9. philosophy coffee

172 26 0
                                    

Tiba-tiba saja pintu ruangan Aldi terbuka membuat sang empunya ruangan terkejut dan menatap seorang pria yang kini sudah berjalan ke arah nya dengan emosi yang memuncak. Siapa lagi kalau bukan Gino. Pria itu langsung mendekat ke meja Aldi lalu memukul meja itu.

"Kau kemana tadi malam?" tanya Gino to the point tanpa ada basa-basi sedikit pun. Dia ingin menguliti pria yang duduk santai itu saat ini hidup-hidup.

"Maaf, tadi malam aku tiba-tiba ada urusan mendadak."

"Urusan apa?"

"Kau tidak perlu tahu, kau datang pagi-pagi begini bukannya mengucap salam malah memarahi ku, sopan sedikit dengan atasanmu." Aldi menggantung blazer abu-abu nya.

"Cih! Kau bahkan tidak membalas atau mengangkat panggilanku, Di. Kamu kenapa jadi seperti ini, sih? Kita jadi berjarak semenjak kamu naik jabatan."

Aldi hanya menghela nafas tenang. Dia duduk di kursinya lalu menghidupkan komputer yang ada di mejanya. "Udahlah, Gino, tidak usah terlalu drama, sudah aku bilang, aku ada urusan mendadak tadi malam, apa kau harus tau apa urusanku?"

"Apa kau tidak punya jari untuk membalas pesanku?"

Sekali lagi Aldi hanya bisa menghela nafas. Kini matanya menatap Gino dengan santai tanpa mengintimidasi atau tersulut emosi. Justru, Gino lah yang kini sedang diselimuti oleh emosinya sendiri.

"Aku minta maaf, udah, sebaiknya kau balik kerja sana."

"Fuck you, Di!" Gino mengacungkan jari tengah ke arah Aldi lalu keluar dari ruangan itu masih dengan emosi yang sama. Sementara Aldi, dia hanya bisa menggeleng melihat tingkah sahabat kerja nya itu.

Setelah Gino pergi, teringat akan tadi malam. Aldi sama sekali tidak berniat untuk meningkari janjinya. Hanya saja, jika sesuatu yang penting muncul tiba-tiba, dan hal itu bisa menjadi hal yang tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya, Aldi akan memilih untuk fokus pada hal yang muncul tiba-tiba itu dan mengenyampingkan hal yang sudah ia janjikan sebelumnya.

Bukan Aldi yang merngharapkan hal itu terjadi, tapi, keadaanlah yang memaksa Aldi untuk melakukan itu. Jika seandainya keadaan tidak memberikan sesuatu secara tiba-tiba, mungkin Aldi sudah melihat peran Deren tadi malam, dan mendengar ceritanya tentang mitologi Yunani. Walaupun sebenarnya dia cukup banyak tau tentang hal itu.

Deren

Kau tidak datang?

Aku sudah mau tampil, kau duduk di mana?

Aku sudah tampil, apa kau lihat? Bagaimana menurutmu?

Sepertinya kau tidak melihat drama itu ya?

Baiklah, tidak apa-apa, mungkin kau sibuk, nanti aku kirim videonya,

Aku mau kau menilainya

By the way, cerita tentang Narcissus lain kali saja kalau kau kosong.

Baru saja Aldi membaca semua pesan yang masuk ke aplikasi whatsapp nya. Terutama pesan dari Deren. Jauh dari lubuk hatinya paling dalam, dia sangat tidak tega. Dia bahkan bingung harus bagaimana untuk meminta maaf karena telah mengingkari janjinya.

Ketika sedang fokus pada isi pesan dari Deren, tiba-tiba saja layar HP nya berganti dan kini menampilkan nama Luis di sana. Tanpa pikir panjang, Aldi langsung mengangkat panggilan itu.

"Ya?" tanya Aldi setelah menerima panggilannya.

"Nanti jam berapa? Biar aku tahu harus menyelesaikan pekerjaanku lebih awal."

"Aku jemput jam 4 sore."

"Apa tidak terlalu cepat? Bukannya kau masih kerja jam segitu?"

"Tidak masalah, biar kita bisa lama bicara dengan Akila, kalau jam 6 sore nanti kita gelap-gelapan di sana."

hi you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang