4. Kalung bulan sabit

27 5 0
                                    

"Heh! Kenapa dibuang?!" Lana tak sadar jika suaranya cukup kencang membuat Juan menoleh. Mencari keberadaan si pemilik suara.

Juan masih mengedarkan pandangan ke sekeliling pantai. Sepi. Juan mengedikan bahu. Sampai matanya tertuju pada batu karang yang selalu saja menarik perhatiannya sejak kejadian kemarin.

Dengan sedikit was-was, ia melangkah mendekati batu karang tersebut. Kali ini ia benar-benar akan menghadapinya dengan berani jika ternyata dibalik batu itu memang terdapat sosok kemarin.

Kini Juan sudah berhadapan dengan bongkahan batu besar itu. Harap-harap cemas, ia melangkah untuk memeriksa bagian belakangnya. Detik berikutnya, ia mematung.


Tak ada siapa-siapa.

Sedangkan di bawah sana, jauh dari daratan dengan semilir anginnya yang lembut. Lana masih bergelut dengan pikirannya sendiri yang bertanya-tanya kemana kalung itu tenggelam. Entah, rasanya ia begitu tertarik pada kalung itu.

Lana terus menyelam lebih jauh dan lebih dalam lagi. Dengan teliti dirinya memeriksa celah-celah terumbu karang dan beberapa rumput laut. Apapun benda-benda yang ada di dasar laut itu ia periksa. Namun nihil, ia tak menemukannya. Sampai akhirnya ia pun berhenti mencari dengan wajah lesu. Matanya mengekor melihat mobilitas ikan-ikan  yang kesana-kemari seakan sangat sibuk.

"Kemana, ya, kalung tadi?" monolognya.

Ia pun dengan asal, berbicara pada ikan-ikan yang lewat dihadapannya. "Apa kalian menemukan sebuah kalung?" Namun ikan itu tak menjawab. Mereka hanya melewatinya seakan acuh. "Aish! Lagi-lagi diriku seperti orang bodoh. Ikan itu tidak akan menjawab sampai kapanpun karena mereka tak bisa bicara!" kesalnya. Namun matanya masih mengekori kemana ikan itu pergi.

Sampai dimana, ikan itu turun ke bawah, melewati sebuah terumbu karang. Seketika matanya memicing saat mendapati benda bersinar disela-sela batu karang berukuran kecil yang dilewati ikan tadi. Dengan cepat ia ikut turun ke bawah, mencari benda lain untuk ia gunakan menarik benda tersebut. Tangan itu terulur saat mendapati  sebuah ranting yang sudah dipenuhi lumut hijau. Dengan cepat ia menariknya sampai kini benda bersinar tersebut sudah nampak dihadapannya.

"KALUNG!" Hebohnya.

Setelah mendapatkan apa yang dia mau. Bergegas gadis berekor itu berenang menuju daratan. Alih-alih diam berlama-lama di dalam air, Lana lebih nyaman terduduk di atas pasir dengan airnya yang dangkal. Bersembunyi di antara bebatuan yang menyatu satu sama lain.

Kali ini Lana memilih tempat yang sedikit tersembunyi. Ia tahu bahwa di dekat pantai itu ada tempat aman yang jarang didatangi orang-orang. Tempat itu penuh dengan rumput liar, pohon kelapa, serta pohon-pohon lainnya yang langsung menyatu dengan hutan. Bebatuan yang memisahkan antara laut dan danau kecil tak jauh dari pantai. Tempat favorit Lana selain berdiam diri di balik batu karang tempatnya biasa bersembunyi.

Danau itu indah, Lana sering kali menginginkan berenang di dalamnya. Ia penasaran makhluk air apa saja yang ada di dalam danau itu. Mungkin saja di dalam sana terdapat ikan piranha atau hewan predator lainnya? Kita tidak tahu, Lana juga tidak tahu. Yang pasti, ia ingin menggapai danau itu. Namun, dengan kondisinya yang sudah berubah seperti saat ini, Lana memiliki kesulitan tersendiri. Melelahkan jika harus menyeret ekornya sampai danau.

"Indah," Lana menatap kalung berliontin bulan sabit dengan bulan utuh di tengahnya yang kini terangkat tepat di depan mata.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NERIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang