04 Asap

10 7 0
                                    

Kelompok Arsflame tiba di Venicia. Ars belum pernah pergi ke kota selain Spartia semenjak umat manusia lenyap, jadi dia cukup terkejut saat melihat jika kota Venicia sama sekali tidak nampak bekas kehancuran seperti Spartia.

Dia seolah berada di kota manusia, terkecuali dengan para iblis yang kini menggantikan manusia. Beraktifitas layaknya manusia pada umumnya.

Mengingat pesan Tuesday, Ars pergi ke sebuah rumah besar yang dulunya adalah milik mayor Venicia. Dia dan kelompoknya disambut oleh beberapa iblis perempuan berpakaian maid, lalu diantar menuju sosok yang Tuesday bilang adalah paling penting di Venicia.

"Selamat datang di Venicia, pengelana dari Spartia."

"Ah." Ars cukup kaget melihat sosok paling penting itu. Dia mengenal betul suara, wajah, gaya rambut dan pakaian, serta posturnya. Sosok itu mirip sekali dengan Tuesday. Hanya warna dari rambut, mata, dan pakaiannya yang membedakan. Jika Tuesday berwarna jingga, gadis di depannya itu berwarna nila.

"Ada apa?" gadis itu bertanya. "Kau seolah terkejut begitu melihatku. Apakah kau jatuh cinta pandangan pertama?"

Bahkan sifatnya mirip, pikir Ars. "M-Maaf. Hanya saja, kau mirip sekali dengan Tuesday."

"Tentu saja," dia menjawab. "Kami saudari kembar. Namaku Saturday, aku dipilih sebagai Mayor dari kota Venicia ini. Silahkan kalian duduk."

Ars dan Scarlet duduk di sebuah sofa. Berhadapan dengan Saturday yang duduk di seberang mereka. Para Servant Ars dan Scarlet memilih untuk tetap berdiri di belakang Master mereka.

"Aku sudah diberitahu oleh Tuesday. Katanya kalian kesini untuk mengantar nona Scarlet pulang ke rumahnya, Scarlet Rose Mansion."

"Itu benar," ucap Ars.

"Hm.. itu agak sulit. Aku tidak keberatan nona Scarlet tinggal di sana, tergantung apakah dia mau mengikuti aturanku seperti para iblis lainnya. Berkontribusi dengan para iblis lainnya dan bersama membangun Venicia bersama."

"Apa kau mengejekku!? Kenapa aku harus minta izinmu untuk tinggal di rumahku sendiri!?" Scarlet langsung menunjukkan kekesalannya.

"Kau benar-benar berpikir begitu ya, Hm. Apa kalian tahu bagaimana keadaan Venicia setelah Raja Iblis memusnahkan umat manusia?"

"Tidak." Ars menjawab. "Tapi aku bisa lihat jika tidak ada kerusakan parah di Venicia seperti di Spartia. Seolah tempat ini tidak terkena dampak Erupsi Langit seperti yang lainnya."

"Karena itulah yang terjadi," balas Saturday. "Venicia merupakan satu-satunya tempat yang tidak dihancurkan oleh Raja Iblis."

"Hah!?" Ars sangat kaget hingga dia langsung berdiri. "Apa maksudnya itu? Bukankah Raja Iblis ingin melenyapkan umat manusia?"

"Memang. Walau Raja Iblis tidak mengirimkan api ke kota ini, dia tetap mengirimkan para monster ke kota dan menghabisi para manusia."

"Apa ada alasan khusus-nya?"

"Tentu saja," Saturday nampak menatap Scarlet sejenak sebelum gadis vampir itu mengalihkan pandangannya karena suatu alasan.

"Alasan Vulcan membunuh para Dewa dan menghancurkan umat manusia dimulai karena seorang gadis. Kesayangannya Dewi Venus,"

"Namanya Rosalina. Pemilik Scarlet Rose Mansion 17 tahun yang lalu. Saat dia hendak berumur 17 tahun, dia melakukan sayembara kepada semuanya, manusia, Dewa, iblis, untuk memberinya hadiah ulang tahun terbaik. Dan pemilik hadiah terbaik akan berkesempatan untuk menjadi pasangannya,"

"Tidak ada lelaki dewasa yang tidak tertarik dengan tawaran itu. Menikah dengan sosok yang disebut-sebut sebagai tiruan sempurna dari Dewi Venus adalah sebuah impian. Termasuk bagi Vulcan yang telah hidup sendiri selama ribuan tahun,"

"Dengan bakat menempa yang telah diasah sepanjang hidupnya. Vulcan menciptakan aksesoris yang dianggapnya sebagai ciptaan terbaiknya. Bahkan Dewi Venus sendiri menginginkannya. Dan kalung itu memberinya posisi pertama,"

"Tapi setelah melihat jika sang calon suami adalah seorang pria dengan tinggi 3 meter serta besar dan berwarna kebiruan dengan senyum yang agak mengerikan, Rosalina memilih untuk bunuh diri di depan Vulcan,"

"Sang raksasa mengadukan itu ke peradilan langit. Tapi bukannya rasa kasihan yang dia dapat, mereka malah menertawakannya. Mengatakan jika mustahil makhluk paling jelek bisa bersanding dengan makhluk paling indah. Dan saat itulah Vulcan menyadari bahwa selama ini, para Dewa juga memandang rendah dirinya seperti keluarga manusianya dari sang ibu. Lalu dia menyatakan perang terhadap Dewa."

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat. Ars menahan amarahnya begitu kuat, terlihat dari tangannya yang berdarah karena genggamannya.

"Master. Apa kau baik-baik saja?" Tsukasa menjadi khawatir.

"Duduklah, Boss. Aku akan mendinginkanmu," Oberon menawarkan. Arsene yang berada di sebelahnya juga merasakan kekesalan Ars. Hanya Rosalina yang nampak tidak peduli dan ingin segera pulang.

"Tidak. Terimakasih," ucap Ars yang kemudian duduk kembali dan menundukkan kepalanya.

Bagi Ars, Raja Iblis Vulcan adalah satu-satunya yang tidak pernah bisa dia maafkan karena menghancurkan dunianya. Tapi mendengar bagaimana jika Raja Iblis sendiri adalah korban dari keegoisan sekelompok manusia dan Dewa, dia jadi sedikit memahami alasan Vulcan menghancurkan dunianya.

"Vulcan sengaja tidak menghancurkan Venicia karena percaya jika Venus akan mereinkarnasikan Rosalina kembali. Jadi dia mengirim para iblis untuk mencari sang gadis berambut pirang. Tapi hasilnya nihil. Venus tidak mengembalikan Rosalina menjadi manusia kembali,"

"Saat aku tiba di kota ini satu tahun yang lalu untuk mencari tempat yang damai, aku melihat bagaimana para monster dan iblis jahat telah menguasai kota dan mengaku telah membantai para manusia yang sempat bertahan. Kemudian kami bersama mengusir mereka dan membersihkan kembali kota ini."

"Apa ada manusia yang selamat?" tanya Ars sambil masih menundukkan kepala.

"Sejauh yang kutahu. Tidak. Jadi. Terkecuali nona Scarlet memang pemilik yang sah dari Scarlet Rose Mansion. Aku tidak bisa mengizinkannya tinggal di sana begitu saja. Tapi itu juga berarti jika nona Scarlet adalah Rosalina yang direinkarnasi oleh Venus menjadi iblis, bukan manusia. Akan jadi masuk akal kenapa Vulcan tidak menemukannya selama ini."

"B-Bodoh! Aku sama sekali tidak kenal dengan nama itu. Tapi aku memang pemiliknya yang sah, s-soalnya aku merupakan penghuni lama jauh dari Rosalina itu."

"Hm.." Saturday nampak tidak percaya dengan ucapan sang vampir.

"Nona Saturday. Bisakah kau melakukan sesuatu tentang itu?" tanya Ars. Keadaannya masih belum membaik.

"Maaf. Aku tetap tidak bisa mengizinkannya begitu saja. Tapi mungkin aku bisa membuat sebuah pengecualian."

"Apa maksudmu?"

"Saat ini Scarlet Rose Mansion dihuni oleh sekelompok anak nakal yang dipimpin oleh pemuda yang dijuluki Harimau Hitam."

"Eh?" Para Servant nampak terkejut mendengar nama itu.

"Kalian mengenalnya?" Saturday bertanya. Dan mereka menjelaskan pertemuan kedua kelompok di hutan.

"Aku memang dengar jika mereka banyak membuat masalah di tempat lain, tapi mereka tidak pernah membuat masalah di sini. Mereka juga kadang membantu yang lainnya, jadi aku tidak punya alasan untuk mengusirnya. Terkecuali,"

"Kalian yang mengusirnya. Aku akan memberikan dua Koin Pemanggil untuk itu. Dan aku akan mengizinkan nona Scarlet untuk tinggal di sana. Selama dia tidak membuat masalah."

"Kau harusnya mengatakan itu dari awal," ucap Scarlet yang kemudian berdiri. "Baiklah para Pelayan, kali ini usirlah para tikus itu dengan benar."

-------

04 Asap

03-02-2024
10-02-2024 (Revisi)
21-02-2024 (Revisi)

1065 kata

Scarlet Rose Demon Princess (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang