Part 28 [Manjanya Sakha]

5.4K 458 14
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

Setelah berargumen mempertahankan keinginan, akhirnya Sakha memutuskan untuk mengalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berargumen mempertahankan keinginan, akhirnya Sakha memutuskan untuk mengalah. Menerima paksaanku untuk pergi ke rumah sakit, terlebih Sakti dan Papa juga memihakku.

Tiba di rumah sakit, dokter yang berjaga langsung memeriksa keadaan Sakha. Tak lama beberapa dokter yang memiliki posisi tinggi di rumah sakit ini juga datang menyusul memeriksa keadaan Sakha dan berbincang dengan Papa, mereka datang setelah mendengar kabar Sakha datang sebagai pasien. Mereka langsung menyiapkan ruangan VVIP untuk Sakha, tak tanggung-tanggung Sakha juga langsung di periksa oleh dokter senior, bukan lagi dokter umum di UGD.

Aku baru bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan dokter, Sakha harus di rawat inap karena kondisinya menurun dan mulai menunjukan gejala tipes. Cukup mengkhawatirkan, tapi aku lega karena sekarang Sakha sudah dalam penanganan dokter.

"Apa aku bilang, sakit kamu sekarang gak bisa cuma istirahat di rumah. Gejala tipes, Sakha."

"Iya-iya, udahan ngomelnya. Aku udah di rumah sakit sekarang," balas Sakha dengan suara pelan.

Aku langsung menutup mulut, tak ingin membebani Sakha dengan perkataanku. Aku duduk di kursi samping bangsal, menarik selimut Sakha agar menghangatkan tubuhnya.

Papa sedang di luar mengurus administrasi Sakha, sementara Sakti bertugas membeli makanan untukku. Bekal makanan yang aku bawa tadi terjatuh di ruang rapat tadi saat melihat Sakha terkulai lemas.

Pintu ruangan terbuka, Mama datang dengan wajah penuh kekhwatiran. Aku langsung berdiri, mencium tangan Mama dan membawa Mama mengisi ruang di tempatku tadi.

"Gimana keadaan Sakha? Kok bisa sampe sakit? Kok bisa sampe masuk rumah sakit?"

"Gejala tipes, Ma. Kemarin waktu baru nyampe dari Jepang, Sakha langsung ke kantor tanpa istirahat, terus katanya dari semalem Sakha muntah-muntah sama gak nafsu makan. Jadi drop."

"Ya ampun, anak ini. Kebiasaan, kalau kerja, lupa sama semuanya."

"Biasanya gak separah ini sakitnya, mungkin karena gak masuk makanan dari semalem jadi drop banget. Semalem Sakha larang aku buat antar makanan, aku kira Sakha baik-baik aja."

"Dia emang begitu, gak papa. Mau di bawa ke rumah sakit aja, udah keajaiban karena dia paling anti di bawa ke rumah sakit."

Kami menatap Sakha yang sudah tertidur lelap setelah meminum obat, meski nafsu makannya masih menurun, Sakha bisa menelan beberapa sendok makanan setelah aku suapi.

Sakti datang dengan makanan yang baru saja dia beli, bersaman dengan Papa yang baru selesai berbincang dengan dokter kenalannya.

"Katanya kamu belum makan dari pagi, sana kamu makan sekarang. Udah lewat waktu sarapan."

Aku menurut, karena sejujurnya tubuhku sudah terasa lemas karena menahan lapar tapi teralihkan dengan keadaan Sakha.

Aku sangat yakin dengan stamina tubuh Sakha selama ini, tapi kejadian tadi menampar keyakinanku. Sebugar apapun dan segiat apapun usaha, siapapun bisa di serang sakit. Apalagi Sakha yang memiliki banyak sekali tugas dan tanggung jawab.

Flawless Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang