Part 2 [ A Little Appreciated]

8.8K 561 8
                                    

Part ini sudah lebih dulu publish di karyakarsa, plus adult scene ya..

Selamat membaca.

Di keheningan malam, meskipun pendingin ruangan sudah bersuhu rendah tubuhku berkeringat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di keheningan malam, meskipun pendingin ruangan sudah bersuhu rendah tubuhku berkeringat. Aku menatap sosok Sakha yang sudah tertidur lelap di sampingku dengan tubuh polos yang hanya tertutupi selimut, setelah membuatku tak perdaya.

Penampilanku tak jauh beda dengannya, malah lebih berantakan. Rambutku yang lepek karena keringat sudah berantakan, tubuh polosku yang lengket karena keringat, dan juga ruam merah yang di tinggalkan Sakha.

Kebiasaan sekali dia, selalu meninggalkan bekas tanpa meminta persetujuanku. Untungnya kami tak sering melakukan ini, kalau tidak aku tak bisa membayangkan kondisiku seburuk apa.

Entah karena pembicaraan dengan Mama atau alasan lain, Sakha langsung menyerangku tepat saat kami tiba di rumah kami. Padahal seharusnya dia istirahat setelah melakukan perjalanan udara yang sangat panjang— walaupun memakai pesawat pribadi keluarga, staminanya memang tak di ragukan lagi.

Aku melirik jam di atas nakas, waktu sudah menunjukan pukul empat pagi. Jika begini, sekalian saja aku tidak tidur. Aku beranjak dan memakai kemeja Sakha yang aku ambil asal di bawah ranjang, aku keluar kamar untuk mengambil pakaian kami yang tersebar dimana-mana lalu membawanya ke kamar mandi. Jangan sampai Bibi asisten rumah tangga kami melihat celana dalamku di ruang tengah.

Dalam keadaan seperti ini, aku butuh berendam di air hangat beraroma terapi.

Seketika rasa lelahku mulai terobati, aku mendongak menyandarkan leherku di pinggiran bathup menatap plafon kamar mandi dengan pikiran berkelana.

Lagi-lagi Sakha menggunakan pengaman, padahal di perjalanan tadi aku berniat untuk berbicara mengenai anak saat kami tiba di rumah. Belum sempat aku berbicara, Sakha lebih dulu menyerangku.

Aku ingin mengutarakan keinginanku, bahwa aku ingin mempunyai anak dengannya. Selain karena aku ingin mengabulkan keinginan Mama mertuaku yang sudah sangat berjasa di hidupku, aku juga ingin memiliki kegiatan lain seperti mengurus anak misalnya.

Aku tak tahu apakah Sakha akan menyetujui keinginanku atau tidak, karena selama dua tahun kami menikah, tak pernah kami membicarakan masalah ini sebelumnya.

Tak terasa, satu jam aku menghabiskan waktu untuk berendam. Sudah terlalu lama, akupun bergegas membilas tubuhku dan memakai bathrobe sebelum keluar dari kamar mandi.

Posisi Sakha masih sama, tidur telengkup membelakangiku memperlihatkan punggung kekarnya dengan napas yang masih teratur.

Aku berjalan memasuki walkin closet untuk berpakaian, karena hari ini kegiatanku hanya akan di rumah, aku memakai dress santai rumahan.

Aku memang bukan wanita karir, sebelum menikah aku sempat menjadi konsultan bisnis di salah satu perusahaan milik negara. Namun harus resign karena permintaan Mama.

Flawless Wife [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang