06. 100 Hari Menjadi Pengasuh

456 54 4
                                    

Yeonjun berdiri dari duduknya setelah 2 jam. Pemuda yang ia tunggu kemunculannya dari balik pintu ruang dance milik Enhypen itu akhirnya keluar.

Ni-Ki memasang wajah terkejut. Dia pikir sudah tidak ada orang di pukul setengah tiga dini hari seperti ini di kantor.

"Kenapa Hyung di sini?" tanya Ni-Ki, wajahnya kembali datar. Ni-Ki merapihkan sedikit tasnya sembari berjalan seirama dengan Yeonjun yang mengikuti.

"Menunggumu, lalu pulang ke dorm bersama," balas Yeonjun cepat.

"Untuk apa? Aku akan pulang ke dorm Enhypen, kita beda tujuan." Ni-Ki memalingkan wajahnya ketika Yeonjun meliriknya sinis.

"Siapa yang mengizinkan kau pulang ke sana? Tidak ada siapa-siapa di sana, lebih baik bersama kami." Yeonjun mengalungkan tangannya di pundak Ni-Ki yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Aku hanya merepotkan kalian, jadi lebih baik aku pulang," tolak Ni-Ki, pemuda itu menyingkirkan lengan Yeonjun dengan penuh sopan santun.

Yeonjun mendengus. Pemuda itu menggaet kerah belakang kemeja Ni-Ki, lalu menyeret pemuda itu menuju mobil milik agensi yang akan mengantarnya ke dorm TXT.

Ni-Ki duduk dengan tidak nyaman, belum sempat mencoba untuk keluar, Yeonjun lebih dulu mengunci pintu dan meminta sopir untuk segera berangkat.

Selama perjalanan Ni-Ki hanya diam dan memerhatikan jalanan dari jendela mobil. Tanpa sadar, Ni-Ki jatuh tertidur dalam heningnya.

Yeonjun melirik singkat, mengambil kesempatan untuk memotret figur Ni-Ki yang masih sangat tampan meski sudah pukul setengah tiga dan sedang tidur.

Yeonjun agak terkejut ketika sedang asyik mengambil gambar, ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk.

Dari Soobin.

"Kenapa?" tanya Yeonjun, tidak santai.

"Kenapa? Kenapa kau marah? Aku hanya ingin bertanya dimana keberadaan Hyung, lalu bagaimana dengan Ni-Ki?" Soobin tidak kalah sewot ketika balik bertanya.

"Kau mengejutkan aku, tahu. Ni-Ki bersamaku, kami sedang dalam perjalanan pulang. Tenang saja, sebentar lagi juga sampai," jawan Yeonjun.

Soobin menjadi orang pertama yang mematikan telepon. Dan Yeonjun hampir mengamuk karenanya. Biasanya, Soobin akan memberi tahu dulu jika ingin menelepon, tetapi barusan tidak.

Yeonjun memejamkan matanya, lelah. Pemuda itu jadi ingat bagaimana paniknya Heeseung ketika mengetahui Ni-Ki pingsan sekitar tiga tahun lalu.

Maksudnya, Ni-Ki memang pingsan dan itu pasti membuat siapa saja khawatir, namun seharusnya tidak se mengkhawatirkan itu.

Setelah melihat bagaimana Ni-Ki mengamuk kemarin dan jatuh pingsan setelahnya. Yeonjun mengerti kenapa Heeseung se panik itu sekarang.

Setelah sampai di basement dorm, Yeonjun memanggil Soobin untuk menggendong Ni-Ki. Bukan Yeonjun tidak kuat, tetapi tubuhnya sedang sangat pegal karena duduk cukup lama menunggu Ni-Ki tadi.

Yeonjun membantu Ni-Ki yang tidur agar berada di gendongan punggung Soobin dengan nyaman. Yeonjun mengeluarkan ponsel dan memotret momen manis tersebut.

Kenapa setiap pergerakan Ni-Ki terlihat imut sekarang di matanya, ya?

Sampai di dorm, Soobin membaringkan tubuh jangkung Ni-Ki di ranjangnya. Dibantu Yeonjun, Soobin mengganti pakaian Ni-Ki, tidak sampai dalaman, sih.

Soobin menyempatkan diri memainkan pipi gemas Ni-Ki. Setelah itu baru dirinya masuk ke dalam selimut di ranjangnya.

Menjelang siang, kehidupan baru terdeteksi di dorm TXT. Taehyun yang sudah siap dengan pakaian sehari-harinya merapihkan hidangan di meja makan.

Yeonjun dengan surai biru yang masih basah duduk di meja makan, di susul Hueningkai, lalu Beomgyu yang sudah sangat rapih entah akan kemana.

Mereka akan ke agensi tentu saja, namun pakaian Beomgyu agaknya terlalu niat untuk sekadar ke agensi untuk latihan dance.

"Kau akan pergi ke suatu tempat setelah dari jadwal kita?" tanya Yeonjun, mewakili rasa penasaran Taehyun yang baru kembali dari dapur mengambil air minum.

Beomgyu memasukan satu potong acar lobak, mengunyahnya cepat. "Bertemu temanku," jawabnya.

"Teman biasa atau teman kencan?" ledek Taehyun yang tahu betul otak Hyung-nya yang satu itu.

Beomgyu cengengesan mendengar pertanyaan -tuduhan- Taehyun. Dibilang teman kencan, mungkin benar. Kerena orang yang akan ditemui Beomgyu adalah wanita, tetapi sungguh, untuk saat ini masih teman.

Entah jika nanti sore setelah mereka bertemu, ehehe.

Hueningkai menatap sini Ni-Ki yang baru keluar kamar bersama Soobin. Dia pikir, Ni-Ki tidak akan kembali.

Hueningkai mendengar percakapan antara Yeonjun dan Soobin kemarin. Mereka berdiskusi soal apakan Ni-Ki harus dipulangkan atau tetap di dorm mereka, berdasar pada pertimbangan kerenggangan hubungan mereka dengan dirinya.

Hueningkai pikir, dua Hyung tertuanya itu memilih untuk mengembalikan pemuda aneh itu ke dorm Enhypen.

"Aku pikir dia tidak akan kembali," seru Hueningkai. Mengundang decak kesal Hyung-nya.

"Kenapa juga Ni-Ki harus tidak kembali. Dia akan di sini," sinis Taehyun.

"Aku sudah memperingatkan kau, jangan bersikap seperti itu lagi. Kau masih ingin melakukannya, huh?" tantang Yeonjun, kesal.

Hueningkai melanjutkan acara makannya dalam diam. Menghiraukan betapa hangat perlakuan semua orang kepada orang asing di meja makan ini.

"Ni-Ki akan tetap tinggal di sini, setidaknya sampai Heeseung kembali dari wajib militernya sekitar tiga bulan lagi." Soobin mengumumkan hal itu tanpa pikir panjang.

"Tidak ada bantahan, ini yang terbaik," potong Yeonjun ketika melihat Hueningkai hendak menyuarakan pendapat -penolakan-.

Ni-Ki meletakkan alat makannya. Menatap setiap kepala bernyawa di sekelilingnya. "Aku pikir, jauh lebih baik jika aku kembali ke dorm ku saja," katanya.

Hueningkai menatap sinis pemuda di hadapannya. Pasti dia sedang mencoba menggali simpati dari Hyung-nya.

"Sudah aku katakan tidak boleh ada penolakan. Tetap di sini, jangan pikirkan apapun selain proses produksi solo album milikmu, ok?" cerocos Soobin, dengan bibir maju secara khas.

Ni-Ki menggigit bibir bawahnya, gugup. Tidak berani menatap balik pemuda yang terus memandangnya, tajam. "Tapi," cicitnya.

"Kau takut pada Kai Hyung ini?" tanya Taehyun. Ni-Ki melirik, kemudian mengangguk singkat.

Taehyun menutup mulutnya yang hampir kelepasan tertawa. "Tenang saja, Riki, jika Kai menggigit mu, maka ada Beomgyu Hyung yang akan menggigit balik Kai. Kau tidak perlu merasa khawatir dan takut," tenang Taehyun.

Mengundang lirikan sini dari pemuda yang menjadi tofik pembicaraan.

Ni-Ki selesai dengan makan siangnya paling awal. Dia beranjak dari tempat duduk menuju dapur, lalu mencuci piring dan gelas bekas yang dia gunakan.

Jika memang Ni-Ki harus menumpang sampai Heeseung kembali, maka Ni-Ki akan menjadi pemuda baik dan penuh tanggung jawab atas dirinya sendiri. Em, tidak menyusahkan!

Ni-Ki kembali ke kamar, ia bisa melihat di meja makan tensinya semakin tinggi. Pemuda itu memilih untuk merapihkan barang-barang yang akan dia bawa ke agensi.

Kalau dipikir-pikir, sampai Heeseung kembali itu lebih dari tiga bulan. Ya, sekitar 100 hari, kurang lebih.

Ah, Ni-Ki tidak sabar kembali bertemu dengan Hyung tertuanya di grup itu. Lalu Ni-Ki akan kembali ke dorm-nya. Dan Hueningkai akan bersikap seperti biasa lagi.

"Semoga sampai hari itu tiba, tidak terjadi hal buruk apapun.."


***
Sayangnya, La-ii tidak sependapat dengan Adik Ni-Ki. Ehehe..

Apakah terlalu cepat untuk mengatakan bahwa ke depannya tidak akan berjalan mulus?

Saya tidak menjanjikan happy ending, seperti cerita METANOIA.
















Bersambung...

100 DAYS OF ••• | NI-KI ft. TXT [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang