Melihat Derbi yang berdiri di depan kasir membuat nenek terkejut dan langsung menghampiri pria itu.
"Sejak kapan kau kemari?" tanya nenek yang kini sudah berdiri tepat di depan Derbi.
Ia tersenyum lalu mencium tangan nenek. "Baru saja nek, aku tadi ke rumah, tak ada siapa-siapa di sana, ya sudah Derbi kemari. Tapi Derbi disambut tidak baik sama cucu nenek yang paling bungsu itu," sahut Derbi dan menyindir Deren yang masih saja dengan emosi yang sama. Dia juga menoleh dan melihat Aldi yang berada di samping Deren.
"Nenek apa kabar?" tanyanya dengan tatapn yang masih pada Aldi. Sementara Aldi juga ikut menatapnya bingung.
"Nenek baik, duduk dulu, biar nenek buatkan kamu teh hangat." Derbi mengalihkan pandangannya dari Aldi. Dia tersenyum pada nenek sebelum akhirnya kembali menoleh kea rah Deren.
"Ah... tidak usah repot-repot, biar Deren saja yang membuatnya, nanti nenek capek," sindir Derbi dan masih terus menggoda adiknya itu agar tersulut emosi dan pria yang ada di sampingnya itu terkejut melihat sifat aslinya.
Derbi sudah bisa menebak kalau Aldi adalah orang yang saat ini sedang dekat dengannya. Selama 31 tahun dia hidup, tebakannya tidak pernah salah tentang adiknya itu.
"Berhenti menggodanya Derbi, ayo duduk, biar nenek saja yang membuatnya, dia sudah capek hari ini membantu nenek," tegur nenek dan mendorong Derbi untuk duduk di kursi yang kosong.
Nenek membuatkan teh hangat dan memberikannya kepada Derbi. Deren yang masih tersulut emosi mengikuti nenek dan meluapkan seluruh emosinya pada wanita itu. "Nek, kenapa nenek sambut dia, sebaiknya suruh dia pulang, Deren tidak mau dia ada di sini," rengek Deren.
Sementra membuat teh, nenek menatap Deren dan mencoba menenangkan perasaan cucunya itu yang masih tidak terima kalau ada Derbi dikehidupannya. Beliau tahu perseteruan antara Deren dan Derbi. Tapi, sebagai orang yang jauh lebih dewasa dari mereka, nenek selalu menengahi dan berusaha membuat mereka akur kembali. Walaupun sejak dulu mereka berdua tidak pernah akur. Apalagi setelah kejadian saat itu. Deren semakin tidak ingin melihat wajah Derbi.
"Biar bagaimana pun, Derbi itu kakak kamu Deren," sahut nenek sembari mengaduk tehnya.
"Nenek lupa apa yang sudah Derbi lakukan ke Deren dulu? Dia hampir bunuh Deren, nek! Gara-gara dia juga ibu pergi."
"Sebaiknya kau buatkan untuk pengunjung lain," jawab nenek saat melihat pengunjung mulai datang. Dia pun berlalu dan membawa teh itu ke Derbi yang masih setia menunggu sembari memainkan HP nya.
Mendengar percakapan antara nenek dan Deren membuat Aldi tahu ternyata pria yang saat ini sedang bicara dan tersenyum dengan nenek itu adalah kakaknya Deren. Pria yang pernah memukul Deren sampai masuk rumah sakit. Ia tidak mengerti mengapa Derbi bisa sekejam itu pada Deren yang luar biasa baik. Tapi, dia juga tidak bisa menghakimi tindakan Derbi. Karena ia tahu bagaimana peran kakak dalam mendidik adiknya.
"Kau duduk saja, biar aku yang membuatnya," ucap Aldi dan menyuruh Deren beristirahat dan menenangkan diri di tengah emosinya yang masih belum mereda.
=hi you!=
Nenek, Deren, Derbi, dan Aldi kini duduk di satu meja. Nenek duduk di samping Derbi dan Deren. Sementara Aldi duduk di sisi yang lain. Yang artinya Deren dan Derbi kini hadap-hadapan. Mereka sama sekali tidak mengatakan satu katapun. Hanya ada suara pengunjung lain yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Sementara bingung dengan yang terjadi, Aldi memutuskan untuk membuka suara dan mencoba mencairkan keadaan agar tidak terlalu menegangkan. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore yang artinya dia harus balik dulu ke kantor untuk menyelesaikan berkas yang sejak tadi masuk melalui emailnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
hi you!
RomanceKetika sebuah "hi" harus bertemu "goodbye", semua akan sangat merasa kesepian. Jatuh bahkan merasa tidak bisa berdiri karena kaki yang tidak bisa menopang lagi. Memang, perpisahan adalah kata yang harus dihilangkan dari muka bumi. Tetapi, tidak bisa...