Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca.*
*
*
Senyum Sybil merekah lebar ketika Saheela dan Juniarta alias Juju, kekasihnya saling memamerkan cincin yang mereka kenakan. Acara lamaran itu berjalan lancar dan cukup meriah dengan dekorasi serta tim dokumentasi.
Perempuan itu jadi teringat dengan acara lamarannya delapan bulan lalu. Waktu itu, segalanya serba sederhana dan mendadak. Begitu bertolak belakang dengan acara milik Saheela ini.
Bahkan, Sybil baru bilang pada orang tuanya tentang rencana lamaran dua hari sebelum kedatangan Daren beserta orang tua dan kakaknya.
Masih jelas dalam ingatannya bagaimana reaksi mama saat ditelepon. "Lamaran?"
Siapa yang akan menyangka, Sybil yang konsisten mengenalkan Daren selama belasan tahun sebagai teman, malah mempersuntingnya. Parahnya secara tiba-tiba pula. Maka, keluarga perempuan itu punya persepsi liar setelahnya.
"Kamu hamil?"
Pertanyaan itu muncul tidak hanya dari satu mulut. Saheela dan papa menyangka hal serupa dan bertanya blak-blak-an soal itu.
Salahnya dan Daren yang memang mengabarkan secara mendadak. Permintaan tanggal pernikahan pun sangat cepat, hanya dua bulan setelah lamaran sederhana yang diikuti keluarga inti saja.
Praduga semakin menguat tatkala Sybil dan Daren mengungkapkan ingin acara yang sederhana. Cukup akad nikah di rumah dan selesai.
Well, Sybil tidak ambil pusing atas tuduhan yang semakin santer terdengar dari keluarga besar dan para tetangga. Toh, buktinya tuduhan mereka tidak benar.
Enam bulan sudah pernikahan terjadi. Perut Sybil masih rata, tidak seperti dugaan orang-orang. Tuduhan mereka langsung terpatahkan saat perempuan itu memunculkan batang hidungnya di kerumunan keluarga.
"Udah isi belum?" Pertanyaan klise datang dari mulut tante, adiknya mama.
Sybil tersenyum tipis, "Belum tante."
"Jangan ditunda loh. Umur kamu kan sudah lebih dari kepala tiga." Lagi, usia akan jadi masalahnya.
Tidak cukupkah pertanyaan semacam itu terhenti ketika Sybil sudah memenuhi ekspektasi mereka untuk menikah?
"Belum rezeki." Jawaban standar itu yang bisa Sybil berikan.
Untungnya, Daren yang sejak tadi berbincang bersama keluarga Sybil yang laki-laki menghampiri. Ia menggamit tangan perempuan itu seraya berkata, "Yang, ambilin makanannya dong."
Bukan Daren sama sekali. Mana ada lelaki itu harus diladeni urusan makan.
Apa pula itu tadi dia bilang, Yang?
"Sama-sama," Bisiknya setelah membawa Sybil menjauh dari sang tante. Padahal perempuan itu belum bilang apa-apa.
Acara lamaran itu berakhir menjelang maghrib. Juniarta dan keluarganya pamit, kembali ke hotel tempat mereka bermalam. Rumah yang tadi ramai mulai sepi, menyisakan keluarga inti dan orang-orang yang membongkar dekorasi.
"Nih." Saheela memberikan sebuah voucher pada Sybil.
"Apa ini?" Kening perempuan itu mengerut. Ia sampai mengabaikan pekerjaan mengelap piring yang baru dicuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oddly Coupley
Romansa"Daripada gue susah-susah cari calon suami yang oke, mending nikah sama lo aja, Ren. Yuk!" Ucapan Sybil dibalas semburan kopi yang langsung membasahi wajah jelitanya. Sementara itu, Daren yang terkejut tidak bisa bicara apa-apa. Otak sahabat yang su...