Setelah seminggu warung corn dog nenek kini semakin banyak pengunjung. Mulai dari kalangan remaja sampai kalangan dewasa bahkan mereka-meraka yang sudah berumur tua. Banyak diantara mereka yang sangat menyukainya bahkan tak sedikit juga dari mereka yang mulai berlangganan dan diminta untuk diantar ke kantor.
Aldi tersenyum bangga melihat usahanya yang mempromosikan jualan nenek ini di kantornya. Bahkan, ia juga tidak malu memaksa para karyawannya untuk mencoba corn dog buatannya. Beberapa diantara mereka sangat menyukainya dan bahkan mereka tidak kecewa karena sudah dipaksa Aldi untuk membelinya.
"Sejak kapan kau bisa masak makanan begini, bapak Aldi?" tanya Gino yang kini duduk di kafetaria bersama Aldi yang tersenyum menatap layar HP nya.
Melihat Aldi yang sejak tadi mengabaikannya dan memilih melihat layar HP nya saja membuat Gino jengkel dan meletakkan corn dog yang ada di tangannya lalu menjentikkan jarinya mencoba menyadarkan Aldi. Pria itu sudah seperti sedang kerasukan setan antah baranta yang tidak tahu datang dari mana.
"Kau tidak mendengarku?" tanya Gino.
Aldi terkesiap dan langsung menatap Gino dengan senyuman yang masih terlukis di wajahnya. "Aku memang pintar masak begituan, Gino," jawabnya.
"Kau sedang melihat apa?" tanya Gino penasaran dan langsung merampas HP Aldi yang terletak di atas meja. Ia langsung melihat dan di sana ada room chat dari seseorang bernama Deren.
"Kau melihat ini dari tadi?" tanya Deren. Dibalas dengan anggukan dari Aldi. "Kau sudah seperti anak remaja SMA, Di."
"Peduli apa kau, kembalikan HP ku!" Aldi merampas HP nya kemudian membaca pesan itu lagi.
Deren
Kamu keren sekali bisa buat warung nenek ramai
Terimakasih<3
Sekali lagi Aldi tersenyum membaca kata terakhir yang diakhiri dengan emoticon love. Satu kata itu yang sejak tadi membuat Aldi tersenyum senang membuat Gino muak.
"Aku keren, Gino," ucap Aldi bahagia.
Gino memutar bola matanya dan memilih untuk menikmati corn dog yang saat ini masih setia di tangannya. Ia tidak bisa berbohong kalau makanan itu memang enak sekali. Apalagi ditambah mayonnaise membuat rasanya menjadi lebih nikmat.
"Aku hampir gila, Gino. Dia mengirim tanda hati," ucap Aldi lagi dengan senyumnya yang tidak pernah luntur dari sana.
"Aku akan mengirim itu lebih banyak lagi, kau mau? Aku bisa mengirimnya sekarang," Gino mulai mengeluarkan HP nya dan langsung ditahan oleh Aldi.
"Tidak perlu, aku tidak memerlukan tanda hati darimu," tolak Aldi.
Gino yang hanya bercanda pun langsung mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan itu ke sahabatnya sekaligus managernya itu. Biar bagaimana pun, ia tak sudi untuk mengirim hal itu kepada pria yang sedang dimabuk cinta itu. Lebih baik dia mengirim itu ke Keyla nanti. Tapi, sayangnya, sampai detik ini dia masih belum mendapatkan nomor gadis itu. Padahal dia sudah memohon-mohon pada Aldi untuk meminta nomornya, tapi, usahanya tidak pernah berhasil.
Dia tidak tau apa yang membuat Aldi tidak mau memberikan nomor sahabat wanitanya itu ke Gino. Padahal, sudah jelas kalau Gino sangat menyukai wanita itu. Selain canti, Keyla juga terlihat sangat elegan. Itu yang membuat Gino semakin jatuh cinta dengan wanita karir itu.
"Kalian sudah jadian?" tanya Gino menyadarkan Aldi kembali.
Senyum Aldi perlahan memudar dan mengalihkan pandangannya ke Gino yang saat ini masih memakan makanan yang tersisa satu lagi di atas meja. Dia baru sadar kalau Deren belum menjawab pertanyaannya minggu lalu. Dia pun masih tidak tau apa yang akan Deren ucapkan. Selama seminggu ini mereka sudah sering bertemu. Bahkan, beberapa hari belakangan ini, Aldi yang sering mengantar jemputnya. Walaupun ada hari di mana ia tidak bisa karena urusan pekerjaannya sangat banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
hi you!
RomanceKetika sebuah "hi" harus bertemu "goodbye", semua akan sangat merasa kesepian. Jatuh bahkan merasa tidak bisa berdiri karena kaki yang tidak bisa menopang lagi. Memang, perpisahan adalah kata yang harus dihilangkan dari muka bumi. Tetapi, tidak bisa...