Epilog

79.1K 3.6K 66
                                    


"Emang si Juju sialan!" Saheela tampak kesal. Padahal harusnya ia berbahagia karena akan melaksanakan resepsi impiannya.

"Ya mau gimana, La." Sybil menanggapi sang adik.

Keduanya sekarang ada di sebuah butik. Saheela harus fitting gaun pengantin. Masalahnya, gaun itu jadi kekecilan akibat Saheela yang sedang hamil tiga bulan.

"Aku kan udah bilang ya, buat hati-hati gitu. Pakai pengaman dulu gitu kan. Ntar habis resepsi juga terserah. Eh, dianya malah kelolosan." Saheela masih saja mendumal.

Di usia pernikahan Saheela dan Juju yang keempat bulan, adik Sybil itu dinyatakan hamil. Padahal tiga bulan setelahnya acara resepsi sudah dipersiapkan.

"Itu artinya Tuhan percaya kalian bisa jadi orang tua. Jangan ngomel begitu deh, kesannya kayak nggak bersyukur. Lagian cuma kekecilan dikit, bisa diatur." Jurus mengomel Sybil keluar juga.

Sejujurnya, ada sebersit rasa iri saat Saheela memberitahukan perihal kehamilannya. Ia jadi membayangkan, seandainya tidak keguguran, mungkin anak Sybil dan Daren sudah lahir sekarang.

Setelah kecelakaan itu pula, belum ada tanda-tanda dirinya kembali hamil. Makanya, Sybil jadi kesal saat sang adik mendumal seperti tadi.

"Ya kan cuma berkeluh kesah aja, Mbak." Saheela jadi ciut dibuatnya.

"Fitting aja yang bener. Aku tunggu di depan sama Daren." Pamit Sybil.

Ia pun keluar dari ruang ganti, menghampiri Daren yang hari ini jadi sopir para wanita.

"Ribut apaan sih di dalam?" Tanya Daren ketika melihat Sybil mendekat.

"Kedengeran?"

"Samar-samar."

Keduanya duduk di sebuah sofa yang memang disediakan untuk penunggu.

"Si Saheela kesel sama Juju, soalnya gaunnya jadi agak kekecilan." Sybil menjelaskan.

"Kok jadi salah Juju?"

"Ya soalnya gara-gara Juju dia hamil."

"Wajar bisa hamil, udah suami-istri." Daren masih tidak paham jalan pikiran adik iparnya.

"Nah itu... heran deh sama Saheela. Dia kan dikasih rejeki. Perkara gaunnya jadi sempit aja ngomel-ngomel begitu. Kesel kan jadinya." Emosi Sybil naik lagi.

"Sstt... udah, jangan emosi. Kasih tau baik-baik aja." Daren menepuk bahu Sybil pelan.

"Pengen marah aja rasanya!"

"Iya-iya."

"Pengen makan es krim juga."

"Ntar habis ini beli." Daren dengan sabar menanggapi.

"Rasa matcha ya." Lanjut Sybil.

Perempuan itu tidak lagi marah-marah. Secara drastis ia jadi senang karena akan membeli es krim.

"Matcha? Lo kan nggak suka, Bil." Seingat lelaki itu, Sybil sangat benci matcha. Katanya, seperti makan rumput.

"Iya, tapi pengen. Kayaknya enak kalau liat gambar-gambarnya." Sybil juga tidak paham kenapa tiba-tiba kepingin.

Kening Daren mengerut. "Bil."

"Ya?"

"Habis beli matcha, kita beli testpack juga."

"Ngapain beli..."

Sybil jadi tersadar. Perempuan itu menatap ke arah Daren. Ia tidak mau berharap banyak, tapi dalam hatinya, Sybil meminta pada Tuhan bahwa dugaan mereka adalah nyata.



*****


Akhirnya selesai juga cerita Sybil dan Daren. Bagaimana menurut kalian?

Aku juga mau mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang membaca cerita ini. Suka deh baca komentar-komentarnya. Bikin semangat untuk nulis cerita lainnya.

Semoga teman-teman terhibur dengan cerita ini, dan mohon nantikan bonus chapter dan juga tulisanku yang lainnya.

Thank you!

Oddly CoupleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang