Happy reading
.
.
.Keesokan paginya, mereka melanjutkan perjalanan.
Tidak seperti sebelumnya, pagi hari ini cuaca lebih gelap dari biasanya. Awan kelabu menutupi langit, membuat udara lebih dingin. Kabut juga muncul di hutan, membuat jarak pandang sedikit terbatas. Suasana hutan lebih sunyi dan mencekam, seperti bahaya akan datang jika tidak berhati-hati.
Kini Garcia yang giliran memimpin, Joshua berada di tengah dan Kai berjaga di belakang mereka. Perjalanan menuju laut bagian timur baru setengah jalan dan mereka bahkan belum menemukan perkampungan lagi.
"Kita harus mencari sungai agar tidak salah jalan. Jika terus menurut arah matahari kita tidak akan bisa sampai dengan cepat." Garcia memberi usul.
Dua hari sebelumnya mereka mengandalkan matahari sebagai patokan arah mereka. Cukup mudah untuk membaca arah berdasarkan posisi matahari. Jika ingin ke timur, lihat dari mana matahari terbit. Sebaliknya, jika ingin pergi ke barat perhatikan kemana matahari terbenam. Jika ingin tahu selatan dan utara, cukup berdiri menghadap salah satu arah timur atau barat lalu rentangkan tangan. Jika menghadap timur, maka tangan kanan adalah selatan dan tangan kiri adalah utara. Begitu sebaliknya jika menghadap barat.
Kini satu-satunya petunjuk arah mereka tidak ada. Semalam mereka tidak ingat ke arah mana matahari terbenam, jadi mereka berjalan untuk mencari sungai agar tahu harus ke arah mana mereka pergi.
Sekitar 20 menit berjalan, terdengar seperti deburan air. Garcia yang pertama mendengarnya langsung mengajak Kai dan Joshua untuk mengikutinya. Beberapa menit berjalan, mereka bertiga akhirnya menemukan aliran sungai yang cukup deras. Di kejauhan juga terdengar deburan air yang berasal dari air terjun, tapi mereka tidak bisa melihatnya. Mungkin itu ada di ujung lain sungai.
Ketiganya melepaskan tas perbekalannya dan duduk di atas batu besar di pinggir sungai.
"Kita bisa beristirahat dulu sebentar. Jarang sekali kita menemukan tempat seperti ini," ucap Garcia sambil merendam kakinya di aliran sungai, membuatnya bergidik kedinginan.
Joshua menghirup udara dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.
"Sudah lama aku tidak menghirup udara sebebas ini."
Kai hanya menatap kedua temannya itu. Mereka pasti jarang merasakan hal seperti ini. Baginya yang sudah bepergian cukup lama, pemandangan seperti sekarang bukanlah hal baru. Tapi, dia setuju untuk beristirahat sebentar. Mengingat perjalanan mereka setelah ini bisa saja sangat berbahaya.
"Kalian beristirahatlah duluan, aku akan memeriksa sekitar."
Garcia yang sedang menggulung kain celananya menoleh, berseru.
"Jangan terlalu lama dan jangan sampai tersesat!"
Kai menelusuri sepanjang sungai, mengikuti arus derasnya. Ukuran sungainya cukup besar, dengan lebar sekitar lima meter dan airnya yang jernih berkilauan saat terkena sinar matahari. Dalamnya mungkin hanya sepinggang saja, melihat alirannya yang jelas terlihat. Beberapa kali Kai melihat ikan di sekitar bebatuan di tengah sungai, namun segera menjauh begitu dia lewat. Dia juga samar-samar mendengar suara Joshua dan Garcia yang sedang tertawa, mungkin mereka sedang bermain air di dekat air terjun.
Setelah cukup melihat-lihat Kai berniat kembali. Namun, matanya tak sengaja menangkap pergerakan misterius di dalam air. Ada sekelebat bayangan yang tampak berenang melawan arus air. Kai mendekati sungai, mencoba melihat lebih jelas. Saat itulah, sesosok mahluk berkulit ikan, sirip di kedua siku betis dan di punggungnya yang memanjang hingga ekornya yang besar, melompat keluar dari sungai.
Kai reflek melompat mundur. Dia mencabut pisaunya, bersiaga. Makhluk itu juga Beast seperti sebelumnya, bedanya yang satu ini tampaknya bisa mengendalikan pikirannya.
"Apa yang kau inginkan?" Kai bertanya, kedua tangannya sudah ada di posisi siaga.
"Kau, pasti kau yang dia inginkan. Aku akan membawamu padanya." Beast ikan itu berkata dengan suaranya yang serak.
"Aku tidak tahu apa yang kau maksud."
Kai langsung melompat, mengacungkan pisaunya ke depan. Beast ikan itu juga bersiap, dia mengeluarkan cakar dari jari-jarinya yang berselaput. Beast ikan itu menghindar, mengayunkan tangan kirinya. Kai menahannya dengan siku kanannya, memindahkan pisaunya ke tangan kiri. Beast ikan itu juga menahan tangan Kai.
"Siapa yang kau maksud 'dia?' apa yang dia inginkan?"
Sekarang Beast ikan itu tidak menjawab. Dia malah memajukan wajahnya dan menggeram, memperlihatkan mulutnya yang di penuhi gigi tajam dan berlendir.
"Jadi itu jawabanmu? Baiklah."
Kai menghantamkan kepalanya ke kepala makhluk itu. Setelah itu dia mundur dan menendang tepat di dada Beast ikan itu dan melemparkan pisaunya. Beast ikan itu bisa menangkap pisau Kai, tapi Kai telah berlari maju dan memukul wajahnya sampai tersungkur di pinggir sungai. Saat dia akan bangkit, Kai menginjak dadanya dan mengancamnya dengan pisau yang di arahkan ke leher.
"Apa yang kau inginkan?" Kai bertanya lagi.
Beast ikan itu menggeram, tidak menjawab pertanyaan Kai. Saat akan bertanya lagi, dia mendengar teriakkan di kejauhan. Seketika Kai teringat Joshua dan Garcia, makhluk-makhluk yang tadi berenang pastilah makhluk serupa.
Melihat Kai yang lengah, Beast ikan itu mendorong Kai dan melompat kembali ke dalam sungai lalu berenang menjauh. Kai bangkit, mengambil pisaunya yang terjatuh lalu bergegas kembali ke tempat mereka beristirahat tadi.
Beberapa saat sebelumnya...
Joshua dan Garcia sedang asyik bermain air di bagian sungai yang tidak terlalu dalam, hanya sampai pinggang. Mereka saling mencipratkan air, membuat pakaian mereka basah. Dari arah berlawanan, dari dalam sungai, makhluk-makhluk dengan kulit ikan itu berenang cepat meskipun sungai itu tidak terlalu dalam.
"Sudah, aku akan naik dulu." Garcia melangkah ke daratan, meninggalkan Joshua yang sedang membasuh wajahnya yang sedikit kotor oleh lumpur.
Saat Garcia sedang mengeringkan rambut dan wajahnya, dia mendengar sesuatu seperti jatuh ke dalam air. Dia menoleh ke belakang dan Joshua sudah hilang dari tempatnya.
"Joshua? Joshua, di mana kau?" Garcia bangkit berdiri sambil menggenggam pedangnya.
Garcia melangkah mendekati sungai, menengok ke permukaan air. Saat wajahnya sudah di atas air, dari dalam sungai melompat salah satu makhluk yang sebelumnya berenang mendekati mereka.
Garcia bersiaga dengan pedang di tangannya. Makhluk itu melangkah perlahan, dengan mulut penuh gigi tajam, cakar di jari-jari tangannya.
"Kau, pasti kau yang membawa Joshua. Katakan di mana dia?!" Garcia mengangkat pedangnya sejajar dengan kepalanya.
"Kau salah satunya, manusia yang harus ku bunuh." Makhluk itu langsung melompat maju.
Garcia mengayunkan pedangnya dan langsung memutuskan salah satu tangan makhluk itu. Garcia melangkah ke sebelah kiri, masih dengan pedang sejajar dengan kepalanya. Makhluk itu menggeram, kembali maju. Saat sudah cukup dekat, Garcia mengayunkan pedangnya kembali dan kini berhasil merobek perutnya. Garcia berbalik dan menebas punggung makhluk itu.
Garcia masih bersiaga, menengok ke segala arah untuk memastikan tidak ada makhluk lain yang muncul. Terdengar teriakkan entah dari mana. Garcia menoleh, lalu berlari mencari sumber suara setelah mengemasi barang-barang mereka.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Manusia
Fantasy~story 1~ . . . . 15+ "Pejuang, petarung, atau apapun itu. Semuanya hidup hanya untuk satu tujuan, yaitu kekuatan. Mereka berusaha mati-matian mencari kekuatan itu, seperti mereka akan mati besok." Di dunia ini, siapa yang kuat dia yang berkuasa. Ka...