Dunia tidak pernah menjanjikan yang terbaik untuk terus datang menghampiri. Dan dunia juga tidak pernah setia pada rasa sakit yang ia berikan. Dunia memberikan apa yang bisa dia berikan. Sementara waktu, yang akan selalu menyetujui setiap tindakan yang akan dilakukannya.
Tapi, Aldi selalu merasa dunia itu tidak adil. Entah apa yang membuat ia bisa berpikir demikian, tapi, setelah apa yang baru saja dia alami, memang dunia tidak pernah berpihak kepadanya. Setelah selama ini dia dikurung dalam kerinduan yang sangat dalam. Tetapi, dengan sekejap rindu itu langsung dibuang begitu saja. Aldi sangat tidak terima.
Semua ucapan yang disampaikan Luis baik tentang masa depan maupun hubungan mereka, memanglah benar. Aldi harus bisa melanjutkan hidupnya. Aldi harus bisa menikah dan menghasilkan keturunan. Aldi juga harus bisa meniti masa depan dengan sangat baik. Walau tanpa Luis di sisinya.
Aldi seperti dihipnotis dan dikembalikan ke masa di mana dia harus mencintai Luis dengan sangat dalam. Labil? Ya... Aldi sedang merasa labil untuk saat ini. Di satu sisi, dia ingin Luis kembali, di sisi lain ada Deren yang masih setia menghantui pikirannya. Pikirannya mulai berisik membuat dia tidak bisa mengontrol dirinya.
Sampai akhirnya ia berdiri di depan pintu apartemen. Bukan. Itu bukan apartemennya, tetapi apartemen Keyla. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 9 PM. Setelah tadi keliling-keliling kota tidak karuan. Mencoba untuk menenangkan dan membuang semua pikiran berisiknya. Tapi, sayangnya semuanya memilih untuk menetap dan diam di sana.
Pintu apartemen terbuka setelah Aldi menekan bel. Keyla dengan pakaian santainya melihat Aldi yang masih mengenakan pakaian kantornya dan langsung mempersilahkan pria itu masuk.
"Apa yang membawamu kemari?" tanya Keyla sembari menyeduh teh lalu memberikannya ke Aldi yang saat ini sudah duduk di sofa miliknya. Keyla pun ikut duduk di sisi sofa yang lain dan menghirup aroma melati dari teh yang baru saja ia seduh juga untuknya.
"Kau pasti menganggapku gila setelah aku menceritakan ini," ucap Aldi dengan nada yang berat dan lesu.
"Apa?" Keyla mengangkat kakinya melipat di atas sofa. Di tangannya masih ada teh yang masih setia ia hirup.
"Kamu tahu kalau Luis kembali?," tanya Aldi untuk membuka sesi percakapan mereka kali ini.
Seketika itu juga, Keyla langsung menghentikan aksi hirup menghirupnya dan matanya beralih menatap Aldi yang saat ini juga menatap dirinya. "Okey, and then?" Keyla mencoba untuk menyimak terlebih dahulu apa yang akan Aldi ucapkan ini.
Aldi menghirup udara panjang dan kemudian menghembuskannya perlahan. Ia mengusap-usap tangannya mencoba memberanikan diri untuk memberitahu ini kepada Keyla. Karena dia tahu, Keyla akan marah besar kalau ada hal yang berhubungan dengan Luis terlintas di telinganya.
"Aku merindukannya, Key," ucap Aldi akhirnya.
Keyla hanya bisa menghela nafas lalu meletakkan secangkit teh yang ada di tangannya ke atas meja. Ia juga mencoba memperbaiki duduknya agar lebih santai. Ia tau obrolan kali ini akan panjang. Dia juga harus punya tenaga ekstra untuk memberikan nasihat pada pria keras kepala yang ada di apartemennya ini.
"Okey, dia masih di sini?" tanya Keyla.
"No, dia sudah berangkat ke Singapore tadi pagi."
"Lalu apa yang membawamu kemari, Di?" tanya Keyla sekali lagi karena bingung apa yang ingin Aldi sampaikan kali ini.
"Ternyata aku masih mencintai Luis, Key. Aku masih ingin disisinya. Aku masih ingin membahagiakannya. Setelah dia menceritakan semuanya kepadaku 3 hari yang lalu, aku semakin yakin kalau apa yang dia lakukan dulu itu bukan semata-mata karena keinginnya. Luis itu orang baik, Key. Dia tidak pernah mau melakukan hal jahat itu kalau bukan karena terpaksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
hi you!
RomanceKetika sebuah "hi" harus bertemu "goodbye", semua akan sangat merasa kesepian. Jatuh bahkan merasa tidak bisa berdiri karena kaki yang tidak bisa menopang lagi. Memang, perpisahan adalah kata yang harus dihilangkan dari muka bumi. Tetapi, tidak bisa...