5Harus Jadi Milikku (A)

119 10 0
                                    

Jangan protes kalau lompat-lompat bab bacanya.

#######

Eriska gelisah bukan main. Sejak mulai acara pesta ulang tahun Asoka. Semua minuman keras tampak sengaja dijauhkan dari kekasihnya itu. Apalagi Hans dan Fano sedari tadi tidak jua menjauh dari Asoka. Sudah cukup dia berusaha setengah mati untuk meyakinkan Asoka tidak membawa para bodyguardnya eh, kedua sahabatnya juga sedari tadi mengawasi. Jika terus begini usahanya malam ini akan sia-sia.

'Aku sudah tidak bisa menunggu, jika tidak bisa mendapatkan Janu maka Asoka harus menjadi milikku.'

Eriska meringis melihat bagaimana Asoka tersenyum dan tertawa lebar menanggapi candaan para tamu undangan. Pria itu memang baik, terlalu baik dan juga ramah meski sebenarnya bukanlah type idaman Eriska.

Eriska sejak dulu hanya mencintai Janu hanya saja saudara Asoka itu sangat susah diraih hatinya. Sudah banyak perhatian dan waktu Eriska curahkan demi menarik perhatian Janu tapi tak sekalipun berhasil malah Janu tertarik pada anak bau kencur yang Eriska tahu sifatnya tidak jauh beda darinya.

Eriska tersenyum miring. 'Goblok!' batinnya memaki.

'Ganteng, kaya tapi tak satu pun pintar menilai perempuan. Pantas saja sama sifatnya dengan Dirandra Ekadanta yang bisa ditipu sedemikian rupa.'

Eriska sedari tadi memperhatian dan semakin kesal dengan semua kesimpulan yang bergumul di dalam benaknya. Jujur dirinya semakin resah karena malam semakin tua dan sudah banyak teman mereka yang mabuk begitu juga dengan duo sahabat tetapi pacarnya belum juga menyentuh minuman keras barang setetes.

Ponselnya tiba-tiba bergetar dan segera dia memeriksa pesan yang masuk. [Sudah tumbang?]

Eriska mendengkus jengah membaca pesan itu dan dengan segera membalas pada nomor tidak dikenal meski sebenarnya dia tahu siapa yang mengirim hanya saja sengaja tidak disimpan. [Bagaimana mau tumbang, sentuh alkohol aja enggak!]

Nomor Tidak Dikenal: [Bodohnya kamu itu ya begini ini. Makanya punya otak dipakai untuk mikir jangan cuma mau disuapin terus! Bisa mikir nggak, sih!]

Eriska menghela napas kasar, jelas dia tersinggung dengan pesan balasan itu tapi tak kuasa untuk menanggapi karena akan terlihat jika emosinya terpancing dan akan menarik perhatian Asoka.

Eriska: [Ya gimana mau mikir dari tadi semua orang deketin Asoka mana Dua Setan ini dari tadi nempel terus.]

Dua Setan yang dimaksud Eriska tidak lain adalah Hans dan Fano.

Nomor Tidak Dikenal: [Campur dalam jus! Gitu aja masih harus dikasih tahu. Kalau kamu nggak punya nyali untuk mencampur, keluarlah aku kasih sesuatu. Orangku sudah datang dan menunggu di dekat toilet.]

Eriska tersenyum membaca pesan tersebut. [Nah, gitu dong dari tadi. Bikin orang jengkel saja.]

Nomor Tidak Dikenal: [Itu sengaja aku siapkan karena tahu otakmu hanya berfungsi sementara.]

"Sial," desis Eriska.

Tanpa membalas dia pun bergegas mendekati Asoka dan merengkuh tangan kekasihnya menarik perhatian Asoka sebentar dari salah satu teman mereka yang asyik mengobrol tentang lukisan.

"Sayang ...."

Asoka menoleh dengan senyum yang sedari tadi tak jua pudar. Eriska tertegun sebentar menikmati paras tampan tak berdosa itu dan segera mengerjapkan matanya begitu teringat kembali tujuannya.

"Ada apa?" tanya Asoka yang senang mendapatkan gelayutan manja Eriska, dia merasa dibutuhkan.

"Aku mau pipis dulu ya. Boleh 'kan?"

"Tentu. Jangan lama-lama ya. Hans sama Fano sudah mau mabuk tuh."

'Justru itu yang aku tunggu-tunggu.'

tbc

Takdir Cinta Kekasih RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang