10

1K 70 7
                                    

Rakha mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya untuk pedagang yang sudah ia tabrak kedainya tadi,

"Maaf pak, saya tidak sengaja" ujarnya sambil membungkukkan badannya

"Tidak apa apa nak, lain kali hati hati," ujarnya

Rakha melirik sesuatu yang menyita perhatian nya dalam kedai itu .

"Pak, besi itu saya beli boleh?" Tunjuk Rakha pada besi yang terlihat tergeletak di sudut ruangan.

Bapak itu terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya.

Rakha mengambil besi itu dan berlalu pergi meninggalkan kedai menggunakan motornya setelah melacak GPS ponsel Rasya yang terlihat tidak berada di jalur pulang sekolah, membuat kecurigaannya semakin menguat.

.
.

Rakha sampai di lokasi tempat mobil rasya, melihat mobil Rasya yang terlihat pecah kaca bagian depannya,

"Sialan!!" Geram Rakha, jika sudah begini, akan sulit untuk menemukan Rasya.

Rakha memasuki mobil Rasya, dan mengambil ponsel Rasya di dashboard, dan menghubungi seseorang untuk mengambil mobil Rasya,

Rakha keluar dari mobil dan menaiki motornya, pikirannya terlintas satu nama yang kemungkinan dalang di balik semua ini.

.
.
.
.
.

Di dalam bangunan gedung yang terlihat sudah tua, karena tampak lumut lumut yang bersarang di tembok menjadikannya terlihat seperti gedung berwarna hijau

Seorang pemuda terduduk tak sadarkan diri di kursi dengan kaki dan tangan yang sudah terikat,

Dengan dua orang pria yang berada di samping kanan kirinya, dan satu pemuda duduk di kursi depan si korban.

"Bukankah dia terlihat seperti anak baik baik?" Gumamnya menelisik Rasya yang tidak sadarkan diri.

"Lo sangat berbeda ketika berada di lapangan" ujarnya masih tidak menyadari jika yang ada di hadapannya itu bukanlah Rakha.

Karena memang kubu musuh yang tau mereka kembar cuman Gibran dan Naura, selain itu mereka tidak ada yang tau, kecuali jika Gibran dan naura membocorkannya kepada anggota kubu, tapi nyatanya Gibran dan Naura bukanlah orang gampangan yang suka menjual informasi.

"Kalian berdua, bangunkan dia, bukankah akan lebih menyenangkan jika gue hajar dia dengan ke adaan sadar, dan mendengarkan nada kesaktiannya yang begitu gue damba" ujarnya kepada kedua anak buahnya.

"Baik bos" ujar mereka serempak, dan mengguyurkan satu ember air di atas kepala Rasya membuatnya perlahan sadar.

"Tunjukkan manik kembarmu lion" gumamnya dengan seringai yang terukir di belah bibirnya

.
.
.
.

Di sekolah bagian Utara, terdengar sedikit keributan grasak-grusuk terdengar saling berlari untuk melihat apa yang tengah terjadi di halaman depan sekolah,

Gibran yang saat itu berada di basecamp pun keluar mencari tau apa yang terjadi di luar

Gibran melihatnya, di halaman sekolah tanpa rasa takut, Rakha dengan sorot matanya yang tajam menghunus tepat ke manik Gibran,

Bunyi besi yang bergesek dengan paving, terdengar sangat nyaring mengiringi langkah rakha.

Para anggota kubu Utara sudah bersiap jika saja Rakha menyerang, para warga sekolah yang menyaksikan itu terlihat begidig ngeri melihat sang pemimpin dari kubu selatan, kaos hitam yang kotor dengan tanah di padu ripped jeans biru yang juga kotor dengan Bercak merah di lututnya, dan jangan lupa darah yang masih mengalir dari siku sampai ke besi yang setia di genggamannya menambah kesan brutal pada dirinya.

between cat and Lion Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang