11. future

160 19 0
                                    

Aldi mengambil kunci mobil dan langsung menuju pintu. Hari ini dia ingin menjumpai seseorang. Bukan Deren. Bukan juga Luis. Tapi seseorang yang tiba-tiba saja menjadi list orang yang harus dia perhatikan. Entah apa yang akan terjadi nanti, Aldi pun masih bingung. Yang pasti, dia ingin menemui pria itu terlebih dahulu.

Ketika pintu apartemen terbuka, Aldi dikejutkan dengan seorang pria yang kini berdiri dengan kemeja batik dan celana hitam serta sepatu pantofel yang terlihat sangat rapi. Pria itu berdiri gagah dan langsung memberikan senyumannya kepada Aldi yang terdiam kaku.

"Pagi," sapa Luis. Pria yang saat ini sedang berada di hadapan Aldi.

"Ada apa kemari?" tanya Aldi bingung.

Luis mengangkat bahunya. "Cuma mau melihat kamu saja." Ia melihat pakaian Aldi dari atas sampai bawah. "Aldi tetaplah Aldi," ucapnya sembari tersenyum.

Ia mendekat lalu memperbaiki dasi Aldi yang sedikit miring kemudian sedikit membersihkan bahu pria itu dengan menepuknya pelan. "Hari ini aku kembali ke Singapore, terimakasih sudah memberi aku waktu untuk bersama denganmu dan menjumpai Akila."

Aldi menatap manik mata pria itu dalam. Sebuah tatapan yang masih merasakan rindu yang sangat dalam. Tatapan hangat yang membuat Aldi ingin sekali memeluknya erat. Seketika semua rasa sakit yang pernah mampir dalam hidupnya dulu hilang seketika.

"So, take care, Al, jika nanti kau sudah punya kekasih atau bahkan kau akan menikah, jangan lupa undang aku ya, aku yakin kau pasti dapat yang jauh lebih baik dariku."

Dengan cepat Aldi langsung memeluk Luis tanpa persetujuan dari orangnya. Luis yang dipeluk pun hanya diam dan membiarkan pria itu melakukan apa yang ingin ia lakukan. Luis juga mulai memeluk pria yang tingginya hampir sama itu. Mereka hanya berbeda 2 sentimeter saja.

"Maafkan aku, Al, sudah menggoreskan luka sampai kamu harus merasakan kesepian bahkan trauma yang cukup dalam," ucap Luis yang masih berada di pelukan pria itu.

"Jangan bicara, aku hanya ingin memelukmu untuk terakhir kalinya," sahut Aldi. Pelukannya semakin erat bahkan mencium leher pria itu dalam. Wangi yang sangat khas membuat Aldi merasa nyaman dan ingin terus memeluknya. Begitu juga dengan Luis yang sangat menyukai wangi parfum yang menempel pada baju Aldi.

Aldi melepaskan pelukannya. "Pesawatmu jam berapa?" tanyanya.

"Jam 1 siang."

"Kau akan menetap di Singapore?"

"Tentu saja, aku kerja di sana, pasti aku harus tinggal di sana."

"Kau tak mau kerja di Indonesia saja? Biar aku carikan, aku punya teman yang sedang butuh orang untuk mengisi posisi yang sama sepertimu."

Luis menggeleng sembari tersenyum. "Kenapa kau ingin aku di Indonesia, Al? Aku ke sini menemui mu hanya ingin meminta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi saat itu, tidak lebih. Aku bahkan tidak mau merusak kebahagiaan mu lagi. Sudah cukup aku merusak kebahagiaanmu selama 10 tahun ini. Aku tak ingin diselimuti rasa bersalah."

"Siapa yang bilang kau merebut kebahagiaanku? Aku tidak pernah merasa kebahagiaanku direbut olehmu."

"Al!" Luis memegang tangan Aldi lembut lalu menatap pria itu dalam. "Kita udah berakhir, aku hidup di duniaku, kamu hidup di duniamu, find your future, Al, masih ada masa depan yang menantimu."

"What you gonna do if I say that you are my future?" tanya Aldi cepat. Saat ini dia merasa ingin menahan Luis untuk tidak pergi. Dia bahkan belum bisa melampiaskan semua kerinduannya yang lama terkurung. Dia tidak mau munafik, walaupun dia bilang ke orang kalau dia tidak mau kembali ke Luis. Tapi, faktanya, dia memang sangat merindukan pria itu. Sungguh.

hi you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang