Happy Reading, sorry for typo.
Pertama kalinya aku merasa kecewa berat saat mendapati bercak darah di celana dalamku, karena harapan yang aku tanam sejak satu bulan lamanya tidak berakhir seperti yang aku inginkan.
Aku tahu, terlalu dini untuk kecewa karena baru satu bulan aku dan Sakha memutuskan untuk memiliki anak. Baru satu bulan juga, kami melakukan semua yang dokter katakan.
Dokter juga sudah mengatakan, tidak perlu kecewa jika menstruasiku masih datang. Karena tak semua wanita bisa langsung hamil saat melakukan program hamil, yakinkan diri dan terus berusaha.
Hanya saja, aku sulit untuk tidak kecewa. Aku tak enak dengan Sakha, apalagi dengan Mama yang sudah sangat menantikan kehadiran cucu selama dua tahun ini.
Aku sempat membayangkan jika kabar kehamilanku akan menjadi hadiah utama di hari peringatan pernikahan kami yang kedua, yang bertepatan tiga hari ke depan ini. Tapi ternyata, ekspektasi tidak seindah realita.
"Kamu kok lesu gitu sih kelihatannya? Gak enak badan ya?" tanya Mama, mendaratkan telapak tangannya di keningku.
Saat ini aku dan Mama akan pergi ke butik untuk fitting pakaian yang akan di kenakan saat pesta ulang tahun pernikahanku, sudah seminggu ini aku dan Mama sibuk mempersiapkan pesta yang akan berlangsung di sebuah restoran bintang lima.
"Gempi sehat kok, Ma."
"Terus ada masalah apa, sayang? Coba cerita, kamu duduk dulu disini," Mama menarik tanganku untuk ikut duduk di sampingnya.
"Hari ini aku datang bulan, Ma. Aku belum hamil," ungkapku dengan kepala menunduk, tak berani melihat reaksi Mama.
"Oh sayang, Mama kira ada apa. Sini, Mama peluk. Gak papa sayang, gak perlu terburu-buru. Tuhan pasti punya alasan kenapa belum kasih buah hati di pernikahan kalian, kamu cukup berdoa dan berusaha aja, ya."
"Maaf ya, Ma."
"Gak perlu minta maaf, sayang."
Tanpa sadar aku menangis, hormon datang bulan membuatku sensitif dan belum lagi rasa perih di bagian perut bawahku yang cukup menyiksa.
"Gak papa, sayang. Udah ya, jangan nangis lagi."
Mama meregangkan pelukannya, tangannya yang hangat dan lembut menyeka sisa air mata di wajahku.
Perasaanku bercampur aduk antara sedih, kecewa dan terharu. Tapi aku tak lagi menangis, pelukan Mama membuatku merasa lebih tenang, setidaknya aku tahu Mama tidak marah karena aku belum bisa memberikan cucu padanya.
"Gempi, Mama boleh tanya sesuatu gak?"
"Tanya apa, Ma?"
"Sebelum kalian memutuskan untuk punya anak, sebelumnya Sakha belum pernah sentuh kamu?" tanya Mama dengan ragu, aku langsung bisa menangkap arti pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flawless Wife [End]
Roman d'amourTentang Gempita yang menceritakan kisah kehidupan pernikahannya dengan seorang Sakha, cucu pewaris Pramadana. Tentang Gempita yang perlahan mulai merasakan cinta terhadap Sakha, bagi Gempita mencintai Sakha adalah sebuah kesalahan. Tapi, Gempita t...