Chapter 4

65.6K 4.4K 59
                                    

Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca.

*
*
*


Sejatinya, Sybil bukanlah perempuan yang harus diantar-jemput untuk kemana-mana. Namun, gara-gara reaksinya saat melihat mantan brengsek minggu lalu, Daren berinisiatif untuk menjadi sopir pribadi.

Makanya, sore ini, Sybil tidak bisa bergabung bersama orang-orang kantornya untuk makan bersama sepulang kerja. Tak ayal, Hani kembali meledek. "Iya tau, yang udah ada suami."

Mata Sybil berotasi, sebagai respon dari candaan rekan kerjanya itu.

"Tapi kalau lo mau nyusul bareng laki lo, boleh kok. Kita kan juga mau tau gimana sih laki lo tuh. Biasa kan kita lihatnya pas dia jemput gitu," lanjut Hani.

"Betul. Gue juga mau tau, gimana bentukan orang yang bisa bikin lo mau nikah, Mbak." Arjuna ikut-ikutan.

Ting!

Pintu lift terbuka di lobi.

"Lain kali." Jawaban Sybil selalu seperti itu.

Ia melangkah keluar dari lift. Kemudian, berjalan ke arah pintu gedung. Dari kejauhan, ia bisa melihat mobil Daren yang baru masuk area kantor.

Mobil hitam itu semakin dekat dan berhenti tepat di depan Sybil.

"Jangan lupa sabuk pengaman," Daren mengingatkan begitu perempuan tersebut masuk ke dalam mobil.

"Mau langsung pulang apa gimana?" Tanyanya kemudian setelah memasang sabuk pengaman dengan benar.

Di sampingnya, Daren menjalankan mobil. Lajunya pelan sebab jalanan mulai padat oleh kendaraan. Maklum, hari sudah sore dan jam pulang kantor menjadi titik dari mulainya kemacetan akan terjadi.

"Mau makan malam di luar?" Tawar lelaki itu. Ia menoleh sekilas untuk menatap Sybil.

"Boleh."

"Makanan Jepang?"

"Kore aja gimana?"

Begitulah mereka saat memutuskan untuk makan apa. Well, Sybil tidak pernah bilang terserah. Jika ia tidak setuju dengan tawaran menu makan yang diajukan oleh Daren, perempuan itu akan segera menyuarakan menu lain yang diinginkannya.

"Oke, makanan Korea." Dan Daren selalu mengikuti mau sahabatnya. Memang lelaki itu tidak punya referensi makanan kesukaan. Apa saja akan ia makan selagi enak dan halal.

Perjalanan menuju sebuah restoran yang menjual makanan Korea termasuk lancar. Meski padat kendaraan, tapi mobil Daren bisa melaju terus meski dengan kecepatan yang tidak seberapa.

Langit semakin keemasan ketika mereka tiba di restoran. Keduanya pun mengambil tempat di spot biasa, mepet tembok. Pesanan pun dengan cepat dilakukan karena masing-masing sudah tahu ingin apa untuk dimakan sebagai menu makan malam.

Selagi menunggu makanan disajikan, Sybil mengecek ponsel. Beberapa pesan masuk di grup tim kerjanya. Isinya foto-foto di mall tempat mereka makan dan bersenang-senang untuk menikmati hari Jumat. Weekend is around the corner dan mereka senang karena sedikit bebas dari pekerjaan selama lima hari ini.

"Ibil," Daren memanggil.

Atensi Sybil beralih dari layar ponsel ke mata Daren yang duduk berhadapan dengannya. Lelaki itu juga meletakkan ponselnya. Ekspresi yang ditunjukkan Daren sangat serius. Kalau seperti ini, perempuan itu khawatir ada kabar buruk yang ingin disampaikan sahabat sekaligus suaminya itu.

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang