14. feelings

198 21 1
                                    

"Lu, lihat awannya bentuk ikan," ucap Aldi.

Deren menoleh sembari terdiam melihat Aldi yang tiba-tiba terdiam. Ia mencoba menyangkal kalau pria itu baru saja salah memanggil namanya. Atau mungkin memang benar kalau pria itu memang salah panggil. Tapi, tidak tahu mengapa dan Deren juga tidak terlalu memperdulikannya.

"Aku lihatnya bentuk hati," jawab Deren yang saat ini tengah mendongak melihat awan yang berbentuk lain dari yang Aldi katakan.

Aldi dengan rasa bersalahnya ikut mengikuti arah pandang Deren dan benar saja di sana terdapat bentuk hati. Walau sedikit samar-samar tapi bentuk lekukannya masih bisa terlihat sampai akhirnya bentuknya berubah kembali menjadi abstrak.

"Kamu pasti sering melakukan hal berdua dengan mantan kamu, ya?" tanya Deren tiba-tiba ditengah keheningan mereka akibat Aldi yang salah sebut.

"Dulu, saat kami masih kuliha, kami memang hampir setiap hari jalan-jalan dan menghambiskan waktu bersama."

Deren menundukkan kepalanya. Entah mengapa seperti ada yang mengganjal dalam dirinya. Ada rasa ingin pulang tapi sayangnya tidak bisa. Seperti rasa perih tapi tidak tau apa alasannya. Ia mencoba untuk menyangkal semua prasangka yang ada dalam dirinya, tapi sayangnya semuanya makin jelas kalau memang benar ada sesuatu yang terpendam dalam dirinya yang dia sendiri tidak tau apa sesuatu itu.

"Kamu?" tanya Aldi saat Deren kembali diam tanpa kata. Pria itu sejak tadi diam membuat Aldi semakin bingung bagaimana cara untuk mencairkan suasana.

"Aku?" tanya Deren.

"Iya, sesering apa kamu dulu dengan dia?"

"Kami tidak terlalu sering bertemu, paling bertemu saat di sekolah, atau saat malam minggu, karena waktu itu kami masih SMA, dan aku tidak dibolehkan pulang terlalu malam oleh kakakku."

Untuk beberapa saat mereka kembali diselimuti keheningan. Karena Aldi termasuk orang yang susah untuk memulai obrolan, begitu juga dengan Deren, mereka kini sama-sama memutar otak untuk bisa mencairkan keadaan. Deren juga tidak mau memberikan kesan buruk pada sosok orang yang membuatnya bingung itu.

Bingung?

Iya... Bingung. Deren mulai bingung dengan perasaannya. Tidak tahu perasaan apa yang melekat dalam dirinya sehingga membuat dia merasa Aldi seperti seseorang yang berhasil mencuri hatinya. Ada banyak kemungkinan yang membuat dirinya berpikir demikian dan salah satunya adalah sifat Aldi hampir sama dengan Kevin. Mantan kekasihnya. Tapi Deren masih belum tau mereka sudah jadi mantan atau belum. Karena mereka masih belum ada ucapan perpisahan sampai detik ini.

"Ren," panggil Aldi dengan suara yang lembut dan menenangkan.

"Hm?" Deren menoleh sembari meminum susu kotak yang sempat mereka beli sebelum sampai di taman tadi.

"Kamu, pernah suka sama seseorang, tidak?" tanya Aldi.

"Suka dalam arti kagum atau apa?" tanya Deren sedikit bingung. Karena baginya, suka itu ada banyak aspek. Ada suka karena sekadar suka. Ada juga suka karena kagum. Ada juga suka karena ingin memiliki.

"Memangnya suka yang kamu maksud itu seperti apa?"

"Suka itu ada banyak, contohnya aku suka Leonardo DiCaprio. Artinya aku hanya sekadar suka saja karena di actor yang luar biasa. Atau aku suka sama Stephen Hawking, karena kecerdasannya yang luar biasa dia bisa jadi ilmuan. Jadi suka yang kau maksud ini suka seperti apa?"

"Menurutmu, suka yang aku maksud ini, suka dalam artian apa?" tanya Aldi balik membuat Deren seketika terdia.

Deren menolak untuk memahami apa maksud dari Aldi yang sebenarnya. Akan tetapi, fakta mengatakan otak kita tidak bisa menyangkal apa yang ada di depan mata. Jadi, Deren harus mencoba untuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk disampaikan agar Aldi terkesan.

hi you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang