Jadi penulis itu gak gampang. Terlebih saat kamu baru terjun ke dunia penulis, tidak punya banyak pembaca dan karyanya hanya dibaca ribuan. Harus kuat mental saat ada yang bilang karyanya gak bagus, gak jelas atau hal-hal lain yang mampu membuat nafsu menulis menurun.
Namun hal seperti itu sudah berhasil Zea lewati sampai akhirnya dia punya banyak pengikut di akun Wattpadnya. Banyak yang menyukai karya-karya yang dia lahirkan penuh cinta, berharap yang membaca ikut terhanyut dalam kalimat yang dia ketik kata demi kata menjadi sebuah narasi indah.
Belum lagi kalau ketemu penerbit yang gak sesuai ekspektasi kita. Dunia penerbitan ternyata gak semulus yang Zea kira, ceritamu gak best seller jelas dipandang sebelah mata, dibedain dengan cerita anak emas yang best seller dan viral di media sosial.
Zea pernah mengalami itu, nyaris membuatnya putus asa dan berniat berhenti menulis. Namun dia berpikir, kalau dirinya sudah sejauh ini. Sampai akhirnya mental Zea di dunia penulisan dibentuk kuat karena perbedaan itu.
"Selesai juga."
Meski sibuk menulis, Zea tidak meninggalkan kewajibannya sebagai Mahasiswi semester tengah. Dia juga harus bisa membagi waktunya untuk tugas dan menulis cerita.
Selesai dengan makalah milik kelompoknya, Zea menidurkan diri di tempat tidur. Melirik rak novel yang dipenuhi novel-novel miliknya.
Zea tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri berhasil menciptakan novel yang keren. Dari mulai cerita Raven, Gavrielze, Arya, dan terakhir Narendra.
Terkadang Zea membayangkan kisah cintanya sendiri dia buat menjadi sebuah novel. Namun Zea bisa apa? Yang ada bakalan jadi novel sad dari bab pertama sampe akhir. Karena dia tidak pernah mempunyai kisah cinta yang manis seperti halnya dunia fiksi.
"Pengin kebab." Melihat baru pukul 8 malam, Zea memutuskan keluar rumah untuk beli jajan. Meski tubuhnya kecil, gadis itu mampu memakan banyak jajanan kaki lima. Terlebih favoritnya itu kebab, takoyaki dan telur gulung.
Zea hanya memakai baju tidur panjang yang dia balut dengan cardigan abu-abu. Gadis itu mencepol asal rambut pirangnya yang memang sempat dia cat warna biru namun sudah memudar.
"Mah, Zea mau beli kebab ya di depan."
"Gue nitip bakso ikan."
Zea melirik Adik perempuannya yang baru duduk di bangku SMK kelas 11. "Gak, beli aja sendiri."
"Pelit banget lo Kak!"
"Iya-iya gue beliin!"
Adinda menyengir, melanjutkan makan cemilan pedas di tangannya. Dia adalah Adik satu-satunya Zea, yang sialnya mempunyai tinggi badan yang jauh lebih tinggi dari Zea. Bahkan orang-orang mengira kalau Zea ini adiknya.
"Itu ambil uang di meja Mama Zea."
"Gausah Ma, Zea masih ada uang. Mama sama Ayah mau nitip apa?"
"Ayah seblak aja Ze, jangan terlalu pedes. Lagi pengin Ayah." Zea tertawa, pasalnya Ayahnya ini agak lain. Cowok kok suka seblak?
"Mama mau batagor aja."
"Oke. Sudah tercatat. Zea pergi dulu. Assalamualaikum."
Di jalan Kartini banyak sekali berbagai macam jajanan. Tak heran Zea sering kalap mata saat melihat semua jajan kesukaannya. Terlebih dia tidak perlu banyak effort untuk pergi ke tempat yang berbeda, karena semua yang dipesan keluarganya ada di sini.
![](https://img.wattpad.com/cover/361758315-288-k662448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS?! [SELESAI]
Teen Fiction"Bocil." "Bocil? 17 tahun lo bilang bocil?" "Iyalah, lo masih 17 tahun. Sedangkan gue bentar lagi 19 tahun. Lo masih terlalu kecil." "Gapapa umur 17 yang penting bawahnya gede." Damn. Bukan cerita tentang anak geng...