Chapter 2

79.3K 4.7K 91
                                    

Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca.

*
*
*


Remang.

Begitulah keadaan ruang tengah unit apartemen yang kini ditempati oleh Sybil dan Daren. Tadinya, Daren menempati apartemen itu sendirian. Sementara Sybil punya unit sendiri di lantai lain, dan sekarang sudah disewakan. Kalau kata Sybil, lumayan uang sewanya untuk foya-foya.

Kembali ke ruangan yang remang. Sybil duduk sendirian dengan mata setengah terpejam karena baru bangun tidur.

Sangat tidak terasa ia sudah tertidur lama. Bahkan langit yang tadinya terang berubah menjadi gelap. Apartemen itu pun terasa kosong sebab penghuni lainnya belum pulang.

Dalam keremangan, Sybil menghela napas dengan berat. Perempuan itu tiba-tiba resah saat ingat keperluan Daren sejak sore tadi.

"Jam sembilan malam. Ngapain aja sih mereka, ketemuan lama banget," gerutu Sybil.

Sebenarnya, ia tidak mau berpikiran aneh. Hanya saja, lama-lama bayangan menggelikan tentang apa yang dilakukan Daren dengan mantannya terlintas begitu saja.

"Ihhh... jangan sampai begitu. Daren nggak mungkin lah kebawa nafsu sama si bencong." Perempuan tersebut terus menggumam.

Maklum, resahnya memang selalu menempel kalau soal Daren. Dua belas tahun cukup baginya mengenal lebih dalam sosok Daren. Meski punya orientasi seksual yang menyimpang, tapi lelaki itu tidak sembarangan berhubungan dengan sesama jenisnya, dan Sybil ingin Daren tetap begitu.

Kali ini, suara dari tombol kunci yang ditekan mengalihkan atensi Sybil. Perempuan itu langsung berdiri dari sofa dan menyalakan lampu.

Sebuah helaan lega keluar dari mulutnya tatkala sosok Daren berada dalam jarak pandang.

"Kenapa lo udah kayak guk guk yang girang banget majikannya pulang?" Ledek lelaki itu.

Sybil hanya mencebik kesal. Namun, ia tetap menggamit lengan Daren dan mengendus bahu lelaki itu.

"Tuh kan... makin mirip." Daren mundur selangkah untuk menjauh.

"Ih... sebentar. Gue mau mastiin kalau lo nggak digerayangi sama si bencong." Sudahlah, Sybil memang frontal. Sejak awal ia tidak suka dengan sosok Ben. Padahal, Sybil tidak pernah masalah saat Daren dekat dengan lelaki lainnya.

"Nggak ada digerayangi atau apalah itu. Gue cuma ngobrol sebentar," Jelas lelaki yang kini berjalan masuk ke dalam kamar dan melepas kemejanya dengan santai.

Dengan setia, Sybil mengikuti. Perempuan itu juga tidak canggung melihat bagian atas tubuh Daren yang telanjang.

Oh... Sybil suka tubuh bagian atas sahabatnya itu. Daren bukan lelaki yang punya otot kekar, tidak. Otot-ototnya pas, sesuai dengan porsi tinggi lelaki itu. Perutnya rata dengan otot kotak-kotak yang tidak terlalu menonjol. Cukup memperlihatkan kalau Daren sering olahraga. Namun, bagian kesukaan Sybil adalah bahu dan dada bidangnya. Bagian itu yang membuat Sybil nyaman dalam pelukan Daren.

"Terus, kok lama banget baru balik?" Tuntut Sybil. "Ngomong apa aja si bencong?"

"Satu-satu kalau tanya." Daren sudah selesai mengganti kemejanya dengan kaos hitam andalan saat ada di rumah. Celana panjangnya juga ia ganti dengan celana cargo selutut.

"Yaudah, gue mau tanya, ngomong apa si bencong?"

Syibil naik ke atas kasur. Ia duduk bersila sambil bersedekap. Tatapan perempuan itu begitu menusuk pada sosok Daren. Sementara itu, sang lelaki merebahkan tubuhnya di sebelah Sybil.

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang