Rakha sedang berada di uks mencoba mengobati luka di punggungnya,
"Sini, gue bantu" ujar seseorang yang bertugas di sana,
"Ga usah, gue bisa sendiri"
"Heh batu, emang tangan Lo se panjang apa nyampe buat ngobatin luka di punggung?" Kesalnya
Rakha berdecak sebelum memberikan alkohol yang ia pegang kepada wanita itu.
"Ini luka tawuran kemaren?" Wanita itu mulai mengoleskan salep setelah membersihkan lukanya.
"Tadi pagi"
"Yang di rusuk"
"Ulah cowok lu"
Adara menghentikan tangannya sejenak, mengerut kan dahi mendengar pernyataan Rakha, dan memasang wajah biasa saja setelahnya.
"Ngga ada" jawabnya singkat
"Gibran panglima tempur kubu Utara, Lo pikir gue ga tau?"
Adara tertegun membuat Rakha menghembuskan nafas dan mulai memakai bajunya kembali,
"Gue ngga akan kasih tau siapapun, tenang aja" ujarnya setelah selesai memakai seragam yang sedikit terlihat bercak merah di bagian punggung,
"Makasih" sambung Rakha sambil memakai jaketnya untuk menutupi bercak merah yang ada di bajunya, dan berlalu pergi meninggalkan Adara yang masih bergeming.
.
.Rakha melangkah kan kakinya menuju ke kelas, sebelum suara seseorang menyapa telinganya,
"Khaaa, hah hah.. Rasya.." ujar Irsyad terengah-engah karena berlari mencari Rakha.
"Rasya kenapa?" Raut wajah Rakha terlihat panik,
"Di gudang"
Tanpa menunggu penjelasan Irsyad Rakha berlari kesetanan menuju gudang dengan wajah mengeras,
Sampai di gudang Rakha melihat Rasya yang sedang duduk bersandar dengan nafas yang tinggal satu satu,
Rakha menghampiri Rasya dan berjongkok di depannya,
"Sya,, inhaler Lo mana?" Rasya tidak merespon, membuat Rakha berdecak,
Rakha berlari ke kelas mengambil tas Rasya, dan kembali dengan cepat.
Rakha membantu memakaikan inhaler pada Rasya yang sudah sedikit membiru bibirnya.
"Bernafas sya, ayo bernafas, pelan pelan" ujar Rakha dengan tangan bergetar,
Rasya mengikuti instruksi Rakha, membuat pernafasannya sedikit normal,
"Khaa.."
"Kenapa? Lo kok bisa ada di sini?"
"Gue bantuin bawa meja buat anak baru tadi"
"Ya Allah syaa, Lo itu harus jauh jauh dari debu," Rakha mengusap wajahnya kasar,
"Sorry kha, gue selalu repotin Lo"
"Bukan itu maksud gue, gue takut terjadi apa apa sama Lo sya" ujar Rakha membuat Rasya tersenyum,
"Kita cabut dari sini yuk, kayaknya ga aman tempat ini buat Lo" ujar rakha mencoba membantu Rasya berdiri
"Kha, kayaknya kaki gue masih lemes,"
"Yaudah, sini gue gendong," Rakha mengalungkan tas Rasya di depan dan berjongkok di depan Rasya.
"Gue berat khaa"
"Gue kan kuat"
Jawaban Rakha membuat Rasya tersenyum, dan dengan senang hati Rasya mengalungkan lengannya ke leher Rakha,
Rakha keluar gudang dengan menggendong Rasya di punggung, membuat atensi seluruh siswa yang ada di koridor beralih ke arahnya.
"Gue pengen kuat kaya Lo kha, biar bisa gendong Lo juga, gue kan Kaka, masa di gendong, harusnya kan Lo yang gue gendong kha.." ujar Rasya yang masih berada di gendongan rakha,
"Lo kuat ko sya, selama ada gue di sisi Lo, Lo akan selalu kuat,"
"Tapi, kalo suatu saat Lo lagi gada di sisi gue, gimana?"
"Gua akan berusaha selalu ada di sisi Lo, lo ga usah khawatir"
"Sebenarnya yang gue khawatir in bukan soal gue nya kha, tapi lo"
Rakha terdiam menunggu kelanjutan dari kalimat rasya,
"Lo itu selalu menantang maut, gue takut Lo pergi dulu sebelum gue, gue takut Lo nyerah jadi saudara gue kha,"
Perkataan Rasya hanya di balas keheningan oleh Rakha, hanya suara sol sepatu yang beradu dengan lantai mengiringi lngkah Mereka.
Karena Rakha pun tidak tau, sampai kapan takdir akan membawanya tetap bersama Rasya, entah itu Rasya atau Rakha duluan yang pergi, kehendak Allah tidak ada yang tau.
Sampai di UKS, Rakha merasakan hembusan nafas teratur di ceruk lehernya,
Rasya tertidur, Adara datang menghampiri mereka,
"Kha.. punggung Lo kan.." ucapan Adara terhenti setelah melihat Rakha memberi isyarat diam kepada Adara.
"Gue Baringin Rasya di sini, Lo jangan berisik" ujarnya membuat Adara mengangguk patuh,
.
.
.
.
.
.
.
.
.TBC ...
KAMU SEDANG MEMBACA
between cat and Lion
Fanfictionsi kembar Rakha dan rasya, di besarkan di tempat yang sama, oleh tangan yang sama, namun dengan kasih sayang yang berbeda.