Happy reading
.
.
.Kai berjalan cepat, tidak peduli dengan Joshua yang terus memanggilnya dari belakang bersama Garcia. Pikirannya terus mengingat percakapan dengan Gloria di alam bawah sadarnya tadi.
"Dimana ini? Apa yang terjadi dengan mereka? Kenapa mereka tidak bergerak?" Kai langsung menyerbu Gloria dengan berbagai pertanyaan yang ada di kepalanya.
"Sudah kubilang kau tidak perlu khawatir. Kemarilah, ada hal yang harus ku tunjukkan padamu."
Kai mengikuti Gloria menuju salah satu rak buku. Penyihir itu mengibaskan tangannya, membuat rak buku itu membuka seperti pintu. Di baliknya, ada tiga buku tua yang tersimpan rapih. Tampaknya itulah yang benar-benar di lindungi di ruangan terlarang ini.
"Ini, bacalah." Gloria menyerahkan salah satu buku pada Kai.
Kai membukanya, meskipun tidak terlalu pandai tapi dia bisa membacanya sedikit. Sejenak, Kai hanyut dalam tulisan di buku tua itu. Sampai pada suatu halaman, matanya membelalak kaget.
"Apa maksud semua ini?" Tanyanya.
"Itulah kenyataannya. Dan kau, mau tidak mau sudah terikat dengan takdir yang telah ada sejak dulu. Aku akan memberitahumu dimana lokasinya, setelah itu pergilah dan dapatkan senjata itu!"
•••
Mereka bertiga sudah meninggalkan perpustakaan itu. Ratu Bevolie dan Arisa masih ada di ruangan terlarang bersama Gloria.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia tiba-tiba pergi begitu saja setelah membuat kekacauan di sini?" Tanya Arisa.
"Rasa penasaranmu selalu tinggi Arisa. Tapi urusan mereka di sini sudah selesai, begitu singkatnya." Gloria tersenyum di balik topeng emasnya.
"Yang Mulia, Anda tahu sesuatu?"
Ratu Bevolie menggeleng. "Itu bukan urusan kita, Arisa. Lebih baik kau gunakan waktumu di sini untuk belajar lebih banyak hal. Tidak setiap waktu kau bisa mengunjungi bagian perpustakaan ini."
Arisa hanya bisa mengangguk. Dia berjalan ke salah satu rak untuk memilih buku yang akan dia baca. Sedangkan Gloria dan Ratu Bevolie duduk di kursi sebelah jendela.
"Anak itu memiliki jiwa yang spesial. Dia adalah yang terakhir."
"Begitu rupanya. Pantas saja Lareen memintaku untuk mengantar mereka datang ke sini." Dia beralih menatap pemandangan di balik jendela. "Itu artinya semuanya akan segera terjadi. Semua yang kita khawatirkan bisa saja menjadi kenyataan."
Sementara itu, Kai, Joshua dan Garcia sudah tiba di gerbang utama. Sebelumnya Kai begitu terburu-buru, kini dia bingung sendiri harus apa.
"Kenapa kau? Jangan bilang kau tidak tahu harus kemana?" Tanya Joshua.
Kai menghembuskan napasnya. Berusaha tenang. Dia menatap kedua temannya.
"Kita akan pergi ke laut bagian timur. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya pada kalian. Apa kalian akan ikut denganku atau cukup sampai di sini?" Tanya Kai tiba-tiba.
"Apa maksudmu? Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan. Sekarang kalian jawab, kalian akan ikut atau tidak?"
Joshua maju selangkah.
"Hei, kita sudah banyak melewati berbagai hal. Meskipun baru mengenalmu beberapa hari saja, tapi kita sudah sedekat ini. Jangan bertanya hal bodoh, tentu saja aku akan ikut denganmu, kau pikir untuk apa aku repot-repot melawanmu waktu itu?"
Kau lalu menoleh pada Garcia. Gadis itu terlihat sedikit bingung, tapi kemudian dia mengangguk.
"Aku ikut. Aku tidak mau kembali di kurung di istana," jawabnya mantap.
Kai mengangguk sambil menatap keduanya.
"Tapi kalian harus ingat. Lautan timur adalah tempat yang masih misterius. Tidak banyak yang tinggal di sana dan banyak rumor aneh di tempat itu. Lalu-"
"Hei-hei, kau bilang tidak punya waktu untuk menjelaskan, jadi sebaiknya kita pergi sekarang. Matahari sudah di atas kepala." Joshua mengingatkan.
"Baiklah, kita pergi sekarang."
•••
Di suatu tempat, di dalam hutan...
Sebuah pohon raksasa tumbuh menjulang di antara pohon-pohon lainnya. Daunnya lebat berwarna hitam, akarnya menjalar menutupi sekitarnya dan di tengah dahan ada sebuah lubang besar yang mengeluarkan cahaya redup.
Seekor kucing hutan mendekati pohon itu, dia duduk tepat di depan lubang besar di dahannya. Tiba-tiba, cahaya terang muncul dari dalam lubang. Si kucing tampak diam, seakan dia tahu hal itu akan terjadi. Dari dalam lubang, muncul sebuah tangan, di ikuti dengan seluruh tubuhnya yang berwarna biru gelap. Seorang pria, dengan wajah tirus, kulit biru gelap, mata berwarna kuning dengan pupil menyerupai kucing dan sepasang tanduk runcing di dahinya.
Makhluk itu menggeram. Mulutnya terbuka, memperlihatkan gigi-gigi tajamnya yang berwarna hitam. Dia berteriak di tengah kesunyian, membuat suaranya terdengar menggelegar ke penjuru hutan. Suara kucing di depannya mengalihkan perhatiannya. Dia berjongkok di depan kucing berbulu kelabu itu.
"Apa yang kau dapatkan?" Tanyanya dengan suara yang menggema.
Si kucing hanya mengeong, tapi dia mengerti maksudnya.
"Jadi dia sudah bergerak. Pantas saja aku tidak tenang di sana." Matanya yang tajam menatap langit yang tertutupi kabut tebal.
"Bawa aku ke tempat dia berada!"
Si kucing lalu bangkit dari duduknya dan berlari menjauh. Makhluk itu juga berdiri, sebelum kemudian berubah menjadi gumpalan asap hitam yang mengikuti jejak kucing itu.
•••
Kembali ke perjalanan.
Karena hari sudah mulai gelap jadi Garcia menyarankan untuk bermalam. Kai memilih sebuah pohon yang cukup tinggi untuk tempat dia tidur di atas dahannya yang cukup kokoh. Sedangkan Joshua dan Garcia bersandar berseberangan di masing-masing sisi.
"Sebenarnya apa yang terjadi tadi, Kai? Kenapa kau tiba-tiba terdiam saat Nyonya Gloria mendekatimu?" Tanya Garcia.
Kai yang sudah terpejam kembali membuka matanya. Dia menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan.
"Dia memasuki alam bawah sadar ku, lalu membawa kami ke batas antara dunia dan kesadaran." Kai menjawab sambil kembali memejamkan matanya.
"Dia menjelaskan beberapa hal padaku, dan alasan kenapa aku buru-buru pergi juga karena penjelasan darinya."
"Apa yang dia jelaskan?" Joshua ikut menyahut.
"Soal itu aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Selain itu belum tentu semua yang dia katakan adalah benar."
Tidak ada sahutan lagi. Kai menengok keduanya dan mendapati mereka telah terlelap. Kai tidak jadi tidur, dia melompat turun dan berjaga untuk beberapa saat.
Sementara itu, di ujung tujuan mereka di lautan timur. Kucing berbulu kelabu berhenti di bibir pantai. Asap hitam yang mengikutinya kembali berubah menjadi makhluk dengan kulit biru gelap.
Si kucing mengeong. Makhluk itu mengangguk. Dia berjalan ke arah laut sampai tubuhnya tenggelam dan tak terlihat lagi. Si kucing duduk diam di pinggir pantai, memandangi deburan ombak yang sesekali membasahi kaki depannya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Manusia
Fantasy~story 1~ . . . . 15+ "Pejuang, petarung, atau apapun itu. Semuanya hidup hanya untuk satu tujuan, yaitu kekuatan. Mereka berusaha mati-matian mencari kekuatan itu, seperti mereka akan mati besok." Di dunia ini, siapa yang kuat dia yang berkuasa. Ka...