Chapter 1

93.5K 5.3K 69
                                    

Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca. 


*
*
*


"Aduh, pegel banget!"

Sejak tadi Sybil mengeluhkan hal yang sama. Ia berguling-guling di atas kasur untuk mengalihkan rasa pegal yang menyerang betisnya. Bayangkan saja, perempuan tersebut harus berdiri selama tiga jam guna menyalami banyak tamu. Belum lagi ia pakai heels agar mengimbangi tinggi Daren yang menjulang.

"Ngeluh aja terus, lama-lama mulut lo ikut pegel," ujar Daren yang baru keluar dari kamar mandi.

Wajah tampannya terlihat lebih segar. Apalagi dengan rambut yang basah seperti sekarang. Tiba-tiba Sybil melihat sang sahabat sebagai makhluk yang seksi.

Eh... apa memang Daren itu seksi sejak lama?

"Kenapa ngeliat gue kayak gitu?" Kening Daren mengerut. Ia mendekati kasur dan duduk di pinggirnya sambil menepuk pipinya yang baru saja diolesi toner.

"Lo nggak ngerasain sih, berdiri lama pakai heels." Kali ini, Sybil tidak lagi rebahan. Ia berganti posisi menjadi duduk bersila di sebelah Daren. Tidak hanya itu, perempuan tersebut mengendus bahu sang sahabat dua belas tahunnya.

"Ngapain sih?" Lelaki tersebut menjauh sedikit dari Sybil.

"Wangi lo enak, seger. Minta sabun lo ya," kata Sybil.

Daren berdecak, "Ya tinggal pakai aja sih. Ada di kamar mandi."

"Tapi gue mager mau mandi." Sybil kembali rebahan.

Kali ini, Daren berdiri sambil berkacak pinggang. Ia menggelengkan kepala melihat tingkah Sybil. Tidak mengherankan sih, tapi tetap saja membuat lelaki itu harus turun tangan untuk menangani masalah ke-mager-an sahabatnya itu.

Lelaki itu berjalan ke arah meja rias. Di sana ada satu pouch berisi produk skincare milik Sybil. Ia jelas hafal barang-barang sang sahabat. Bahkan sampai bentuk pakaian dalamnya pun ia tahu sebab belinya pasti saat mereka sedang bersama.

"At least lo bersihin riasan. Nanti kalau jerawatan, gue lagi yang kena semprot gara-gara nggak ngingetin." Daren mulai mendumal.

Namun, dumalannya selaras dengan aksinya. Daren naik ke atas tempat tidur, dan membuka pouch. Ia mengambil cleansing balm dari sana. Kemudian, dengan lembut mengoleskannya ke wajah Sybil.

Senyum perempuan itu merekah lebar menerima perlakuan kecil nan manis dari Daren. Matanya yang terpejam akhirnya terbuka. Ia menatap ke arah pupil kelam lelaki itu.

"Lo emang suami the best," kata Sybil.

Daren menaikkan sebelah alisnya, "Suami nih sekarang?"

"Kan emang iya. Lo lupa beberapa jam lalu lancar banget pas ijab kabul."

Benar, tadi sore Daren secara resmi menjadi suami Sybil. Perempuan itu masih ingat bagaimana ayahnya menangis usai menikahkan mereka. Orang tua Daren juga menangis haru tadi. Hanya pasangan pengantin saja yang tidak menunjukkan ekspresi haru nya.

"Udah, bilas muka lo. Mandi sekalian, itu habis salaman sama banyak orang. Kumannya kemana-mana." Lelaki itu menepuk pipi Sybil pelan.

Mau tidak mau, sang perempuan harus bangkit dari posisi rebahan yang nyaman. Ia masuk kamar mandi untuk cuci muka dan mandi sekalian.

Saat keluar dari kamar mandi, Sybil melihat bayangan mengumpul dari celah pintu di bawah. Ia yakin, itu pasti keluarganya yang penasaran dengan aktivitas pengantin baru di malam yang syahdu ini.

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang