Saat ini. Kelompok Arsflame sedang menambang bebatuan berharga di sebuah gua.
"Ugh. Ini membosankan sekali!" teriak Venarosa Scarlet. "Kenapa kau mau melakukan ini!?"
"Karena seseorang mengatakan jika rumahku kekecilan," jawab Ars. "Jadi aku minta pendapat ke Tuesday, dan dia bersedia membantu dengan mengirimkan Golem untuk merenovasinya. Tapi para Golem itu juga perlu bayaran, jadi disinilah kita."
"Selain itu. Aku tidak memintamu untuk ikut, Scarlet. Kau sendiri yang mengikuti kami."
"Itu karena kau membawa para Servant dan berniat meninggalkanku sendirian!"
"Arsene dan Oberon juga melakukan ini untukmu. Jadi lakukan saja agar kita bisa segera pulang. Lalu, kau harusnya senang karena Tuesday bilang kita bisa membawa sepuluh persen dari total batuan berharga yang kita bawa."
"Tidak perlu memberitahuku dua kali."
Walau Scarlet mengeluh, dia sebenarnya juga tertarik dengan bebatuan berwarna itu, khususnya yang warna merah. Dia secara khusus hanya mengumpulkan bebatuan merah dan berencana membawanya pulang.
"Hm?" Scarlet lalu menemukan sebuah terowongan yang nampak disegel agar tidak ada yang memasukinya.
"Oi Flame. Ada apa di dalam sana?" tanya Scarlet.
"Bagian terdalam gua ini," jawab Ars. "Aku juga tidak pernah kesana. Tapi aku dengar jika itu tempat yang sangat berbahaya. Bahkan para monster menjauhinya."
"Ho. Itu berarti lebih banyak bebatuan berharga di dalam sana kan?" seketika Scarlet menjadi antusias.
"Kita tidak perlu kesana," balas Ars. "Bebatuan yang telah kita kumpulkan saat ini sudah cukup untuk membayar para Golem."
"Bodoh. Maksudku adalah batu dengan kualitas lebih tinggi untuk diriku sendiri."
"Ayo pulang saja," ajak Ars.
"Tidak hingga aku melihat isinya. Arsene, Oberon, ikuti aku."
"Haha. Menyerahlah boss," ucap Oberon. "Kau tahu tidak ada yang bisa menghentikan Master sekali dia menginginkan sesuatu."
Menghela nafas. Ars dan kedua pelayannya-pun mengikuti kelompok Scarlet.
Mereka berjalan masuk ke terowongan yang gelap dan membawa mereka ke tempat yang lebih rendah. Mereka lalu melihat sekilas cahaya dan tiba di terowongan yang penuh dengan kristal es yang terang.
Kini mereka menjadi semakin penasaran dan lupa akan bahaya yang mungkin sedang menunggu mereka di depan.
Mereka lalu tiba di sebuah ruangan raksasa dengan sebuah kristal merah raksasa yang berada di tengah-tengah ruangan.
Layaknya menemukan harta karun, Scarlet sangat gembira dengan penemuan itu dan langsung mendekatinya.
Ars merasa aneh dengan kristal raksasa itu. Berfirasat jika mereka harusnya tidak mendekatinya.
Dan benar saja. Saat Scarlet menyentuhnya, kristal itu mulai bergetar.
"Scarlet. Kemarilah!" teriak Ars.
Scarlet tidak mendengar teriakan Ars dengan jelas dan hanya mengambil beberapa langkah mundur.
Kristal merah terus bergetar dan mulai terangkat dari tanah. Semakin kristal itu naik, semakin jelas sesuatu yang sebelumnya berada di bawah tanah. Raksasa bermata merah dengan kristal raksasa di punggungnya.
Semuanya langsung ketakutan. Mereka memang baru pertama kali melihat makhluk itu. Tapi mereka juga sudah sering mendengar ceritanya.
"T-Titan." Makhluk raksasa yang menjadi musuh terbesar para Dewa. Makhluk yang juga dikenal sebagai Pelahap Dewa.
Saat yang lainnya masih takut, Ars secepat mungkin berlari ke arah Scarlet dan menarik tangannya.
"K-Kenapa kau memegang tanganku tiba-tiba!?"
"Cerewetnya nanti saja. Ayo lari!"
Ars sadar jika saat ini dia bukanlah tandingan dari monster itu. Jadi dia lari bersama yang lainnya menuju terowongan.
Tapi Titan itu tidak membiarkannya. Dia memukul tanah, dan kristal es raksasa muncul menutupi terowongan. Dia lalu berjalan mendekat menuju para tikus yang terperangkap.
"B-Bagaimana ini, Master?" tanya Tsukasa yang sudah gugup.
"Tidak ada cara lain. Kita hadapi dia sembari mencari kesempatan untuk segera pergi dari sini."
Bersama, mereka mencoba menyerang Titan dengan serangan terbaik mereka.
Oberon menciptakan es tajam dan menembakkannya ke arah Titan. Tapi es tersebut pecah begitu saja dan tidak berdampak apa-apa.
Arsene melompat tinggi dan mencoba menusuk dada sang raksasa. Tapi ujung tombaknya-pun tidak bisa menembus makhluk besar itu.
Medea mencoba memanah kedua mata merah Titan. Tapi mata sang raksasa yang juga dilapisi kristal mementalkan panah itu.
Tsukasa berusaha menghentikan pergerakan Titan dengan menebas pergelangan kakinya. Tapi katana-nya tidak bisa mengiris kulit sang raksasa sedikit-pun.
Scarlet mencoba menembak sang Titan dengan sihir-nya, tapi itu juga tidak berdampak.
Begitupun dengan Ars yang menggunakan Hiken. Tidak ada satupun yang bisa melukai Titan itu.
Sang raksasa semakin mendekat, dengan tiap langkah yang menghancurkan harapan semuanya.
Tapi Ars belum menyerah. Dia masih punya satu kartu andalan. Senjata Anti-Raksasa yang diwariskan oleh Mars untuk dipakai melawan Vulcan. Ars belum pernah memakai itu dan berjanji hanya akan memakainya saat melawan sang Raja Iblis. Dan dia bukanlah orang yang bisa mengingkari janji.
Tapi saat ini, hanya senjata itu solusinya. Dia harus menghilangkan keraguannya agar melawan teror yang mendekat. Menjadi seorang Avatar membuat Ars bisa merasakan sesuatu yang tidak bisa dirasakan yang lainnya. Dan dia merasakan kematian dari arah depannya.
Titan telah berada di depan mereka dan bersiap menghancurkan mereka dengan tangannya.
Semuanya telah kehilangan harapan selain Ars. Sang pemuda berambut merah itu telah yakin dengan apa yang akan dia lakukan. Dia bersiap untuk memanggil senjata itu. Kedua tangannya telah mengeluarkan api.
Sang Titan melayangkan pukulannya yang cukup besar untuk menghantam semuanya tanpa terkecuali. Lalu.
Sebuah tombak hitam raksasa muncul dari tanah dan menusuk sang Titan. Tombak itu sangat kuat hingga tubuh keras sang raksasa yang sebelumnya tidak bisa dilukai kelompok Ars, dapat tembus dengan mudah.
Tombak hitam lalu berubah menjadi banyak gagak, dan jasad sang Titan langsung terjatuh ke tanah. Para gagak itu kemudian terbang ke terowongan yang berada di seberang kelompok Ars.
Jatuhnya sang raksasa membuat mereka menjadi sedikit lebih tenang. Tapi mereka juga tahu jika tombak hitam itu tidak muncul begitu saja. Seseorang baru saja menyelamatkan mereka.
Dan Ars merasakannya kembali. Teror mengerikan yang dia rasakan itu belum berakhir. Malahan dia menjadi semakin gugup.
Teror itu tidak berasal dari sang Titan. Tapi berasal dari terowongan seberang. Sesuatu yang Ars yakini jauh lebih berbahaya dari Titan itu.
Lalu. Dari terowongan itu, enam Petty Cat muncul dan langsung pergi menambang kristal raksasa di punggung sang Titan.
Dan tidak lama setelah mereka muncul dari terowongan, sosok lain akhirnya keluar.
Sosok itu memiliki penampilan seperti seorang gadis manusia. Rambutnya pirang twintail dengan mengenakan mahkota hitam juga gaun gothic hitam. Dia memiliki mata merah dan memiliki gaya wanita elegan seperti Scarlet.
Saat akhirnya melihat sosok yang memberikan teror, insting bertahan hidup Ars seperti berteriak untuk segera pergi dari situ.
Ars belum tahu apa-apa soal gadis itu. Tapi apa yang dia yakini adalah bahwa gadis itu tidak lain merupakan perwujudan dari Kematian.
-------
06 Kematian
05-02-2024
10-02-2024 (Revisi)
21-02-2024 (Revisi)1054 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet Rose Demon Princess (END)
FantasyApi yang turun dari langit telah mengakhiri umat manusia. Dan kini dunia manusia dikuasai oleh para Iblis yang datang dari dunia bawah. Tapi seorang pemuda berambut merah tidak akan membiarkannya. Menjadi manusia terakhir yang bertahan, dia berusaha...