✨ Happy Reading ✨
📖📖📖📖
"Alenaa.. Alenaaa.. Buka pintunya..."
Pagi pagi sekali, gedoran pintu juga teriakan nyaring itu membuat tidur nyenyak Alena Sangat terganggu hingga terpaksa untuk bangun. Ayolah.. Ini hari Sabtu. Hari Libur yang tepat untuk Ia bermalas-malasan. Sekaligus waktu yang tepat untuk nya menggalau dan mencoba untuk move on.
"Alenaa!! Bangun!!"
"Ck.. Iya Iya.. Sebentar.." Tak tahan lagi dengan kegaduhan itu, Alena memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur dan membuka pintu.
"Kaaak.. Apaan siih?? Nyebelin banget. Gue masih ngantuk... Hari ini libur jugak!" Rengek nya.
"Ganti baju. Cepetan."
"Lah mau ngapain emangnya??!!" Alena yang masih merapihkan rambutnya terheran heran.
"Theo sama Yasmeen udah nunggu di bawah."
Seketika mata Alena membulat sempurna, "Bercanda kan lu, Kak! Gila lu ya!"
"Gue ga bercanda.. Cepet ganti baju. Kita ke Dufan. Mumpung weekend.. Gue yang traktir.."
"Oh My Godd!! Harusnya lu bilang dari semalem woi!! Yaudah bentar. Gue ganti baju." Mau tak mau, Alena menurut.
Sementara Kavin tertawa puas melihat Alena yang terlihat sangat kesal.
"Pake baju yang cakep. Jangan gembel. Malu gue."
"Diem lu, Kak! Dah Sono.. 10 menit lagi gue ke bawah.."
"Ga ada 10 menit. 5 menit." Kavin meledek lagi.
"KAKAAAAAK!!!" Alena bersiap menimpuk Kavin dengan sandal kamarnya yang bergambar Winnie the Pooh itu.
Kavin lebih dulu lari menyelamatkan diri.
☘️☘️☘️☘️
"Alenaa, gue berani sumpah.. Ini weekend ter the best gueee.." Yasmeen berjingkrak jingkrak sesaat setelah mereka memasuki tempat wisata yang mereka tuju.
"Kenapa gitu?"
"Lu harus tau. Jam 5 subuh gue ditelpon Abang lu. Suruh siap siap nemenin lu ke Dufan bareng dia. Udah gitu dia bilang.. Dia yang bakal tanggung semua biayanya.. Ish.. Anjrit.. Beneran tipe gue banget deh Kakak lu.."
Alena membungkam mulut Yasmeen yang tak hentinya berbicara. Padahal ada dua lelaki lain yang mengikuti mereka dari belakang.
"Diem ato gue suruh Kakak gue buat mulangin lu lagi." Ancam Alena yang kemudian melepaskan tangannya dari mulut Yasmeen.
"Ish.. Galak amat sih lu, Len." Yasmeen berdecak kesal.
Mereka pun menikmati hari ini dengan bersenang-senang. Bermain wahana mulai dari yang ringan sampai dengan yang ekstrem. Sesekali beristirahat untuk mengisi perut dengan cairan juga beberapa camilan untuk menjaga stamina.
"The.. Gue titip adek gue bentar ya. Mau ke toilet.." Setelah bermain wahana yang cukup menantang. Yaitu roller coaster, Kavin izin pergi ke toilet.
"Lu oke? Muka lu agak pucet.." Theo memang peka.
"Ya.. Agak merinding aja naik wahananya barusan. Dah ya gue kebelet.." Dengan segera, Kavin berlari menuju toilet.
Meninggalkan Theo yang kini mengikuti dua perempuan yang dititipkan Kavin padanya. Mereka ingin membeli gula-gula arumanis katanya.
Kavin memasuk salah satu toilet. Perutnya sungguh mual dan tidak bisa Ia tahan lagi sejak beberapa jam yang lalu ketika Ia menaiki wahana kora-kora bersama yang lain. Kini Kavin mulai memuntahkan semua isi perutnya ke kloset. Menyeka keringat dinginnya yang bercucuran. Dan..
Menyeka cairan kental yang mulai mengalir dari rongga hidungnya.
Sial! Jangan sekarang, bodoh!
Kavin merutuki dirinya sendiri. Kemudian mengambil tabung kecil yang diam-diam selalu Ia bawa kemanapun. Mengambil satu pil untuk membantunya menghilangkan rasa ini untuk sementara. Kemudian memasukkan nya kembali ke dalam tas selempang hitam kecilnya.
Kavin mengatur nafas. Menekan flush kemudian menutup tutupan kloset dan duduk di atasnya. Kemudian mengambil benda kecil lagi dari dalam tasnya. Membuka tutup benda itu dan mengoleskan nya ke bibir nya agar terlihat lebih cerah.
☘️☘️☘️☘️
"Len, Kavin emang orangnya tertutup banget ya?" Tanya Kavin pada Alena yang tengah asyik memakan gulali kapas raksasa bersama Yasmeen.
"Kenapa tanya gitu? Tiba-tiba banget."
"Ya.. Gapapa. Dia pendiem banget orang nya. Jarang senyum. Jarang ketawa. Baru banget gue liat Kavin selalu senyum kalo ada lu."
"Ya kan.. Gue adeknya.. Wajar donk.."
"Len, Kavin sedikit cerita sama gue tentang latar belakang keluarga kecil kalian. Bukan bermaksud apa-apa.. Gue takut aja kalo Kavin ternyata menyimpan luka sendirian.. Ya.. Walaupun memang dia udah dewasa. Tapi, kan dia juga manusia yang kadang butuh meluapkan perasaan.." Jelas Theo.
Alena menghentikan aktivitas makannya sejenak. Kemudian menatap lekat wajah Theo yang serius.
"Lu bener kayaknya, Kak. Gue juga ngerasa gitu. Tapi, kalau gue pancing.. dia ga pernah mau cerita apapun.." Ucap Alena dengan nada lesu.
"Hey.. Yang penting Kak Theo sebagai temennya Kak Kavin mah harus selalu ada di samping nya kalo di sekolah.. Nah Kalo lu Len, harus ada di samping Kak Kavin kalo di rumah.. Nah.. Nanti kalo gue udah jadi pacar Kak Kavin, gue bakal hibur dia 24 jam sehari.." Enyahlah si Yasmeen ini berniat untuk berkata bijak atau menghalu yang menurut Alena sangat tidak mungkin untuk terwujud.
Tapi, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan kan?
"Lho?! Mainnya pada udahan?" Kavin tiba tiba datang.
"Nih, duo rempong pada mau jajan dulu katanya.." Jawab Theo.
"Dih.. Kita ga rempong ya.. Ngaco." Yasmeen tak terima.
Kavin hanya terkekeh kecil.
"Makan siang dulu yuk.. Gue yang traktir..." Ucap Kavin yang diangguki oleh semuanya.
✨ To Be Continued ✨
Halo Halo Author disini kembali lagi..
Jangan lupa Vote and Comment ya guys..
Bau Bau ending sudah dekat sih kayaknya.. hehe (≧▽≦)
Sekian Terima Kavin (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month
Teen FictionKisah Alena yang selama ini hidup sebagai anak tunggal bersama Ayahnya yang single parents. Namun, suatu hari seorang lelaki datang yang ternyata merupakan kakak kandung dari Alena yang terpisahkan karena perceraian kedua Orang Tua mereka. Kavin na...