Part 35 [Mind]

4K 340 5
                                    

Selamat membaca, selamat malam minggu. Sorry for typo.

Manusia sering merasakan sakit hati dari perasaan, sakit hati biasanya lebih menyakitkan daripada sakit demam biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Manusia sering merasakan sakit hati dari perasaan, sakit hati biasanya lebih menyakitkan daripada sakit demam biasa. Dimana tidak ada obat yang mampu mengobati sakit hati.

Namun yang lebih menyakitkan lagi jika ada orang yang mulai membandingkan sakit yang kita rasakan, kalimat seperti kamu tidak pernah tahu gimana rasanya jadi aku atau kamu masih mending segitu, lebih parah aku adalah kalimat yang tanpa di sadari bisa menyakiti seseorang.

Tidak ada kadar rasa sakit di dunia ini, semua orang memiliki masalah yang berbeda dan sakit yang berbeda. Tidak seharusnya mereka membandingkan rasa sakit yang mereka rasakan pada siapapun, mereka tak tahu apa yang telah kita rasakan untuk bertahan hidup.

Seberat apapun masalah yang terjadi, sesakit apapun rasa sakit hati yang kita rasakan. Tolong sekali, jangan pernah sekalipun membandingkannya dengan orang lain.

Biar kita rasakan sakit hati itu sendiri, tak perlu melibatkan orang lain. Tak perlu limpahkan rasa sakit yang kita rasakan pada orang lain hanya agar merasa lebih baik, itu egois. Cukup libatkan Tuhan saja, karena hanya Tuhan lah satu-satunya yang bisa mengobati kita.

Semua yang Josephine katakan tidak sepenuhnya salah, aku memang tak tahu bagaimana rasanya kehilangan di tinggal sosok ibu yang telah melahirkanku. Tetapi aku merasakan rasa kehilangan itu sejak kecil, di saat aku sangat membutuhkan peran seorang ibu.

Sekarang mungkin aku terlihat baik-baik saja, tapi dulu aku nyaris gila oleh rasa sesak dari ketidakadilan dalam hidupku. Bagaimana sulitnya aku untuk bertahan hidup, tanpa dorongan siapapun. Rasanya juga sakit.

Ada tapi di tiadakan.

Meskipun aku sudah dewasa sekalipun, luka itu masih ada. Hanya saja aku sudah terbiasa dengan luka itu, berkat waktu yang tak pernah berhenti berdetak.

Benar kata orang, waktu tidak akan bisa menyembuhkan luka, waktu hanya membuat kita terbiasa dengan luka itu.

Aku bisa saja membalas ucapan Josephine malam itu, dia masih beruntung daripada aku, karena selama kecil hingga beranjak dewasa ada sosok ibu di sampingnya. Sementara aku, baru bisa merasakan sosok ibu berkat kehadiran Mama dari Sakha.

Tapi aku tak bisa mengatakannya, aku tak ingin bertanding untuk melihat siapa yang lebih terluka. Karena pada dasarnya, hanya aku yang tahu rasa sakitku sendiri.

"Gempi, jangan masukan ucapan Josephine ke dalam hati ya. Dia hanya sedang terpuruk, jadi dia melampiaskannya pada siapapun yang terlihat salah di matanya," ucap Joshua malam itu.

Pada akhirnya aku sendiri yang harus mengerti dengan perasaan Josephine, tanpa ada yang mau mengerti dengan posisiku. Sejak dulu selalu seperti itu.

Saat kecil, orang tua anak-anak yang mengejekku selalu bilang kepada guruku seperti 'namanya juga anak-anak, masih belum ngerti apa-apa.'

Flawless Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang