CHAPTER 8|PENJAGA SUNGAI

18 4 3
                                    


Happy reading
.
.
.

Kai melanjutkan perjalanan. Sesekali dia menengok ke belakang untuk memastikan penguntit itu masih mengikutinya atau tidak. Sudah dua puluh menit dia berjalan di lembah mematikan itu dan si penguntit belum ada gejala seperti yang di ceritakan orang-orang. Sejak tadi dia sudah cukup pusing dengan bau gas di sekitarnya, tapi dia berusaha untuk tetap bertahan. Sesaat dia berfikir jika orang di belakangnya itu adalah penyihir, karena mustahil orang biasa akan tahan di area itu lebih dari sepuluh menit tanpa menutupi penciuman.

Kai memotong tangkai bunga berwarna merah muda, memasukannya kedalam botol air lalu meminumnya dengan cepat. Itu adalah bunga yang bisa meningkatkan panca indra, dia membaca sekilas dari buku di tempat yang pernah dia singgahi. Dia menoleh sedikit ke belakang, orang itu masih ada. Kai berjalan lebih cepat untuk melewati lembah itu, dia tidak ingin membuang-buang waktu dengan melawannya.

Sekitar satu jam, dia berhasil melewati lembah itu. Dia lalu melanjutkan perjalanan menuju hutan selatan untuk mengambil kelopak bunga bulan. Setelah berjalan beberapa menit dari lembah tadi, dia sampai di mulut hutan itu. Tidak ingin membuang waktu lebih, dia langsung masuk untuk mencari bunga itu.

"Dia sudah tidak ada, mungkin lelah mengikuti ku terus."

Tanpa dia sadari, penguntit itu masih mengikutinya. Dia bersembunyi di balik pohon yang cukup besar untuk tubuhnya bersembunyi. Setelah Kai cukup jauh, dia kembali berjalan mengikutinya.

•••

Kai duduk di pohon tumbang untuk menandai beberapa lokasi yang akan dia datangi setelah ini—yang entah kapan akan selesai. Baru akan berjalan, dia melihat sesuatu berwarna biru langit di balik semak-semak. Benar, itu adalah bunga bulan yang dia cari. Saat akan mengambilnya, sebuah pasak kayu terlempar dan menancap di dekat tangannya. Beberapa pasak terlempar kearahnya, membuat Kai reflek mundur sambil menghindari lemparan itu.

"Siapa kau?!"

Orang yang menyerang Kai tidak lain adalah si penguntit. Dia dengan santai melangkah lalu memetik bunga bulan itu.

"Terimakasih sudah mengantarkan ku pada bunga ini."

Suara perempuan, Kai tidak mengenalinya. Kai mengambil salah satu pasak kayu yang menancap di sampingnya lalu melemparkannya pada perempuan itu. Sesaat sebelum mengenainya, pasak itu berhenti tepat di depan wajahnya yang tertutup tudung jubahnya.

"Apa? Bagaimana mungkin?"

Perempuan itu mengambil kembali senjatanya. "Kau tidak mungkin menggunakan senjata lawanmu untuk mengalahkannya kan?" Tanyanya.

Kai berlari sambil mencabut pisaunya. "Kembalikan bunga itu!"

Perempuan itu mengambil salah satu pasak kayu. Dia menangkis setiap serangan Kai dengan mudah. Dia mengayunkan tangannya saat Kai menusukkan pisaunya dan mengirim pukulan tepat ke dada Kai. Kai terpental, pukulan itu seperti memiliki energi yang sangat kuat tapi tidak melukai.

Perempuan itu kembali mengangkat tangannya lalu menghanyutkannya ke depan. Kai yang fokus padanya tidak menyadari ada batang pohon yang melesat kearahnya. Sesaat sebelum mengenainya, Kai menunduk dan pohon itu patah mengenai pohon lainnya. Saat menoleh, Kai tidak menemukan perempuan itu. Dia menghilang entah kemana.

"Hei kau, aku tidak tahu siapa dan apa kepentinganmu dengan bunga itu. Tapi jika kita bertemu lagi, kau tidak akan selamat!"

Kai pergi dari tempat itu untuk mencari bunga lain yang mungkin masih ada di hutan itu. Sedangkan di balik pohon, perempuan tadi membuka tudung yang menutupi wajahnya. Dia tersenyum sambil menatap bunga bulan di tangannya. Dia mengambil toples kecil berisi air dan memasukkan bunga itu kedalamnya.


•••

Setelah berkeliling hampir seharian di hutan itu, Kai memutuskan untuk berhenti sejenak. Dia yakin, bunga tadi pasti bukan satu-satunya bunga yang mekar. Sejauh yang dia tahu, tanaman seperti itu memiliki jangka waktu yang lama untuk tumbuh dan hanya akan tumbuh beberapa dalam waktu yang berjauhan.

"Jika begitu, mungkin aku harus langsung mengambil air sungai Fossen." Kai bangkit dari duduknya lalu pergi menuju sungai Fossen.

Empat jam perjalanan, akhirnya dia melihat sungai itu dari kejauhan. Seperti yang dikatakan Rea, air sungai itu berwarna merah seperti darah. Kai menuruni lereng, melewati semak-semak yang di tumbuhi bunga-bunga berwarna merah—persis seperti air sungai itu. Saat keluar dari semak-semak, dia melihat seseorang yang sedang berjongkok di pinggir sungai.

"Apa yang kau lakukan disini? Kupikir kau sudah kembali ke tempatmu?"

Garcia menoleh, wajahnya kelelahan seperti habis bertarung. Pedangnya juga terlihat retak dan pakaiannya penuh dengan bekas goresan, beberapa bahkan menembus sampai berdarah.

"Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau terluka seperti itu?" Tanya Kai.

Belum sempat menjawab, Garcia tiba-tiba melompat kearahnya sambil berseru. "Awas!"

Sebuah batu berukuran cukup besar terlempar kearah mereka dan bedebum keras di pinggir sungai. Kai terjatuh setelah Garcia menerjangnya, gadis itu terlihat kesakitan sambil memegangi bagian perutnya. Kai menoleh saat mendengar sesuatu mendekat, keluar dari balik pepohonan. Tubuhnya tinggi besar, berkulit tebal khas reptil dengan wajah mengerikan. Seorang beast, setengah buaya.

"Jangan bilang itu yang kau lawan tadi?" Tanya Kai pelan sambil mengambil pisau dari balik pinggangnya.

Garcia mengangguk pelan sambil masih memegangi perutnya yang terluka. Tak lama, dia kehilangan kesadarannya. Kai tidak punya waktu untuk membawa gadis itu ke tempat lain, karena Beast itu sudah berlari kearahnya dengan cepat. Kai ikut berlari sambil mengacungkan pisaunya. Saat jaraknya tinggal dua meter, Kai melompat tinggi dan mendarat di punggung beast itu. Dia berontak, berusaha melepaskan Kai dari tubuhnya. Kai berusaha tetap bertahan, dirasa dia bisa mengendalikan tubuhnya, dia menikamkan pisaunya ke tubuh Beast itu. Dia meraung kesakitan dan langsung melompat ke dalam sungai dengan Kai yang masih hinggap di tubuhnya.

Di atas lereng, penguntit tadi memperhatikan pertarungan keduanya. Dia tidak berniat membantu, dia hanya akan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.

Di dalam air, Kai terlepas dari tubuh makhluk reptil itu. Dia berenang menuju permukaan, tapi sesuatu menarik kakinya. Kai di seret ke dalam sungai sewarna darah itu. Kai berusaha melepaskan cengkraman pada kakinya namun percuma, makhluk itu memiliki keunggulan di dalam air. Saat hampir mencapai dasar, Kai berhasil mengambil pisau yang masih tertancap di tubuh Beast itu lalu dengan sisa tenaganya dia kembali menikamnya di kepala. Sepuluh detik, akhirnya kakinya terlepas bersamaan dengan makhluk itu yang tewas dan terbawa arus.

Kai dengan cepat berenang ke permukaan, namun saat hampir sampai dia kehabisan nafas. Sesaat sebelum kehilangan kesadarannya, sebuah tangan menariknya dan dia akhirnya pingsan.

To be continued...

Sang ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang