil kembali barang-barangnya yang untungnya tidak ikut hanyut. Dia mengeluarkan botol air dan membuang semua isinya lalu mengisinya dengan air dari sungai Fossen. Setelah menutupnya kembali, tiba-tiba sesuatu menabrak lengannya sampai botol itu terlempar dan mendarat tepat di depan seseorang.

"Akhirnya, bahan kedua sudah di dapat," ucap orang itu—si penguntit.

"Kau lagi?" Tidak menunggu waktu lama, Kai mengambil pisaunya dan langsung melemparnya.

Seperti sebelumnya, sesaat sebelum mengenainya, pisau itu berhenti. Kai yang sudah mengetahuinya langsung berlari setelah melempar pisaunya dan melayangkan pukulannya. Perempuan itu menunduk menghindari serangan Kai setelah mengambil pisaunya lalu mendaratkan pukulan tepat di perut Kai. Dua pukulan berikutnya mendarat di dada dan rahangnya, lalu tendangan terakhir di punggungnya membuat Kai tumbang. Garcia yang sejak tadi memperhatikan, melompat sambil mengayunkan pedangnya. Tapi seakan bisa membaca serangannya, perempuan itu dengan cepat berputar sambil menangkis serangan Garcia dengan pisau Kai lalu mendaratkan tendangan keras kearah dada. Garcia terlempar ke belakang, tubuhnya menghantam pohon cukup keras.

"Aku tahu kondisi kalian sedang tidak bagus, tapi tidak ada aturan untuk bertarung saat keadaan apapun. Ku ucapkan terima kasih untuk air ini, aku tidak akan bisa mengambilnya tanpamu." Dia melempar pisau Kai ke sembarang arah lalu pergi meninggalkan keduanya.

Kai mencoba bangkit, mengambil wadah dari perbekalan milik Garcia lalu mengisinya lagi dengan air sungai Fossen. Dia mendekati Garcia yang terkapar, mengangkat tubuhnya dan membuka mulutnya untuk meminumkan airnya. Beberapa saat kemudian, Garcia terbatuk-batuk dan kesadarannya berangsur pulih.

"Kau, apa yang kau lakukan?" Tanya Garcia lemah.

Kai melepaskan Garcia setelah perempuan itu sepenuhnya sadar.

"Jika kau masih bisa bangun, pergilah sekarang. Aku tidak punya waktu untuk mengurusi mu," jawab Kai yang langsung bersiap untuk pergi.

"Kau akan menyusulnya? Jangan memaksakan dirimu," ucap Garcia.

"Aku bisa mengurus itu nanti, ada hal lain yang harus ku cari."

Dengan tubuh yang masih lemah di tambah luka yang belum sepenuhnya pulih, Kai memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan pergi. Namun belum jauh melangkah, dia terjatuh namun sempat di tahan oleh Garcia.

"Sebaiknya ku temani."

Jauh di depan mereka, perempuan tadi berdiri di atas sebuah bukit yang mengarah ke sebuah hutan di bawahnya. Itu adalah tujuan terakhirnya, tempat rusa ekor hijau berada.

"Sebenarnya aku tidak terlalu memerlukan darah makhluk itu, karena hampir semuanya sudah ada disini." Dia mengeluarkan sebuah botol kaca yang isinya sebuah cairan dengan warna yang berubah-ubah.

"Tapi, tidak ada salahnya untuk menemukan satu lagi sebagai pelengkap."

•••

Saat matahari mulai terbenam, Garcia yang sejak tadi memapah Kai membawanya ke sebuah gua kecil di pinggir hutan. Garcia menyandarkan tubuh Kai yang terluka pada batang pohon.

"Aku tidak mengerti, tapi tubuhku pulih lebih cepat. Aku akan mencari kayu untuk di bakar, kau beristirahat lah."

Setelah Garcia pergi, Kai mengeluarkan peta. Dia beruntung perbekalannya tidak hanyut di sungai tadi. Setelah menandai beberapa lokasi, dia memasukannya kembali tepat saat Garcia yang datang membawa kayu di tangannya. Beberapa menit kemudian, api menyala. Garcia ikut duduk di seberang api unggun, memandanginya.

"Apa yang masih kau lakukan di sini? Kau masih ingin menangkap ku?" Tanya Kai setelah beberapa saat hening.

Garcia menatap Kai. "Aku tidak mungkin melepaskan mu begitu saja setelah apa yang kau lakukan di istana. Meskipun aku sudah kehilangan seluruh anggota ku, aku tidak akan kembali sebelum misi ku selesai," jawab Garcia.

Kai menghela nafas. "Setelah semuanya selesai, aku akan mengembalikannya. Aku hanya membutuhkannya sementara saja."

Setelah itu hening, tidak ada yang membuka suara selama beberapa waktu kedepan. Saat matahari sempurna menghilang, mereka selesai menyantap makanan yang masih tersisa di perbekalan Garcia. Meskipun Kai sekarang menjadi 'tawanan', tapi Garcia tidak mau dia mati di tempat itu.

"Apa yang kau cari di luar sana? Kau pergi ke tempat-tempat seperti ini, membuat kekacauan di kerajaan, mempertaruhkan nyawa mu sendiri, apa yang kau cari?" Tanya Garcia.

"Apa yang ku cari? Entahlah, aku juga tidak tahu." Kai menatap ke langit malam. "Aku mencari sesuatu, tapi bahkan tidak tahu sesuatu seperti apa itu. Karena itulah, aku menyelinap ke istana karena aku membutuhkannya untuk mencari 'sesuatu' itu."

"Lalu air sungai tadi? Apa itu termasuk untuk mencari sesuatu itu?"

"Tidak, itu hal yang berbeda. Joshua terkena serbuk bunga yang beracun dan air tadi adalah salah satu bahan untuk membuat obat penawar nya. Tapi, wanita tadi mengambilnya, juga bahan sebelumnya. Sekarang aku yakin dia pasti akan mengikuti ku lagi ke tempat ketiga. Mungkin ini terdengar konyol, tapi aku tidak bisa membiarkan Joshua mati di sini."

To be continued...

Sang ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang