CHAPTER 25|ELEMEN AIR

12 3 0
                                    


Happy reading
.
.
.

Kai kembali ke tempat mereka beristirahat sebelumnya. Di sana sudah kosong dan barang-barang mereka sudah tidak ada. Garcia dan Joshua juga entah ada di mana. Di seberang sungai dia melihat semak-semak yang seperti sudah di lewati sesuatu. Kai lalu ikut menyebrang untuk mencari tahu. Melangkah semakin jauh, dia mendengar suara air terjun yang semakin jelas.

Saat mencapai bagian depan air terjun, Kai dikejutkan dengan apa yang ada di sana. Garcia dan Joshua tersudut ke tepian tebing yang di bawahnya mengalir sungai deras. Keduanya di kepung Beast ikan yang membawa tombak dari batu karang. Jumlahnya puluhan, tidak semuanya membawa tombak tapi mereka tetap di lengkapi dengan cakar yang tajam.

Tidak ingin membuang waktu, Kai berlari sambil menggenggam pisaunya. Kai melompat saat sudah cukup dekat dan langsung menebas dua Beast sekaligus. Kedatangannya yang tiba-tiba mengejutkan mereka, apalagi salah satu Beast yang sebelumnya melawannya.

"Kai!" Garcia yang berada di tengah-tengah berseru, kaget bercampur senang melihat Kai yang datang.

Kai tidak menjawab, dia sibuk mengindari serangan para Beast ikan yang langsung menyerbunya begitu melihatnya. Hanya dengan bermodalkan pisau berburu, Kai berkelit dengan lincah di antara makhluk-makhluk yang terlihat lincah ketika di air, tapi ternyata sangat payah ketika berada di daratan. Dia berhasil menikam tiga, sisanya hanya terkena tebasan kecil di bagian tubuh mereka.

Kai berhasil merebut salah satu tombak, dia lalu menggunakannya untuk balas menyerang. Setelah beberapa menit, Kai berhasil mencapai posisi Garcia dan Joshua.

Dia menyerahkan tombaknya pada Garcia. "Kau lebih membutuhkannya."

Sekarang Kai dapat melihat keadaan temannya lebih jelas. Garcia terkena cakaran di bahu kirinya, kedua tangannya terdapat goresan yang sepertinya akibat menahan serangan. Sedangkan Joshua lebih parah. Dahinya berdarah—entah karena apa, di wajahnya juga terdapat beberapa goresan kuku, dan kaki kanannya tampak terkilir, Kai bisa melihat dari sobekan di bagian pergelangan.

"Joshua, kau tetaplah di sana. Aku tidak mau lukamu lebih parah."

Joshua menggeleng. "Ini belum apa-apa. Aku tidak akan merepotkan kalian," katanya lalu menarik pedangnya.

Para Beast ikan itu kembali menyerang. Kai ikut maju, karena hanya dia sendiri yang menggunakan senjata jarak dekat. Joshua dan Garcia bertahan di posisi mereka, sedikit gentar meskipun Kai sudah bersama mereka. Dengan tombaknya, Garcia dapat bertarung lebih baik. Dia bisa menjangkau lebih jauh dan serangannya lebih terarah. Sedangkan Joshua, meskipun sudah beberapa bertarung tapi tetap saja, dia bukan petarung berpengalaman. Beberapa kali dia hampir terkena serangan musuh jika bukan karena refleknya yang cukup bagus.

Kai di depan bertahan sambil balas menyerang. Beberapa Beast ikan sudah tergeletak di sekitarnya, hanya tumbang bukan mati. Satu goresan mengenai tangannya, membuat Kai mundur sejenak. Joshua sudah terengah-engah, tenaganya jelas tidak sebanding dengan Kai dan Garcia.

"Kau baik-baik saja?" Kai bertanya setelah melihat temannya itu begitu kepayahan.

"Untuk sekarang, ya." Joshua mengangguk.

Kai kembali menyerang, dia tidak pernah membiarkan lawannya maju duluan. Joshua kembali mengangkat pedangnya, dia akan mencoba menggunakan kekuatannya. Kesiur angin mulai menyelimuti bilah pedangnya. Joshua memegang pedangnya dengan dua tangan, mulai maju menyerang.

Dentingan senjata kembali terdengar. Ketiganya sekuat tenaga menahan gempuran musuh. Garcia mulai kelelahan, keringat mengucur di wajah dan lehernya. Tombak yang dia pakai sangat kuat, benar-benar terbuat dari batu karang. Dia berhasil mengalahkan beberapa, tapi tidak sedikit yang kembali bangun setelah dia kalahkan.

Sang ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang