Part 22

54 4 0
                                    

Hancurnya kepercayaan seseorang sangatlah susah untuk kembali percaya walaupun sudah di jelaskan dengan sangat jelas. Layaknya sebuah gelas yg hancur , begitulah kondisi Hati Renjun sekarang. Haechan mati matian menjelaskan semua dan minta maaf tapi Renjun tetap pada pendiriannya.
Rumah yg sudah berdiri tegak kini roboh hanya karena goncangan kecil. Tiang tiang kokoh yg berdiri tegak kini menjadi puing puing yg berserakan di mana mana. Kebahagiaan , kenyamanan dan cinta di dalam rumah seketika hilang di gantikan kesuraman yg menyakitkan. Tawa canda yg selalu memenuhi setiap ruangan kini hilang di gantikan kesunyian seperti tidak ada penghuninya.
Wajah ceria dan bahagia hilang tak berbekas . Air mata yg tidak pernah terjatuh selama bertahun tahun kini hampir setiap saat mengalir. Kenangan bahagia, moment romantis dan segala apa yg terjadi dulu kini hilang di gantikan kesedihan dan kehancuran oleh karena Salah satu masalah.

Pandangannya memandangi sekeliling rumah yg awalnya sangat hangat kini menjadi beku seperti es yg menggunung. Air matanya kembali terjatuh ketika terlintas moment bahagia dulu yg dia rasakan bersama Haechan. Tersungkur jatuh akibat lemahnya lutut menopang isakan yg meratapi segala kehancuran.

Bunga indah berwarna warni kini layu dan mulai mati. Perasaan cinta dan sayang mulai memudar seiring berjalannya waktu. Hujan yg turun saat itu seakan akan memberi waktu bagi insan yg kini tengah menangis pilu. Air hujan yg berjatuhan layaknya airmata Renjun , gemuruh dan petir yg bersaut sautan seakan akan menyalurkan amarah yg di rasakan Renjun .

Perpisahan !
Kalimat simple dan memiliki arti yg bisa membuat seseorang gak akan percaya lagi dengan apapun. Rasa kecewa dan marah sangat beda levelnya. Marah bisa hilang siring dengan berjalannya waktu, tapi hati yg kecewa akan terus membekas layaknya bekas luka . Tidak berdarah dan tidak sakit , tapi akan terus membekas dan akan menjadi sebuah tanda di mana tempat itu pernah sakit dan berdarah .

Malam yg tenang dengan suasana baru habis hujan. Dentingan suara jam besar berbunyi nyaring seperti menjadi sebuah melodi lagu di malam kelam itu.
Semua Keluarga berkumpul membahas kelanjutan rumah tangga dua pasangan ...

" Sudah tiga bulan berlalu masalah ini belum ada kepastian ! Apa kalian sudah mengambil keputusan terakhir ?" Tanya Ten

" Keputusanku sama dengan yg pertama aku mau!" Jawab Renjun

" aku juga" sambung Mark

" Kalian yakin akan berpisah setelah belasan tahun membina sebuah rumah tangga?" Tanya Johnny

" yakin ! Belasan tahun itu rasanya sia sia menjalani semuanya ! Aku yg sudah berusaha agar rumah ini berdiri kokok tapi dia malah merobohkannya dengan gampang !" Jawab Renjun

" Kepercayaan setelah belasan tahun hancur karena keegoisan mereka. Aku gak mau lagi masuk dalam lobang yg sama jika nanti aku akan merasakan sakit yg seperti ini lagi" sambung Mark

" Aku harus melakukan hal apa lagi agar kamu memaafkanku?" Tanya Haechan

" kita sudah berusaha mati matian untuk minta maaf. Apa lagi yg kurang ?" Tanya Yuta

" Yang kurang itu kalian belum tanda tangan surat cerai itu" jawab Renjun

" sudah ku bilang sampai mati gak akan pernah aku tanda tanganin surat itu" jawab Haechan

" Cukup !" Tahan Winwin

" Keputusan ada di tangan kalian. Pikirkan dengan baik" sambung Taeyong

" Mami aku sudah berpikir dengan baik. Dan aku maunya begitu. Aku lelah ! Kecewa yg kurasakan berhasil menghancurkan rasa cintaku padanya. " jawab Renjun sambil menangis

" Tenang sayang" ujar Taeyong sambil menarik tubuh renjun dan memeluknya

" Renjun aku sangat minta maaf. Aku terbuai minuman keras saat itu . Aku gak bermaksud menyakiti kamu" ucap Haechan

[[ Im ur Mine, ur my mine ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang