"Rakha.. " panggil seseorang berada di ambang pintu.
"Hm??"
"Kamu ngga ada niatan buat kembali? Ini sudah satu tahun berlalu, kondisimu juga sudah lebih baik dari kemarin"
Rafa menghampiri Rakha yang terlihat termenung menatap lautan yang terlihat dari balik kaca kamarnya.
"Aku akan kembali, karena aku memiliki janji pada banyak orang" ujar Rakha,
Rafa mengerutkan dahinya
"Janji?"
"Hanya janji seorang teman dan lolipop kuning" ujar Rakha di akhiri senyum simpul,
"Paman Jordan bagaimana?" Rakha menoleh ke arah rafa
Rafa menghembuskan nafasnya sebelum menceritakan tentang Jordan yang begitu ingin dia maki, demi tuhan, Jordan dan menyebalkan itu selalu datang bersama.
"Jordan memilih menyerah kan diri setelah mengantarmu ke rumah sakit, kau tau, sebelum aku membawamu ke sini, aku mengunjunginya di sel"
Rafa mendongak mengingat momen itu, yang awalnya Rafa hanya ingin menumpahkan kekesalannya terhadap Jordan berakhir ia urungkan.
"Dia berpesan, kalau kau sudah kembali, dia ingin pelukanmu lagi, dengan tangan kosong tanpa senjata"
Rakha melipat bibirnya ke dalam, dia tau mungkin sang paman menyesal telah melakukan hal itu padanya, bahkan karena kejadian itu, sekarang Rakha hanya memiliki satu ginjal dan hati yang rusak.
Pamannya memang keji, hidup Rakha tak pernah mengecap bahagia karenanya, tapi tidak masalah, jika dengan menghancurkannya menjadikan sang paman lebih baik, maka yang Rakha harapkan selanjutnya memiliki hidup lebih baik, walau kondisi tubuhnya semakin buruk,
Uhuk!! Uhuk!!
Rakha menutup mulutnya dengan tangan kanan, dan menampilkan bercak merah pada telapak tangannya ketika ia menjauhkannya.
Ini yang sering Rakha alami setalah bangun dari koma nya, racun pemberian sang paman sudah merusak organ tubuhnya, menjadikannya cepat lelah, dan batuk darah, itu sudah biasa,
Rafa menghampiri Rakha dan menepuk pundaknya sekali,
"Semua akan baik baik saja," ujar Rafa meyakinkan sang keponakan, Rakha hanya mengangguk mengiyakan.
"Kapan kita akan pergi paman?"
"Lusa kita pulang, persiapkan dirimu, karena mungkin akan banyak yang mengira dirimu hantu" ujar rafa di akhiri tawa renyah membuat Rakha mendengus sebal
"Kenapa tidak sekalian saja aku datang menggunakan kostum poci" ujarnya dengan intonasi yang tidak santai.
Rafa berfikir sejenak dan seperti ada bohlam lampu di atas kepalanya dia kemudian menjentikkan jarinya di barengi suara ah!
"Ide bagus," ujarnya semangat membuat Rakha memutar bola matanya malas.
Rakha terkadang tidak habis pikir bagaimana bisa pamannya selalu memiliki pemikiran di luar nalar seperti itu.
"Paman, aku ingin meminta tiga hal sebelum kita pulang" Ujar rakha membuat Rafa menelan ludahnya kasar,
Anak ini memang tidak suka basa basi, batin Rafa.
"Sebutkan saja, aku akan melakukannya untukmu" ujar Rafa di selingi senyuman
setelah merawat rakha, rafa seperti memiliki putra sendiri, Rakha memang bukan tipe anak yang suka merengek, tapi ada kalanya Raka bersikap seperti layaknya anak seusianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
between cat and Lion
Fanfictionsi kembar Rakha dan rasya, di besarkan di tempat yang sama, oleh tangan yang sama, namun dengan kasih sayang yang berbeda.