“Udang saos padangnya udah siap.”
“Kelihatannya enak banget.”
“Iya dong siapa dulu yang masak.”
Zea menyiapkan sepiring nasi dengan siraman udang saos padang hasil tangannya. Gadis itu membawakannya pada Rey untuk cowok itu cicipi. Meski ragu, melihat ekspresi Rey sedikit menenangkan hatinya. “Gimana?”
“Enak banget Zea, hotel bintang lima aja kalah,” pujinya sungguh.
Keduanya makan di depan rumah karena Rey yang menolak berada di dalam saat rumah Zea tengah sepi, orang tuanya tengah pergi ke rumah Bude, kata Zea.
“Rey kalau mau Zea masakin bilang aja, daripada beli mam di luar mulu yakan?”
Rey tersenyum, setelah suapan terakhir habis dia meneguk minuman yang disiapkan Zea. “Enggak Zea. Rey gak bisa selalu ngerepotin Zea terus. Gapapa Rey mam di luar asal Zea mau nemenin Rey, ya?”
Zea mengangguk tak banyak tanya lagi, meski ia ingin tau alasannya, tapi sepertinya Rey bukan tipe cowok yang suka membebani orang lain dengan cerita hidupnya.
“Eh Zea,” sapa Rojali, Mas-mas tetangga depan rumah Zea yang menyukai dia.
Rojali dengan badannya yang gendut berjalan mendekat ke arah Zea, memberikan bau tidak sedap yang mulai tercium dari jarak 5 meter. “Zea sama siapa nih?”
Demi apapun, kalau aja di dunia ini tidak diajarkan sopan santun. Zea akan mengusir orang di depannya, dia ilfil, risih melihat tatapan seperti itu. “Dia pacar Zea, udah lamaran kemarin,” jawab Zea santai.
Berbanding dengan Rey yang terkejut mendengar ucapan Zea tanpa adanya persiapan. “Pacar? Oh sekarang Zea udah punya pacar ya?” Rojali menatap Rey penuh intimidasi.
“Udah, pacar Zea ganteng, wangi lagi,” frontalnya reflek diam.
Ekspresi Rojali langsung berubah, yang tadinya tersenyum senang melihat kehadiran Zea. Kini perasaannya menjadi tidak karuan. “Oh yaudah, Mas pergi dulu ya.”
“Loss, kenapa gak dari tadi aja,” batinnya.
“Oh iya,” jawabnya tersenyum paksa. Zea mengambil nafas banyak-banyak saat Rojali sudah pergi, udara segarnya mendadak tercemar karena kedatangan cowok itu. Kalau bisa gotong rumah, Zea gotong sekarang biar gak tetanggaan sama Dia.
“Huft.”
“Dia siapa? Kayaknya dia suka sama Zea.”
Zea melirik Rey. “Dia cowok yang pernah Zea ceritain. Sumpah! Ihhh risih bangettt.”“Ohhhh.” Rey mengangguk mengerti. “Kenapa Zea bilang Rey pacar Zea tadi?”
“Maaf Rey. Zea cuman cape diganggu sama dia, Zea pikir kalau dia udah tau Zea punya pacar kayak Rey. Dia bakalan berhenti gangguin Zea dan caper ke orang tua Zea.”
Rey paham, cowok itu mengusap puncak kepala Zea. Bahkan untuk menjadi pacar bohongan saja sudah memberi bahagia untuknya, apalagi jika harapannya menjadi kenyataan. “Dia beneran bau ya,” ujar Rey pelan, pantas Zea seilfeel itu.
“Iyakan! Sumpah kayak apa susahnya sih mandi? Iya kalo ganteng, ini mah jelek gendut lagi. Astaghfirullah.”
“Gaboleh gitu ih.” Rey terkekeh kecil. “Bilang aja ke Rey kalau dia masih ganggu Zea ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
HTS?! [SELESAI]
Teen Fiction"Bocil." "Bocil? 17 tahun lo bilang bocil?" "Iyalah, lo masih 17 tahun. Sedangkan gue bentar lagi 19 tahun. Lo masih terlalu kecil." "Gapapa umur 17 yang penting bawahnya gede." Damn. Bukan cerita tentang anak geng...