4LC (B)

64 7 0
                                    

Handi mencegatnya saat Erni mulai melangkah memasuki lift. "Nggak usah banyak omong dan sebisa mungkin menghindari ngobrol dengan tamu-tamu yang kamu kenal ya."

"Kenapa begitu?" tanya Erni penasaran.

"Nanti juga kamu akan tahu jika sampai di sana." Pria itu pun pergi lagi setelah dipanggil oleh pegawai yang lain. Meninggalkan Erni dengan rasa penasaran yang semakin memuncak setara dengan detak jantungnya.

'Ada apa di atas?' batinnya.

"Ayo turun," ajak Hans begitu mobil berhenti sempurna di depan pintu masuk.

Asoka terkekeh seraya menggeleng. "Aku nggak menyangka kamu sampai menyewa limosin seperti ini. Padahal isinya cuma kita berempat." Asoka memindai ketiga orang lainnya bersamanya, Hans, Eriska dan Fano.

"Ulang tahun ini spesial untukmu. Sekalian perpisahan denganku," ujar Hans.

"Perpisahan?"

"Iya. Aku akan bertugas di kantor cabang."

"Apa? Kanapa baru bilang sekarang?" cecar Asoka yang tentu saja terkejut karena tidak terdengar kabar sedikitpun tentang mutasi Hans.

"Papa yang meminta dan aku memang sudah merencanakan untuk bilang pada kalian hari ini."

"Kenapa mendadak?"

"Tidak mendadak, Ka. Semua sudah diatur dari bulan kemarin. Itu sebabnya aku ingin ulang tahunmu dirayakan di sini sekalian gitu, maksudku."

"Oh." Hanya itu jawaban Asoka yang merasa kecewa karena lagi-lagi satu temannya lagi pergi dari sisinya. "Apa jauh?" tanya Asoka lagi begitu mereka memasuki lift khusus.

"Tidak. Hanya di Jawa Tengah."

Eriska merapatkan tubuh, menggelayut manja pada lengan Asoka yang bebas. "Masih ada aku, Sayang. Kamu nggak akan kesepian, ya 'kan?"

Asoka sedikit menunduk dan menatap Eriska. "Sahabatku tidak bisa digantikan dengan siapapun."

Eriska mendengkus jengkel dengan jawaban Asoka, wajah Erni lalu terlintas di benaknya. "Apa termasuk Erni juga yang bahkan sudah tidak peduli denganmu?"

"Sudahlah, Ris. Jangan merusak suasana malam ini," tegur Fano.

Eriska memang tidak membantah dan memilih diam seraya menyandarkan kening pada dada Asoka, akan tetapi rasa bencinya semakin menjadi karena Asoka memilih bungkam dan tidak membela. Kekasalannya semakin memuncak begitu melihat keberadaan Erni di ruangan pesta.

'Bagaimana bisa dia di sini? Apa aku harus membuatnya menghilang supaya Asoka bisa aku miliki?! Aku akan bereskan kamu nanti, Erni. Lihat saja.'

"Sayang. Kita ke pojok sana, yuk?" ajak Eriska, mengantisipasi kekasihnya melihat keberadaan Erni yang berada di Seberang ruangan dan sibuk menuangkan minuman.

Jelas tidak hanya Eriska yang menyadari keberadaan Erni, Hans dan Fano juga melihat.

"Erni kenapa bisa di sini? Apa ini bagian dari rencanamu?" tanya Fano seraya berbisik pada Hans.

"Enggak," jawab Hans yang sejujurnya terkejut dengan keberadaan Erni sekaligus senang. Siapa tahu hari ini, mereka semua memiliki jawaban kenapa satu-satunya sahabat perempuan mereka menjauhi semuanya.

"Aku nggak suka dengan pakaiannya yang terlalu terbuka," keluh Fano. "Meski banyak teman kita yang sepertinya tidak mengenalinya tapi tetap saja terlalu terbuka."

tbc

Takdir Cinta Kekasih RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang