3-Goodbye

91 69 120
                                    


*
*
*

Dengan berat hati, gladia meninggalkan tempat kelahiran, sekaligus desa yang sangat tentram menurutnya, apakah ia akan betah? Atau malah gladia menyerah? Karena keanehan sekolah yang dipilih sang ibu.

Dengan, ransel yang ia gendong dan juga memakai baju bergaun biru yang sangat pas tubuh rampingnya.

gladia melihat sekeliling rumah ketika melihat orang tua gladia sangat bersedih. Untuk berpamitan terakhir kalinya, Dengan perasaan campur aduk tak bisa dipungkiri kalo ia sangat berat hati meninggalkan ibu dan bapak diusia senjanya.

"bu, pak glad pamit" pamit gladia dengan memeluk kedua orang tuanya. Tanpa sadar ia menitikan air mata

" hati-hati nduk, di kota orang semoga kamu betah ya." pesan sang bapa
kepada anaknya, ini mungkin yang terbaik bagi gladia. Dan anak satu-satunya. Pamit mengejar mimpi.

Gladia menyalami sang ibu dan menatap silih berganti, apakah ia akan bisa betah dilingkungan barunya?

Tak lupa gladia melambaikan tangan dan menaiki bus menugaskan untuk mengantar muridnya ke area sekolah.

Ia mencari tempat duduk, gladia melirik penumpang yang sama seperti gladia kenapa cukup aneh sekali? Dan hening "kenapa, tatapan mereka kosong?" batin gladia takut

Akhirnya gladia menemukan, tempat duduk ke empat dari sebelah kanan supir dan ia pun duduk dekat jendela

tak lama ada murid perempuan dengan rambut pendek sebahu, menghampiri gladia yang sedang melamun

"Hai, ijin aku duduk sama kamu ya!." ucap perempuan berambut sebahu. Sembari tersenyum gladia diberi anggukan, dengan tanpa satu kata pun

Perlahan-lahan, supir menjalankan kemudi dan gladia hanya bisa melihat dari kejauhan perkampungan semakin jauh dari penglihatan gladia.

Ia menoleh kearah sang perempuan berambut sebahu, senyumnya sangat manis. rasanya kaku. Jika dekat dengan orang baru yang belum kita kenal.

Tanpa sadar gadis berambut sebahu tersenyum kearah gladia dan memperkenalkan dirinya kepada gladia

"hai, kenali aku naisya" ucap naisya
Lantas gladia pun memperkenalkan dirinya dengan kaku tetapi senyumnya tak pernah luntur

"Gladia, senang bisa berkenalan dengan kamu" balasnya gladia
Mereka pun sebatas mengobrol tipis-tipis

sepanjang perjalanan walau di dalam bis sangat hening. semoga saja ini awal pertemanan baik di sekolah barunya...

Gladia merasa sangat cemas dan sedih tentang perpisahan ini. Tapi, sepertinya dia juga merasa bersemangat tentang petualangan baru ini.

Bagaimana kisahnya berlanjut? Apakah Gladia dan Naisya menjadi teman baik? Apakah Gladia berhasil menyesuaikan diri di sekolah barunya? atau justru ia akan terjebak?

Fatamorgana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang