Chapter 11

59.9K 4.1K 38
                                    

Peringatan!
Dalam cerita ini mengandung pembahasan dengan unsur dewasa. Mohon untuk selalu bijak dalam membaca.

*
*
*



Daren bingung. Ia tidak mengerti kenapa semalam bereaksi berlebihan dan mencium Sybil. Ia semakin pusing, karena ciumannya disambut oleh sang sahabat.

Mengingat itu membuat darah Daren berdesir. Kalau ditanya bagaimana rasa bibir Sybil, ia akan bilang manis dan membuat kecanduan.

Well, semalam ciuman mereka berlangsung cukup lama. Setelah sama-sama kehabisan napas, keduanya saling menarik diri. Untungnya, tidak ada kecanggungan setelah itu. Sybil malah memeluknya erat dan menyembunyikan wajahnya di dada Daren.

"Dokter sakit?" Pertanyaan dari Perawat Heidi menyadarkan lelaki itu.

"Nggak kok."

"Beneran? Mukanya merah banget."

Secara refleks, Daren mengecek wajahnya dari pantulan kaca di dekat brankar dalam ruang prakteknya. Benar saja, wajah lelaki itu memerah.

"Ah... it's okay. Saya cuma kepanasan." Lelaki itu berkilah.

Untungnya, AC memang baru dinyalakan. Jadi, belum terasa dingin.

"Baik kalau begitu, saya ambil daftar nama pasien yang berobat hari ini dulu." Heidi pamit keluar ruang praktek. Daren pun bernapas lega setelahnya.

Tidak lama, Perawat Heidi kembali bersama seorang wanita yang menggandeng anak usia enam tahun.

Awalnya, Daren biasa saja. Ia menyapa pasien ciliknya yang memakai masker, mungkin karena flu. Namun, ia langsung membeku ketika mengalihkan atensi pada wali yang membawa anak perempuan itu.

"Keponakan saya ini pilek sama batuknya nggak sembuh-sembuh, dok." Wanita di depan Daren memberikan keterangan penyakit yang dialami anak enam tahun.

Masih segar dalam ingatan Daren tentang wanita di hadapannya. Alasan ia menjadi jijik pada dirinya sendiri dan juga perempuan adalah wanita itu.

"Oh... Darendra?" Wanita tersebut sadar siapa yang ada di depannya setelah melihat papan nama di meja. "Astaga, kamu Darendra Kavi Himawan?"

Berbeda dengan Daren yang berubah menjadi dingin. Wanita di depannya malah bersikap sok akrab, seolah lupa dengan apa yang pernah ia lakukan berulang bertahun-tahun lalu.

Tangan Daren bergetar, ingatan lalunya menyeruak dan membuat lelaki itu mual. Ia pun tanpa pamit beranjak dari tempat duduknya, berlari menuju toilet dan memuntahkan isi perutnya.

Beberapa tahun lalu, tepatnya saat Daren SMP kelas dua, bencana itu dimulai. Ia yang ambisius tidak pernah puas belajar di sekolah maupun di tempat bimbingan. Daren muda merengek pada ayah dan bunda agar bisa les privat di rumah saja.

Benar saja, bunda mengabulkan permintaannya. Seorang guru muda didatangkan. Namanya Luna, mahasiswi keguruan semester akhir yang mengajarkan Matematika pada Daren.

Awalnya, semua berjalan lancar. Daren bisa mengerti dan suka sekali dengan cara Luna mengajarnya. Bahkan, Daren yang baru puber itu naksir guru lesnya itu. Sayang, di suatu sore ketika tidak ada orang di rumah selain mereka, Luna melakukan hal gila.

Wanita itu mulai mengajarkan hal yang aneh. Ia berbicara tentang ciuman dan hal-hal menjurus lainnya. Setiap rumah sepi, Luna mengambil kesempatan untuk menyentuh area terlarang milik Daren. Bahkan memaksa Daren juga untuk melakukan hal yang sama padanya.

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang