Part 6 [Fucking Wine]

8K 456 5
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

Aku terkekeh geli melihat semua orang yang panik saat Grett hendak melempar gelas kaca kearahku, Victor adalah orang pertama yang menahan Grett dan merebut gelas kaca yang beratnya lumayan itu dari tangan Grett

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terkekeh geli melihat semua orang yang panik saat Grett hendak melempar gelas kaca kearahku, Victor adalah orang pertama yang menahan Grett dan merebut gelas kaca yang beratnya lumayan itu dari tangan Grett.

Pancinganku berhasil, aku sudah menduga hal ini akan terjadi, siapa suruh dia menggangguku lebih dulu. Dia pikir aku wanita lemah yang mudah di tindas? Didikan mertuaku ini tak pernah gagal.

Suasana meja yang awalnya ramai dan terasa hangat berubah seketika karena pertengkaran para wanita, aku tak peduli dengan itu.

Aku mengambil botol wine yang ada di atas meja untuk menuangkan isinya ke gelasku, lalu meneguknya dalam sekali tegukan.

Aku kembali meletakan gelas kosong itu ke atas meja dan hendak menuangkannya kembali, tapi belum sempat air berwarna merah itu menyentuh gelasku, Sakha tiba-tiba mengambil botol wine mahal itu dari tanganku.

"Eenghh.. Kenapa?" aku tak tahu kenapa harus mengeluarkan suara rengekan menjijikan itu.

"Enough, Gempita."

"Belum, aku baru minum dikit. Kamu tenang aja, aku gak akan mabuk walaupun minum satu botol penuh sendirian."

Aku mencoba untuk mengambil botol minuman lain, tapi lagi-lagi Sakha menghentikanku dan kali ini Sakha mengingat pergelangan tanganku dengan satu tangannya.

"Kita pulang sekarang."

"Kenapa pulang? Urusannya udah selesai ya? Kamu udah dapat kerja samanya? Yeay! Suamiku hebat!"

Aku tidak mabuk, sungguh. Satu gelas wine bukan apa-apa untukku, tapi entah kenapa akal sehatku menghilang malam ini.

"Kamu mabuk."

"Udah di bilangin aku gak mabuk, Sakhaa. Aku itu kuat, minum satu galon sampanye aja aku gak akan teler. Serius!"

Aku kesal melihat Sakha yang menertawakanku saat memasangkan jaketnya pada tubuhku, bahuku terasa hangat dan penciumanku penuh dengan aroma tubuh khasnya.

"Aku bisa buktiin kalau aku gak mabuk, Sakha."

Sekarang kami sudah pergi meninggalkan meja, menuruni tangga dengan Sakha yang merangkul bahuku.

"Aku bisa jalan lurus seksi, kayak catwalk nya Gigi Hadid. Kamu percaya kan?"

"Iya, percaya."

"Mau aku buktiin? Biar kamu percaya?"

"Percaya, Gempita."

Wajahku memanas, menatap wajah Sakha dengan mata mengerjap karena aku merasa pandanganku tak fokus. Tanganku terangkat menangkup kedua pipi Sakha, menipiskan jarak antara kami.

"Aku suka waktu kamu panggil nama lengkapku, Sakha."

"Hm? Gempita?"

"Iya! Jantung aku deg-degan kalau kamu panggil aku begitu."

Flawless Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang