Chapter 19

51.7K 3.5K 32
                                    

Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca.

*
*
*


Kalau dibilang tidak kepikiran, Sybil sama saja bohong. Setelah dua hari lalu mendengar cerita dari Daren, perempuan itu selalu gelisah. Ia tidak sabar untuk melabrak Ben maupun Luna. Namun, perempuan tersebut masih menahan diri.

Sayangnya, ketika ia sedang berbelanja di swalayan sepulang kerja, ia tanpa sengaja berpapasan dengan Ben.

Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia pun mengejar lelaki gemulai tersebut. Langkah Sybil begitu cepat hingga berhasil menarik bahu Ben.

"Ben!"

Si gemulai sedikit terkejut. Namun, ia memasang wajah pongah begitu mendapati siapa yang menariknya.

"Oh... ada pelakor," Ejek lelaki itu.

Tatapannya langsung tertuju ke arah perut Sybil. "Bukannya lo lagi hamil waktu itu?"

Harusnya perut Sybil memang tidak serata sekarang. Ia pun merutuki diri karena tidak memakai kemeja atau dress longgar. Saat ini, Sybil malah memakai kaos yang pas dengan tubuhnya dan dilapisi blazer abu-abu. Ia juga memakai celana jeans hitam yang mengikuti bentuk kakinya, cukup ketat.

Ben terkekeh melihat Sybil yang tidak bisa mengelak. "Well, lo nggak bisa bohongin gue. Daren juga begitu. At the end of the day, pernikahan lo sama Daren memang cuma gimmick."

Lelaki gemulai itu maju, lebih dekat ke arah Sybil. Kemudian berbisik tepat di telinga perempuan itu. "Let see, bagaimana reaksi Daren soal kebohongan kalian ini."

Mata Sybil melotot. Ia memandang horor ke arah Ben yang telah menjauhkan wajahnya dari telinga perempuan tersebut.

"Apa mau lo sebenarnya, Ben?" Tanya Sybil. Ia mati-matian menahan diri untuk tidak meneriaki lelaki itu.

Sybil masih punya malu. Ia sedang ada di ruang publik dan banyak orang berlalu-lalang di sekitar mereka.

"Gue cuma mau Daren balik ke gue. We can go kemana aja yang bisa menerima keadaan kami. Gue mau menjauhkan dia dari lo yang udah kayak setan berbisik untuk nggak jadi dirinya sendiri." Kata-kata Ben penuh dengan emosi terpendam.

"Lo...—" Sybil tercekat.

"Sybil, lo itu sudah mengikat Daren. Lo nyiksa dia dengan pernikahan yang semu. Lo terlalu obsesi ke dia, dan akhirnya bikin dia menderita karena nggak bisa mengekspresikan dirinya." Ben melanjutkan. "Dan gue, akan membebaskan dia dari ikatan lo yang menyiksa."

Sybil terpaku. Ia hanya menatap Ben penuh kebencian.

Sementara lelaki tersebut menyeringai, merasa menang karena berhasil membungkam Sybil. Ia pun menepuk pelan bahu perempuan itu dan pergi. Meninggalkan Sybil dalam kebimbangan.

Sybil pernah berpikir tentang hal serupa di awal pernikahan terjalin. Kini, ucapan Ben benar-benar mengingatkan perempuan itu tentang realita keadaan dirinya dan Daren.

Perempuan itu benar-benar kepikiran, sampai tiba di apartemen. Tatapannya begitu lekat saat mendapati Daren sedang serius membaca buku di atas kasur mereka.

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang